BANTENRAYA.COM – Puluhan nelayan Kecamatan Anyar kembali menggelar tradisi ruwat laut di Pantai Bandulu setelah 26 vakum. Tradisi ruwat laut tersebut dikemas dalam festival Gelar Seni Budaya Nelayan Pantai Anyar rias perahu dan wayang golek dengan hasil swadaya para nelayan selama 10 bulan.
Ketua Pelaksana Robi Yusup mengatakan, sebanyak 86 nelayan melakukan pawai berkeliling pantai menggunakan perahu yang sudah dihiasi dengan bendera dan janur kuning.
“Nelayan sekitar 86 orang, ada nelayan payang, jaring, pancing dan udang. Mereka berkeliling pantai dengan perahu yang sudah dihiasi,” ujarnya, Rabu (16/7).
Ia menjelaskan, tradisi ruwat laut tersebut juga dilakukan karena saat ini kondisi hasil tangkap nelayan mulai berkurang dan penghasilan yang tidak stabil.
“Makannya kita berharap dengan adanya ruwatan ini bisa memecahkan keheningan nelayan. Makannya kenapa dibuatkan festival, supaya banyak terpublis dan membritahukan bahwa di Anyar juga masih ada nelayan,” katanya.
Baca Juga: Makanan Paling Pas Saat Mendaki Gunung, Bisa Buat Tenaga Makin Kuat
Robi menuturkan, untuk mengadakan ruwat laut tersebut para nelayan melakuka iuran selama 10 bulan dan terkumpul dana sebesar Rp12 juta.
“Pendapatan kita minus, akhirnya berinisiatif dan berswadaya dengan pegiat usaha dipinggir pantai melakukan iuran. Kadang ada yang bayar Rp5000 dan ada yang Rp10.000,” ungkapnya.
Camat Anyar Imron Ruhyadi mengatakan, pada festival tersebut nelayan juga memnggelar beberapa rangkaian acara seni sebagai wahana hiburan setelah sibuk mencari ikan.
“Kegiatannya ada pawai perahu hias, ruwat laut, termasuk pagelaran wayang golek. Secara seremonial kita melakukan doa supaya hasil tangkap bagus dan kita doa bukan buat yang macam macam,” ujarnya.
Ia menjelaskan, pada kegiatan tersebut ada 60 perahu yang dihias dan melakukan pawai ke pesisir pantai Anyar dengan jarak sekitar 12 mil. “Kegiatan ini bisa mengangkat destinasi wisata dan akan diagendakan kembali pada tahun depan,” katanya. (***)