BANTENRAYA.COM – Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) menggelar acara penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU), dengan Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia di Auditorium Kampus Untirta Sindangsari.
Acara ini juga dirangkaikan dengan kuliah umum yang disampaikan langsung oleh Yassierli, dan disambut oleh Rektor Untirta H. Fatah Sulaiman dan jajaran.
Penandatanganan MoU ini bertujuan untuk memperkuat kerjasama antara Untirta dan Kementerian Ketenagakerjaan dalam bidang pendidikan, pelatihan, dan pengembangan sumber daya manusia.
Baca Juga: Film Karya DC Terbaru 2025, Inilah 5 Superhero yang Tampil di Film Superman
Kerja sama ini diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata dalam meningkatkan kualitas lulusan Untirta agar siap memasuki dunia kerja dan memenuhi kebutuhan industri nasional.
Rektor Untirta H. Fatah Sulaiman menyambut baik kerjasama ini dan berharap dapat memberikan manfaat besar bagi mahasiswa dan lulusan Untirta.
Ia menekankan pentingnya kolaborasi antara perguruan tinggi dan pemerintah dalam menciptakan sumber daya manusia yang kompeten dan berdaya saing tinggi.
Baca Juga: Kemkomdigi Tuntut Perempuan Terus Berkarya di Ruang Digital Lewat DTS, Apa Itu?
Menurutnya, Untirta merupakan bagian dari Kementerian Ketenagakerjaan RI yang siap menciptakan sumber daya manusia yang unggul, dan berdaya saing dikancah internasional.
Salah satu implementasi dari hal ini, adalah dengan adanya program pendidikan dan pelatihan teknisi industri kimia (P3TIK) Untirta.
“Dampak pengayaan ini sangat berharga karena disampaikan langsung oleh Pak Menteri terkait dengan ketenagakerjaan baik dilevel nasional maupun internasional, dan terima kasih atas waktunya Pak Menteri yang sudah menyempatkan diri untuk datang ke Untirta,” ujarnya.
Baca Juga: Bukan Dikirim ke Barak Militer, Ini Cara Gubernur Pramono Redam Aksi Tawuran di Jakarta
Dalam kuliah umum yang diselenggarakan setelah penandatanganan MoU, Menaker menyampaikan materi mengenai tantangan dan peluang ketenagakerjaan diera digital.
Mahasiswa Untirta diajak untuk memahami dinamika pasar kerja saat ini, dan pentingnya penguasaan keterampilan yang relevan dengan kebutuhan industri.
“Kita harus menjadi negara maju, Indonesia Emas 2045, sementara dari aspek digital, para pekerja kita masih rendah yakni 19 persen lebih rendah dibanding benchmark kita yang mencapai 60 persen,” ucapnya.
Baca Juga: Pesulap Merah Bongkar Trik Penggandaan Uang, Nama Dimas Kanjeng Langsung Disebut-sebut
“Bahkan yang advance hanya enam persen. Jadi, saya ingin berbicara kepada adik-adik semua, kita harus lihat data ini dengan serius. Tantangan yang adik-adik hadapi lebih berat ketimbang waktu saya kuliah 30 tahun lalu. Tantangan semakin berat dan di sinilah adik-adik harus melakukan perencanaan dari sekarang,” sambungnya. ***


















