BANTEN RAYA.COM– Pemerintah Provinsi (Pemprov) Banten bersama Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) dan Bank Indonesia (BI) Perwakilan Banten menegaskan pentingnya langkah konkret dalam mengatasi lonjakan harga bahan pokok yang berpotensi memicu inflasi.
Dalam rapat bersama TPID, Penjabat (Pj) Gubernur Banten A. Damenta menginstruksikan agar seluruh pemerintah daerah (Pemda) dapat meningkatkan pengawasan, memastikan ketersediaan bahan pokok, dan menjaga stabilitas harga, terutama menjelang Ramadan.
“Kita harus memastikan bahwa harga-harga stabil dan inflasi terkendali. Seluruh kepala daerah di Banten wajib turun ke lapangan untuk memantau langsung kondisi pasar, memastikan ketersediaan bahan pokok, dan mengantisipasi lonjakan harga. Apalagi, sebentar lagi kita memasuki Ramadan yang biasanya menjadi periode rawan inflasi,” kata A. Damenta, Kamis (9/1/2025).
Damenta juga menyoroti keberadaan angka inflasi Banten yang masuk ke dalam 10 besar tertinggi di Indonesia. Di mana, Kota Serang adalah wilayah dengan inflasi tertinggi di Banten. Untuk itu, pihaknya menginstruksikan agar Pemkot Serang dan juga Pemda lainnya dapat segera mengambil langkah mitigasi, termasuk mempercepat pelaksanaan operasi pasar dan memperluas kerja sama antardaerah (KAD).
“Komoditas seperti cabai merah, bawang merah, dan daging ayam menjadi perhatian khusus karena kenaikannya signifikan. Kita perlu segera berkoordinasi dengan daerah penghasil seperti Brebes dan Bandung untuk menjaga pasokan tetap stabil. Kota Serang harus segera melaksanakan operasi pasar yang efektif dan memperkuat KAD,” tegasnya.
Baca Juga: KPU Resmi Tetapkan Robinsar Fajar sebagai Walikota dan Wakil Walikota Terpilih
“Jadi harus fokus dan mengantisipasi agar jangan sampai terjadi lonjakan. Sehingga jangan sampai posisi inflasi kita menjadi semakin buruk,” ujarnya.
Selain itu, Damenta juga turut menanggapi keluhan terkait lokasi pasar murah yang seringkali dikelubkan karena jaraknya yang berdekatan dengan pasar tradisional.
“Operasi pasar dan pasar murah akan dilaksanakan di lokasi yang sudah ditentukan, jauh dari pasar tradisional, agar tidak mengganggu aktivitas pedagang lokal,” jelasnya.
Lebih lanjut Damenta menerangkan, sebagai solusi jangka panjang, pihaknya menekankan akan pentingnya memanfaatan lahan tidur di seluruh wilayah Banten untuk produksi komoditas pangan strategis. Ia mendorong agar setiap kabupaten/kota mereplikasi program pertanian yang telah sukses dilakukan oleh BI.
“Contohnya adalah pilot project BI di Kota Serang yang berhasil meningkatkan produktivitas bawang merah hingga 9 ton per hektar. Program ini harus direplikasi di daerah lain, seperti Pandeglang yang potensial untuk pengembangan sektor susu sapi perah dan industri peternakan,” katanya.
“Jadi tiap daerah harus tau apa keunggulan produksinya dan mereplikasi program itu. Sehingga kita tidak harus bergantung dari daerah lain,” pungkasnya.
Baca Juga: Tabrak Polisi Saat Kabur, 3 Pencuri Tiang PJU di Ciwandan, Cilegon, Akhirnya Dibekuk
Sementara itu, dalam kesempatan yang sama, Kepala BI Banten, Ameriza M Moesa, mengungkapkan bahwa hasil survei awal tahun menunjukkan adanya kenaikan harga beberapa komoditas pangan.
“Pada 2024, inflasi Banten terkendali di angka 1,88 persen. Namun, awal 2025 ini menunjukkan indikasi kenaikan harga pada cabai merah, cabai rawit, telur, dan daging ayam. Ini disebabkan berkurangnya pasokan dari daerah penghasil seperti Brebes, Bandung, dan Temanggung,” kata Ameriza.
Ia juga menyoroti perubahan pola konsumsi masyarakat setelah liburan akhir tahun, yang turut meningkatkan permintaan di pasar.
“Kami telah mengarahkan agar program pasar murah, operasi pasar, dan penguatan klaster produksi pangan seperti cabai dan bawang segera ditingkatkan untuk mengatasi defisit hortikultura,” jelasnya.
“Karena, seperti yang kita tau bahwa produk holtikultura kita itu kan masih sedikit dan mengalami defisit. Berbeda dengan beras yang kita itu mengalami surplus,” tambahnya.
Ameriza juga mengatajan, sebagai bagian dari upaya meningkatkan kemandirian pangan, BI bersama Pemprov Banten telah meluncurkan klaster budidaya bawang merah di Kota Serang. Klaster ini, kata dia, telah membuktikan keberhasilannya dengan meningkatkan produktivitas hingga 9 ton per hektar, dibandingkan rata-rata 7 ton sebelumnya.
Baca Juga: Dua Daerah Banten Dilanda Banjir, BPBD Banten Minta Warga Waspada Banjir Susulan
“Saat ini, ada 10 hektar lahan di Kota Serang yang dikelola untuk budidaya bawang merah. Lahan ini milik Pemkot, dan kami optimis lahan tersebut dapat diperluas. Keberhasilan ini tidak hanya meningkatkan produksi, tetapi juga memberikan dampak positif bagi kesejahteraan petani,” ungkapnya.
Lebih lanjut ia mengatakan, pengendalian inflasi membutuhkan sinergi semua pihak. Sehingga, Pemda harus lebih aktif mengawasi distribusi dan harga bahan pokok.
“Inflasi adalah tantangan bersama. Dengan langkah-langkah yang telah dirancang, tentunya BI dan Pemprov Banten optimistis inflasi kita dapat terkendali, sehingga masyarakat dapat merasakan stabilitas ekonomi, terutama menjelang Ramadan dan Idulfitri,” jelasnya. (***)