BANTENRAYA.COM – Harga berbagai komoditas bumbu dapur di Pasar Badak Pandeglang melonjak tinggi.
Naiknya harga mulai dirasakan penjual dan pembeli pasca dua hari setelah prosesi Pemilu 2024.
Salah satu komoditas yang paling mendapat sorotan ialah tomat. Salah seorang pedagang di Pasar Badak Pandeglang, Aas menyebutkan, sebelumnya harga tomat yang ia jual ialah Rp 5 ribu perkilo.
Baca Juga: Inilah Profil Lee Dong Wook, Om-Om Well Done dalam Drakor A Shop For Killers
Namun, setelah pemilu, harga tomat melonjak hampir 500 persennya atau Rp 24 ribu.
Selain tomat, beberapa komoditas lain yang juga melonjak yakni cabai rawit oren.
Aas menyebutkan sebelum pemilu harga cabai rawit oren Rp 40 ribu, namun kini ia menjual dengan harga Rp 80 ribu.
Baca Juga: Perkuat Kemampuan Lulusan SMK Jadi Strategi Pemprov Banten Atasi Pengangguran
“Cabai merah keriting dari Rp 40 ribu, sekarang Rp ribu. Cabai hijau juga sama, harganya tadinya Rp 20 ribu, sekarang Rp 60 ribu,” kata Aas kepada Banten Raya, Minggu 18 Februari 2024.
Tak hanya cabai dan tomat, loncakan harga juga terjadi pada komoditas seledri daun bawang.
Bahkan, semenjak kenaikannya pada dua hari setelah pemilu, ia merasa segan untuk menjualnya kepada konsumen.
Baca Juga: Berlatih Silat Sejak Dini jadi Solusi untuk Hindari Kecanduan Gadget pada Anak
“Ya abis pemilu naiknya. Kenaikan itu terjadi kalau menurut saya karena mungkin pasokannya kurang, soalnya kalau seperti tomat karena gagal panen, cabai juga sama seperti itu, naiknya ini bisa dua kali lipat,” imbuhnya.
Saat ini, Aas mengaku dirinya merasakan turunnya daya beli masyarakat, khususnya ke lapak miliknya.
Padahal, kenaikan yang terjadi merupakan komoditas bumbu dapur yang notabenenya salah satu kebutuhan pokok masyarakat.
Baca Juga: Finalis Puteri Indonesia Perwakilan Banten Diminta Pj Gubernur Kenalkan Potensi Daerah
“Kenaikannya sangat berpengaruh. Biasanya pembeli bisa membeli dua kilogram sehari, tetapi karena harga naik, sekarang mereka hanya membeli seperempat hingga setengahnya saja,” ujarnya.
Kenaikan harga sendiri sebetulnya sudah ia prediksi. Bukan hanya akibat dari pemilu, akan tetapi setiap menjelang puasa, ia selalu merasakan siklus yang sama terkait kenaikan harga.
“Kita sebagai pedagang juga bingung bagaimana mengikuti kenaikan harga karena kami juga butuh makan. Tanpa berdagang, kita tidak bisa makan,” tuturnya. (Aldi/Banteraya)***

















