BANTENRAYA.COM – Kasus gagal ginjal akut pada anak terus mengalami kenaikan di Indonesia dalam beberapa waktu terakhir.
danya kasus gagal ginjal akut pada anak mendapatkan sorotan dari Komunitas Pasien Cuci Darah Indonesia atau KPCDI.
KPCDI menyebut ada yang kecolongan dengan adanya kasus gagal ginjal akut pada anak yang terjadi di beberapa kota dan korbannya sudah ratusan.
Ketua Umum KPCDI Tony Samosir mengaku miris melihat meningkatnya kasus gagal ginjal akut pada anak yang terjadi dalam sebulan terakhir.
“Kita miris ya melihat seperti itu (kasus gagal ginjal akut pada anak). Saya ngikutin sih, ada obat-obatan beberapa yang ditarik,” kata Tony Samosir saat dihubungi Bantenraya.com pada Kamis, 20 Oktober 2022.
Baca Juga: Keren! Lomba Inovasi PLN Diikuti Pelajar hingga Mahasiswa Korea
Tony yang juga pernah menjadi pasien gagal ginjal dan melakukan transplantasi ginjal meminta agar ada yang bertanggungjawab atas kasus gagal ginjal akut pada anak.
“Ini kan persoalan tanggungjawab, siapa yang bertanggungjawab? Ada yang kecolongan,” katanya.
Tony juga mengimbau kepada orang tua yang memunyai anak sedang sakit agar tidak dikasih obat sendiri.
Agar anak yang sakit dibawa ke dokter atau ke klinik agar diresepkan obat yang aman, bukan yang menyebabkan gagal ginjal akut.
“Gagal ginjal baik kronik maupun akut penangan harus cepat dan tepat,” katanya.
Baca Juga: Menko PMK Minta Polri Usut Kasus Gagal Ginjal Akut, Alasannya Mengejutkan
Jika fungsi ginjal sudah mengalami penurunan, tidak akan bisa kembali seperti semula.
“Kadang kita tidak tahu anak kita jumlah urinenya seperti apa. Kalau ginjalnya akut atau kronik dia (ginjal) sama-sama tidak bisa membuang urine. Itu yang harus diwaspadai,” pintanya.
Dalam kasus gagal ginjal, kata Tony, ada yang membutuhkan penangan dialysis atau konservatif.
“Kalau gagal ginjal pada anak lebih rumit lagi. Kalau harus dialysis (sampai cuci darah), karena pembuluh darahnya kecil-kecil dan fasilitas terbatas,” ungkapnya.
Menurut Tony, saat ini tidak semua rumah sakit bisa menangani pasien gagal untuk cuci darah, apalagi untuk kasus gagal ginjal akut pada anak.
“Tidak semua rumah sakit bisa menangani gagal ginjal pada anak. Setahu saya di Jakarta saja baru satu, RSCM (Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo),” katanya.
Baca Juga: 24 Oktober 2022 Peringatan Hari Dokter Nasional, Jadi Libur Nasional atau Tidak?
Tony juga megimbau kepada keluarga yang memunyai keluarga baru dinyatakan gagal ginjal, harus diberikan semangat serta motivasi.
“Ketika dinyatakan gagal ginjal, pasti ada penolakan dan sulit menerima, nanti sampai posisi pada oh iya saya tidak menjaga pola hidup yang sehat. Tapi percayalah ginjalnya saja yang gagal, tetapi mampu melakukan hal yang positif,” kata Tony.
Tony juga mengungkapkan banyak pasien gagal ginjal yang telah melewati masa tersebut hingga 10 tahun lebih.
“Saya punya teman anaknya divonis gagal ginjal Ketika tiga bulan, tetapi dengan semangat bisa melewati masa itu sampai empat tahun. Meski sekarang sudah meninggal, tetapi bisa melewati masa itu,” ungkapnya.
Tony mengaku, dalam kasus Badan Pengawas Obat dan Makanan atau BPOM dan pemerintah harus mengambil Langkah strategis.
“Jujur ini kecolongan, karena obat-obatan sirup banyak selama ini. Meski lagi diteliti, tetapi kita tahu kalau obat itu dibuat, kita tahu mana yang harus dihindari, tidak seperti virus corona yang tidak terlihat,” ucapnya.
Baca Juga: Link Nonton Preman Pensiun 7 Episode 7 Malam Ini: Waduh Gawat Nih, Roy Sepertinya Selingkuhi Safira
Tony menguraikan data pasien gagal ginjal yang dimiliki KPCDI dalam beberapa tahun terakhir, selama 2017 ada kasus gagal ginjal aktif sebesar 77.982 dan 30.831 merupakan pasien baru.
Kata Tony, selama 2018, ada 135.486 kasus gagal ginjal aktif fan 66.433 merupakan kasus baru.
Pada 2019, ada 185.901 kasus gagal ginjal aktif dan 69.124 merupakan kasus baru.
“Kalau untuk data 2020 dan 2021 memang belum terkumpul semua, karena kita terkendala adanya anggota kita yang meninggal dunia saat puncak covid19 dua tahun itu,” akunya.*