BANTENRAYA.COM – Jemaah haji Indonesia mulai pulang ke Tanah Air setelah melaksanakan ibadah haji di Tanah Suci Mekkah dan Madinah.
Ketika akan berangkat haji, saudara dan teman mendoakan agar yang berangkat haji mendapatkan haji mabrur.
Namun, apa itu haji mabrur? Lalu adakah ciri orang mendapatkan haji mabrur?
Baca Juga: CEK NAMAMU HARI INI! Ini Link Final Calon Pegawai BUMN 2022, Simak Selengkapnya di Sini
Dalam artikel ini, Anda akan mendapatkan apa itu makna haji mabrur dan apa ciri-ciri orang yang mendapatkan haji mabrur?
Sebagaimana diketahui, haji adalah Rukun Islam yang kelima.
Haji menjadi wajib hanya bagi yang mampu.
Baca Juga: Ditahan Polisi, Akun IG Nikita Mirzani Lenyap
Definisi mampu ini ada yang mengartikan mampu secara finansial namun ada juga yang mengartikan mampu secara fisik.
Atau mampu keduanya.
Dan ternyata haji mabrur tidak ditentukan dari sering atau tidaknya kita melaksanakan haji.
Baca Juga: Rp 38 Miliar Untuk Percepatan Penurunan Stunting di Kota Serang
Pahala haji sendiri bagi yang haji mabrur adalah surga.
Ini berdasarkan sebuah hadits Nabi Muhammad SAW sebagaimana dikutip Bantenraya.com dari nu.or.id, Jumat, 22 Juli 2022.
Berikut adalah hadits tersebut.
الْحَجَّةُ الْمَبْرُورَةُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلَّا الْجَنَّةُ
Al hajjatu Al mabrurotu laisa lagu jazaaun Illa Al Jannah.
Baca Juga: Bakesbangpol Serang Beri Arahan Penggunaan Dana Banpol
Artinya:
“Tidak ada balasan bagi haji mabrur kecuali surga.” (HR An-Nasa’i)
Lalu apa itu makna mabrur dalam hadits tersebut?
Berikut 3 makna atau definisi dari haji mabrur.
Baca Juga: Kelebihan Pembayaran Proyek Jalan di DPUTR Kota Cilegon Rp 1,6 M Belum Dikembalikan
1. Hajinya penuh ketaatan
Haji mabrur adalah haji yang tidak tercampuri kemaksiatan. Artinya, selama menjalankan haji tidak disertai dengan perilaku yang mengarah pada maksiat.
Kata “al-mabrur” sendiri diambil dari kata al-birr yang artinya ketaatan.
Dengan kata lain haji mabrur adalah haji yang dijalankan dengan penuh ketaatan sehingga tidak tercampur dengan kemaksiatan atau dosa.
Baca Juga: AJI Indonesia Serukan Blokir Kominfo
Pendapat ini menurut Muhyiddin Syarf an-Nawawi, dipandang sebagai pendapat yang paling sahih.
قَالَ النَّوَوِيّ مَعْنَاهُ أَنَّهُ لَا يَقْتَصِر لِصَاحِبِهَا مِنْ الْجَزَاء عَلَى تَكْفِير بَعْض ذُنُوبه لَا بُدّ أَنْ يَدْخُل الْجَنَّة قَالَ : وَالْأَصَحّ الْأَشْهَر أَنَّ الْحَجّ الْمَبْرُور الَّذِي لَا يُخَالِطهُ إِثْم مَأْخُوذ مِنْ الْبِرّ وَهُوَ الطَّاعَة
“Menurut Muhyiddin Syarf an-Nawawi makna hadits “Tidak ada balasan bagi haji mabrur kecuali surga” adalah bahwa ganjaran bagi orang dengan haji mabrur tidak hanya sebatas penghapusan sebagian dosa. Mabrur itu yang mengharuskan ia masuk surga.
Baca Juga: Sambut Tahun Baru Muharram dengan Amalan Puasa Sunnah, Berikut Tata Cara dan Niatnya
Imam Nawawi berkata:
‘Yang paling sahih dan masyhur adalah bahwa haji mabrur yang bersih dari dosa itu diambil dari al-birr (kebaikan) yaitu ketaatan”. (Lihat, Jalaluddin as-Suyuthi, Syarhus Suyuthi li Sunan an-Nasa’i, Halb-Maktab al-Mathbu’at al-Islamiyyah, cet ke-2, 1406 H/1986 H, juz, V, h. 112).
2. Hajinya diterima
Haji mabrur juga dimaknai sebagai haji maqbul (diterima) dan dibalas dengan al-birr (kebaikan) yaitu pahala.
Baca Juga: Launching Tim, Persita Bidik Posisi Papan Tengah Liga 1
Sedang ciri bahwa haji seseorang itu maqbul atau mabrur adalah ia kembali menjadi lebih baik dari sebelumnya dan tidak mengulangi perbuatan maksiat.
وَقِيلَ : هُوَ الْمَقْبُولُ الْمُقَابَلُ بِالْبِرِّ وَهُوَ الثَّوَابُ، وَمِنْ عَلَامَةِ الْقَبُولِ أَنْ يَرْجِعَ خَيْرًا مِمَّا كَانَ وَلَا يُعَاوِد الْمَعَاصِي
“Ada pendapat yang mengatakan: ‘Haji mabrur adalah haji yang diterima yang dibalas dengan kebaikan yaitu pahala. Sedangkan pertanda diterimanya haji seseorang adalah kembali menjadi lebih baik dari sebelumnya dan tidak mengulangi melakukan kemaksiatan.” (Jalaluddin as-Suyuthi, Syarhus Suyuthi li Sunan an-Nasa’i, juz, V, h. 112).
Baca Juga: Hingga Juli 2022 ada 10 Kasus Perkara Korupsi Naik ke Penyidikan
3. Haji tanpa riya
Seseorang yang berangkat haji atau berkali-kali haji bisa saja timbul dalam hatinya sifat Riyaz yaitu ingin dipuji orang.
Padahal, ciri haji mabrur adalah hajinya tidak dibarengi dengan riya.
Haji mabrur menjalankan ibadah ikhlas karena ketaatan kepada Allah SWT tanpa mengharap pujian dari orang.
وَقِيلَ هُوَ الَّذِي لَا رِيَاءَ فِيهِ وَقِيلَ : هُوَ الَّذِي لَا يَتَعَقَّبهُ مَعْصِيَةٌ وَهُمَا دَاخِلَانِ فِيمَا قَبْلهُمَا
Baca Juga: Mahasiswa Desak Kanwil Kemenag Banten Segera Benahi Birokrasi
“Ada ulama yang mengatakan haji mabrur adalah haji yang tidak ada unsur riya` di dalamnya. Ada lagi ulama yang mengatakan bahwa haji mabrur adalah yang tidak diiringi dengan kemaksiatan. Kedua pandangan ini masuk ke dalam kategori pandangan sebelumnya.” (Jalaluddin as-Suyuthi, Syarhus Suyuthi li Sunan an-Nasa’i, juz, V, h. 112).
Menanggapi beberapa pendapat berbeda dengan haji mabrur ini, Al-Qurthubi berkata bahwa pelbagai pendapat tentang penjelasan haji mabrur yang telah dikemukakan itu sebenernya saling berdekatan.
Al-Qurthubi berkata:
قَالَ الْقُرْطُبِيُّ : الْأَقْوَالُ الَّتِي ذُكِرَتْ فِي تَفْسِيرِهِ مُتَقَارِبَةٌ وَأَنَّهُ الْحَجُّ الَّذِي وُفَّتْ أَحْكَامُه وَوَقَعَ مَوْقِعًا لِمَا طُلِبَ مِنْ الْمُكَلَّف عَلَى وَجْهِ الْأَكْمَلِ
Demikian 3 ciri haji mabrur sebagaimana diungkapkan di atas. ***
Sumber: nu.or.id
https://islam.nu.or.id/bahtsul-masail/pengertian-haji-mabrur-dan-tandanya-1VEru



















