BANTERAYA.COM – Insiden Gerakan 30 September atau G30S menjadi momen sejarah yang diperingati setiap akhir bulan September.
Peristiwa ini diperingati untuk mengenang peristiwa berdarah para Perwira Tinggi yang penting bagi bangsa dan pembunuhan sejumlah Jenderal yang kemudian dikubur dalam sumur sempit, yang dikenal sebagai Lubang Buaya.
Peristiwa beradarh itu akhirnya dikisahkan dan diabadikan dalam sebuah Flim karya Arifin C Noer berjudul “Pengkhianatan G30S/PKI”.
Baca Juga: Profil dan Peran Cecep dalam Preman Pensiun, Ternyata Pernah Menjadi Manajer
Film ini sempat menjadi tontonan wajib pada zaman Orde Baru. Hingga saat ini pun beberapa stasiun televisi dan Bioskop masih ada yang menayangkan film tersebut.
Namun, beberapa waktu belakangan pemutaran film G30S/PKI kembali menuai perdebatan, salah satunya karena film tersebut dianggap tidak sesuai dengan fakta sebenarnya.
Kendati bermuatan sejarah, tapi banyak yang meragukan fakta-fakta dalam film yang diproduksi oleh Perum Produksi Film Negara pada 1984 ini.
Baca Juga: Mengingat Sejarah Singkat Peristiwa G30S PKI yang Bikin Haru
Setelah sempat dihentikan penayangannya, dua stasiun televisi swasta yakni TvOne dan MNC TV kembali menyiarkan film gerakan 30 September (G30S). Jadwal promosi film tersebut sudah ditayang di media sosial masing-masing.
Berikut rangkuman fakta menarik flim G30S/PKI Yang Menuai Kontroversial Pro dan Kontrak, dikutip Bantenraya.com dari berbagai sumber Kamis 22 September 2022.
1. Film Pengkhianatan G30S/PKI banyak menampilkan adegan kekerasan
Baca Juga: Mahfud MD Tuding Bjorka Bukan Sebar Data Pemerintah, Tapi Sebar Data Palsu
Film Gerakan 30 September tersebut cukup sadis jika kita tonton dan memuat berbagai adegan kekerasan yang tidak layak untuk ditampilkan.
Adegan tersebut di antaranya adalah ketika pasukan Tjakrabirawa menembak Jendral Ahmad Yani, wajah dari korban yang disilet oleh Gerwani, dan proses penyiksaan empat pahlawan yang ditangkap hidup-hidup.
Selain adegan kekerasan yang sudah disebutkan di atas, masih ada adegan yang seharusnya tidak diperlihatkan dengan jelas di film tersebut, yaitu ketika tubuh Ade Irma Nasution meneteskan darah.
Baca Juga: Kejari Cilegon Ingatkan Agar Program Salira Wajib Berdayakan Masyarakat Lokal
2 Timor-Timur menjadi bagian dari Indonesia.
Selain memuat adegan kekerasan yang tidak layak untuk ditonton, dalam film tersebut juga terekam kejanggalan peta Indonesia yang letaknya di ruang Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad).
Dalam peta itu, Timor Timur turut menjadi bagian dari Indonesia. Padahal Sejarawan Asvi Warman Adam mengungkapkan, pada 1965/1966 Timor Timur belum terintegrasi dengan NKRI.
3.Film ini wajib diputar di stasiun televisi pada masa Orde Baru
Pada masa Orde Baru, film “Pengkhianatan G30S/PKI” merupakan film yang wajib diputar di Stasiun Televisi Republik Indonesia (TVRI) setiap 30 September. Film yang mulai diputar pada 1984 ini, berhenti ditayangkan pada 1998.
Alasan berhenti ditayangkan, karena banyak masyarakat meragukan kebenaran apa yang digambarkan dalam film ini.
Bahkan banyak pihak merasa dirugikan melalui film “Pengkhianatan G30S/PKI” tersebut.
Baca Juga: Preman Pensiun 6 Tidak Tayang Hari Ini, Terus Kapan? Simak Penjelasan Berikut
Namun hingga kini flim tersebut dipublikasikan kembali karna gerakan G30S PKI merupakan sejarah kelam para Jendral dan Perwira yang melindungi presiden Soekarno atas kudeta bangsa sendiri.***


















