BANTENRAYA.COM – Beras stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP) Bulog di pasar tradisional dan ritel Kota Serang kosong.
Imbas kelangkaan beras Bulog tersebut, konsumen terpaksa harus membeli beras medium dan premium dengan harga yang masih mahal.
Berdasarkan pantauan Banten Raya di Pasar Induk Rau (PIR) dan beberapa ritel di Kota Serang, Rabu 21 Februari 2024, beras SPHP ataupun beras merk Sania, merk Karis, atau Alfamart mengalami kelangkaan sejak lama.
Baca Juga: Telah Dana 13 Miliar, Proyek Jalan Nasional III di Lebak Mangkrak
Salah seorang pedagang beras di Jalan Tubagus Sueb Lingkungan Cigabus, Kelurahan Kaligandu, Kecamatan Serang, Kota Serang, Khotib mengatakan, keberadaan beras SPHP Bulog sangat membantu masyarakat khususnya konsumen. Selain selisih harganya yang lumanyan jauh, kualitas berasnya pun cukup bagus.
“Beras Bulog membantu sekali buat masyarakat. Harganya memang murah dibanding beras merk-merk lainnya. Selisih harganya juga lumanyan jauh nyampe Rp 100 ribu. Wajar kalau warga nyari beras SPHP,” ujar Khotib, kepada Bantenraya.com, Kamis 22 Februari 2024.
Khotib menuturkan, setiap hari pembeli selalu saja menanyakan beras SPHP. Hanya saja beras Bulog itu datangnya tidak menentu karena tergantung stok di Bulog. Terlebih saat ini sejumlah daerah penghasil beras belum panen.
Baca Juga: Ingin Jago Bahasa Inggris, EF Siapkan Promo Diskon 5 Persen Bagi Siswa Baru
“Yang nyari tiap hari. Cuma beras SPHP itu kadang dikirim dua atau tiga Minggu sekali,” tutur dia.
Khotib mengaku mendapat kiriman beras SPHP dari Bulog mencapai ribuan kilogram, hanya saja waktu pengiriman beras SPHP tidak menentu.
“Dikirim dua tiga Minggu sekali sebanyak 2 ton beras SPHP. Setengah hari udah ludes. Empat sampai lima jam udah habis. Artinya datangnya lama habisnya cepat,” jelasnya.
Baca Juga: Harga Beras Makin Mahal, Polresta Serang Kota Bersama Bulog Gelar Operasi Pasar
Salah seorang karyawan Alfamart di Kelurahan Kota Baru, Kecamatan Serang, Kota Serang, Deni mengatakan, beras sejenis SPHP merk Sania atau merk Larisst sudah beberapa hari ini mengalami kelangkaan di tokonya.
“Sudah hampir seminggu ini berasnya belum dikirim. Ada pembatasan. Banyak yang nanya dari kemarin-kemarin juga,” kata Deni, kepada Bantenraya.com.
Harga beras merk Sania dan merk Larisst diburu banyak konsumen karena harganya terjangkau.
Baca Juga: Pemilih Nyoblos di Tiga Tempat, Tiga TPS di Pondok Kahuru Direkomendasikan Gelar PSU
“Harga beras Sania dan Larisst Rp 695 ribu yang berat 5 kilogram, ada juga yang merk Pandan Wangi Rp 90 ribu,” ucap dia.
Serupa dikatakan salah seorang pegawai Alfamart di Jalan Mayor Syafei, Kota Serang, yang enggan menyebutkan namanya. Kata karyawan Alfamart berjenis kelamin laki-laki ini, stok beras di tokonya sedang kosong sejak lama.
“Udah lama kosong. Gak tau kenapa penyebab kosongnya. Terakhir dikirim itu cuman dua karung,” ujar dia.
Baca Juga: Satu Ton Beras SPHP Ludes Dalam Satu Jam Diserbu Emak-emak di Operasi Pasar Kota Cilegon
Masih kata dia, di toko Alfamart hanya menjual beras sejenis SPHP merk Alfamart.
“Kita jual yang merk Alfamart harganya Rp 695 ribu,” tutur dia.
Kelangkaan beras SPHP dan beras sejenisnya dirasakan oleh masyarakat Kota Serang, salah satunya Aji.
Aji mengaku sangat terbantu dengan adanya beras SPHP karena bisa mengurangi pengeluaran belanjanya, hanya saja beras SPHP stoknya kosong.
Baca Juga: Jelang Ramadan, Ini dia Hal yang Perlu Kita Persiapkan Agar Penuh Berkah
“Alhamdulillah lumanyan selisihnya nyampe Rp 100 ribu. Lumayan buat kebutuhan lainnya, tapi berasnya sulit didapat karena di mana-mana kosong,” kata Aji.
Masih kata Aji, sejak harga beras melambung dan beras SPHP menghilang, pengeluaran belanjanya jadi membengkak. Sementara pendapatannya dari seorang ojek online (ojol) tidak menentu.
“Karena beras SPHP nya gak ada jadi belinya beras merk yang ada. Harganya mahal. Saya gak kebeli kalau harus beli karungan mah. Puguh ini juga dibagi-bagi uangnya,” tutur dia.
Aji berharap harga beras kembali stabil sehingga bisa memanajemen pendapatannya.
“Iya kalau bisa harganya stabil terus. Kalaupun naik jangan lama-lama. Harusnya pemerintah peka. Jangan nunggu rakyat menjerit. Jangan terlalu menekan buat rakyat kecil. Biar kebagian yang lain juga. Jangan kelas atas yang dibagi kelas bawah yang ditekan,” tandas Aji. ***