BANTENRAYA.COM – Fenomena lelaki seks lelaki (LSL) di Banten semakin mengkhawatirkan.
Sebab, kasusnya tidak hanya terjadi pada anak remaja melainkan anak-anak. Bahkan, Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Provinsi Banten menemukan kasus LSL di anak SD.
Koordinator Program KPA Provinsi Banten Arif Mulyawan mengungkapkan, penelusuran yang dilakukannya menemukan bahwa kasus LSL semakin mengkhawatirkan karena korbannya adalah anak-anak.
Dia menemukan ada satu anak SD di Pandeglang menjadi LSL setelah ada predator anak yang mensodominya.
“Setelah kami temui anak itu mengaku dirinya terlahir sebagai perempuan bukan lelaki,” kata Arif, Minggu, 4 September 2022.
Dia mengatakan, anak-anak sampai dengan usia 15 tahun sangat terpengaruh dengan apa yang terjadi di sekitarnya. Hal itu terjadi pada anak SD di Pandeglang ini.
Karena dia mendapat masukan dari luar bahwa dia adalah perempuan, maka dalam pikirannya dia merasa bahwa itu adalah benar.
Arif menyatakan, fenomena LSL sangat mengkhawatirkan. KPA Provinsi Banten memperkirakan jumlah LSL di Banten saat ini mencapai 21.138 orang.
Perilaku LSL sangat mengkhawatirkan karena menjadi salah satu pintu masuk virus HIV.
“HIV menular karena transmisi seksual atau hubungan seksual,” tutur Arif.
Arif menyatakan, potensi meningkatnya HIV pada LSL disebabkan karena perilaku LSL tidak setia pada pasangan.
LSL menurutnya berbeda dengan gay. Bila gay, meski menyukai sesama lelaki, namun mereka biasanya setia dengan pasangan lelaki mereka.
Baca Juga: Nita Gunawan sapa penggemarnya dengan pamer gigi, netizen: Gigi Raffi Ahmad bukan?
Bahkan, bisa jadi mereka akan meninggalkan pacar perempuan mereka untuk bisa bersama dengan pasangan lelakinya.
Sementara LSL, selain menyukai hubungan seksual dengan perempuan, misalkan istri sah yang mereka nikahi, mereka juga menyukai hubungan seksual dengan sesama lelaki.
Mereka inilah yang tidak setia dengan pasangan perempuan mereka lalu berhubungan seksual dengan sesama jenis.
Lalu ketika mereka berhubungan seks dengan lelaki yang positif HIV dan tertular, mereka akan menularkan lagi HIV ke istri mereka.
“Lalu ketika istrinya positif HIV dan hamil, dia akan menularkan ke anak dalam kandungannya,” kata Arif.
Kasus LSL pada anak SD ini kemudian akan semakin memperbanyak penemuan kasus HIV/ AIDS pada anak-anak.
Baca Juga: Dampak Kenaikan BBM, Tarif Angkutan Barang Naik Hingga 25 Persen
Berdasarkan data yang diberikan KPA Banten, penemuan kasus anak HIV di Indonesia naik turun dari tahun ke tahun.
Selama 3 tahun terakhir, penemuan kasus anak HIV bervariasi jumlahnya.
Pada tahun 2019 ditemukan 101 kasus, tahun 2020 ditemukan 79 kasus, dan tahun 2021 ditemukan 67 kasus.
“Untuk tahun 2022 dari Januari sampai dengan Maret ditemukan 24 kasus,” ujar Arif.
Sebelumnya diberitakan, penderita HIV di Banten mencapai 33.165 orang dari empat kelompok, yaitu LSL, pengguna nafza suntik (penasun), waria, dan wanita pekerja seks (WPS).
Padahal, yang benar adalah mereka itu populasi kunci yang rentan terinveksi HIV dan belum bisa dinyatakan positif HIV sebelum dilakukan tes.
Baca Juga: Protes Warganet Usai BBM Naik Banjiri Komentar Instagram Jokowi, Minta Pengurangan Gaji DPR
“Populasi kunci adalah kelompok yang terpinggirkan secara sosial, sering dikriminalisasi dan menghadapi berbagai pelanggaran hak asasi manusia yang meningkatkan kerentanan mereka terhadap HIV,” ujar Arif. (***)



















