BANTENRAYA.COM – Banjir hebat melanda sejumlah daerah di Sumatera beberapa hari ke belakang. Provinsi Banten sendiri memiliki potensi bencana banjir yang sama dengan sejumlah daerah di Sumatera tersebut.
Direktur Eksekutif Rekonvasi Bhumi, NP Rahadian, mengungkapkan, maraknya aneka tambang yang ada di Provinsi Banten membuat pebukitan dan hutan kehilangan pepohonan dan rawan banjir. Apalagi, dalam citra satelit yang ditangkap Google, memperlihatkan banyak daerah di Banten yang “bopeng” karena adanya tambang.
“Kita punya potensi yang sama dengan sejumlah daerah di Sumatera dalam hal potensi banjir. Hanya skalanya saja yang berbeda,” kata NP Rahadian, Rabu (3/12/2025).
Rekonvasi Bhumi sendiri merupakan organisasi yang fokus pada penyelamatan lingkungan dan terus berupaya memulihkan bumi dengan memperbanyak kegiatan menanam pohon. Hingga saat ini, Rekonvasi Bhumi terus menanam pohon, terutama di hulu Banten. Terakhir, mereka sedang fokus menanam di kawasan Pangrango, Halimun, Salak untuk mencegah banjir dan longsor.
NP Rahadian mengungkapkan, banjir di hulu sungai Ciujung memberikan gambaran bahwa bencana banjir bisa lebih besar apabila kerusakan alam semakin masif. Kawasan tangkapan air yang berubah menjadi tambak membuat banjir di Cilegon menjadi lebih luas dan masif. Karena itu perlu ada penggunaan lahan yang bijak.
NP Rahadian mengatakan, meski memiliki potensi bencana yang sama dengan sejumlah daerah di Sumatera namun skalanya menurutnya lebih kecil. Apalagi, sejumlah daerah yang ditambang bukan pegunungan yang bisa menyebabkan adanya longsor. Penambangan masih berada pada daerah yang cukup rendah.
BACA JUGA : Pemprov Banten Siapkan Bantuan untuk Korban Banjir Rob di Sumatera
“Bagunya kawasannya secara level bukan di pegunungan tapi lebih ke bawah. Kalau berpotensi menyebabkan longsor kemungkinannya kecil tapi erosi sedimen akan membuat daya tampung sungai menjadi sangat berkurang,” katanya.
Ancaman utamanya menurutnya adalah banjir. Daerah-daerahndi sepanjang daerah aliran sungai Ciujung, Cidurian, dan Cibanten sama-sama memiliki potensi banjir. Terutama daerah sekitar aliran sungai Cibanten yang daya tampung sungainya sudah berkurang akibat adanya perumahan, sedimentasi lumpur, dan lain-lain.
Untuk wilayah Cilegon, banjir terjadi ketika air dari hulu besar dan di saat yang sama air dari laut rob menyebabkan banjir yang tidak bisa terhindari. Inilah yang menyebabkan banjir di wilayah Ciwandan dan sekitarnya.
Untuk Kota Serang banjir lebih banyak disebabkan oleh masalah drainase yang hingga saat ini tidak pernah selesai. “Untuk Tangerang karena dia diapit sungai, misalnya sungai Cisadane, sehingga ketika air meluap akhirnya ke pemukiman warga,” katanya.
Namun, banjir menurut NP Rahadian tidak hanya disebabkan oleh bagian hulu yang pepohonannya mengalami penebangan bahkan pembalakan. Yang juga menjadi penyebab kerap kali ada di bagian hilir, terutama penataan kota yang tidak benar.
Kebiasaan masyarakat yang membuang sampah sembarangan kerap menyebabkan saluran air tersumbat. Ketika hujan deras, air tidak bisa mengalir secara lancar dan akhirnya meluap bahkan menyebabkan banjir.
BACA JUGA : Walikota Cilegon Robinsar Minta Camat dan Lurah Rutin Gotong Royong Cegah Potensi Banjir
Selain itu, pembuatan drainase yang sempit dan kerap tersumbat dan tertimbun juga menjadi masalah di bagian hilir sebagai penyebab banjir. Karena itu, NP Rahadian mengaku lebih suka mengurusi bagian hulu dengan banyak menanam pohon ketimbang memperbaiki bagian hilir yang membutuhkan waktu dan tenaga lebih besar.
Namun bencana tidak melulu disebabkan karena alam yang rusak. Pemanasan global yang terjadi di bumi saat ini juga menyumbang potensi bencana. Khusus di wilayah utara Banten, akan mengalami banjir rob karena permukaan air laut akan semakin tinggi.
Sementara itu, berdasarkan data Dinas Energi Sumber Daya Mineral Provinsi Banten, saat ini ada kurang lebih 226 izin tambang yang ada di Provinsi Banten. Dari jumlah itu, sebanyak 152 izin yang sudah punya izin operasi produksi. Sementara sisanya masih berproses.
Adapun rinciannya adalah ada 36 izin yang masih eksplorasi atau masih penelitian, 151 sudah mengantongi izin operasi produksi, 12 sudah ada izin penambangan batu, 4 izin penjualan, 18 izin penjualan dan pengangkutan, 3 izin usaha jasa penunjang, dan 1 izin penambangan rakyat. Adapun tambang-tambang itu saat ini tersebar di empat kabupaten kota, yaitu di Kabupaten lebak 86 tambang, Kabupaten Serang 93 tambang, Pandeglang 26 tambang, dan Cilegon 17 tambang. (***)















