BANTENRAYA.COM – Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Banten mengungkap penyebab lonjakan harga pada komosditas MinyaKita belakangan ini.
Adapun melonjaknya harga Minyakita di pasaran disebabkan belum optimalnya distribusi dari produsen utama ke wilayah Banten.
Kondisi ini membuat harga jual MinyakKita jauh di atas batas harga eceran tertinggi (HET) yang telah ditetapkan pemerintah.
Baca Juga: Pecinta Kucing Jangan Skip, Puskeswan Pandeglang Buka Layanan Sterilisasi untuk Si Anabul
Kepala Disperindag Provinsi Banten, Babar Suharso mengatakan, melonjaknya harga Minyakita terjadi secara nasional.
“Harga Minyakita sekarang rata-rata sudah Rp17.900 per liter, bahkan ada yang jual sampai Rp18.000. Padahal HET-nya hanya Rp15.700. Ini memang sudah cukup tinggi ya,” kata Babar, Selasa, 6 Mei 2025.
Babar menjelaskan, penyebab utama kenaikan harga terletak pada tersendatnya distribusi dari produsen, khususnya PT Wilmar, yang merupakan salah satu perusahaan yang ditugaskan untuk menyuplai Minyakita ke daerah.
Baca Juga: Bikin Resah, 2 Preman di Terminal Pakupatan dan Tugu Patung Kota Serang Diamankan
Babar menuturkan, pihaknya kesulitan memantau distribusi karena minimnya laporan dari distributor utama.
“Yang menjadi kendala adalah laporan dari distributor tingkat pertama (D-1) yang tidak lengkap,” tuturnya.
“Ini menyulitkan kami dalam memastikan pasokan. Kami akan segera koordinasi dengan Satgas Pangan untuk menindaklanjutinya,” jelasnya.
Ia juga mengungkapkan bahwa, Gubernur Banten Andra Soni sebelumnya telah melakukan inspeksi langsung ke fasilitas produksi Wilmar untuk mendorong peningkatan kuota distribusi.
PT Wilmar, kata Babar, mengaku telah menyanggupi peningkatan pasokan ke Banten melalui Perum Bulog.
“Ini jadi pekerjaan rumah kami agar pasokan dari Wilmar ke Banten benar-benar terealisasi lewat Bulog sebagai distributor utamanya,” kata Babar.
Baca Juga: Luna Maya Berbinar Setelah Proses Siraman, Netizen: Auranya Bagus Banget
Babar menerangkan, berdasarkan catatan Disperindag Banten, kebutuhan Minyakita di Provinsi Banten mencapai sekitar 14.000 ton per bulan dalam bentuk curah, yang kemudian dikonversi ke bentuk liter sebelum didistribusikan ke masyarakat.
Untuk menekan lonjakan harga dan memastikan ketersediaan barang, Babar menyebut pihaknya akan segera bertemu dengan Bulog Pusat dan manajemen pusat Wilmar guna menyusun pola distribusi yang lebih efektif.
“Minggu ini akan kami tindak lanjuti. Kami akan bahas secara khusus mekanisme kerja sama distribusi antara Bulog dan Wilmar agar pasokan bisa lebih lancar,” ujarnya.
Baca Juga: Daftar Lengkap Pemenang Baeksang Awards 2025, When Life Gives You Tangerines Borong Piala
Selain Minyakita, Disperindag juga mewaspadai potensi gangguan pasokan pada komoditas lain, terutama bawang putih yang masih sangat bergantung pada impor.
“Kalau bawang putih lebih sederhana, karena bergantung pada stok importir. Tapi kami tetap akan koordinasi dengan Kementerian Perdagangan,” pungkasnya.
Sebagai informasi, sejumlah komoditas pangan menjadi pemicu inflasi di Banten. Minyakita menjadi salah satu komoditas yang menjadi penyebab inflasi.
Tingginya permintaan pasar dan minimnya ketersediaan stok, membuat harganya melambung tinggi hingga melebihi batas HET. ***


















