BANTENRAYA.COM – Dalam artikel ini terdapat Kultum Ramadhan dan ceramah singkat yang bisa digunakan untuk hari ke 5 dan hari ke 6 Ramadhan.
Kultum Ramadhan dan ceramah singkat hari ke 5 ini bisa digunakan untuk kegiatan sebelum tarawih, sesudah subuh, atau sebelum magrib.
Kultum Ramadhan dan ceramah singkat hari ke 5 mengambil tema Ramadhan Meningkatkan Kepekaan Sosial.
Tema Ramadhan Meningkatkan Kepekaan Sosial adalah untuk meningkatkan kepedulian masyarakat kepada sesama.
Apalagi di hari ke 5 Ramadhan, masyarakat semakin mengenal dengan apa namanya rasa lapar.
Masyarakat semakin paham bahwa banyak orang yang merasakan rasa lapar yang sama, bahkan setiap hari.
Oleh karena itu, Kultum Ramadhan dan ceramah singkat hari ke 5 mengambil tema Ramadhan Meningkatkan Kepekaan Sosial diharapkan meningkatkan kepedulian sosial.
Berikut narasi lengkap Kultum Ramadhan dan ceramah singkat hari ke 5 mengambil tema Ramadhan Meningkatkan Kepekaan Sosial.
Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh
Jamaah yang dimuliakan Allah SWT
Alhamdulillah kita masih diberikan kesehatan di hari ke 5 Ramadhan ini untuk menjalan ibadah puasa, dan ibadah lainnya dimana pahalanya dilipatgandakan.
Mudah-mudahan kita senantiasa diberikan perlindungan dan karunia dari Allah SWT.
Suatu ketika Nabi Yusuf alaihis salam ditanya: “Kenapa engkau selalu lapar, tidak banyak makan?. Beliau menjawab: Aku khawatir jika aku kenyang akan melupakan orang yang lapar.”
Ibadah puasa yang tengah kita jalani di bulan yang agung ini bukan sekedar mengasah spiritualitas kita, melainkan juga menajamkan kepekaan sosial kita.
Allah memerintahkan kita untuk berlapar-lapar dan berhaus-haus agar kita merasakan derita orang di sekitar, hingga kita terdorong untuk mengulurkan tangan membantu mengentaskan derita dan menghilangkan kesulitan mereka.
Dari ibadah puasa diharapkan ada dampak sosial yang nyata, yaitu merasakan derita dan peduli terhadap lingkungan sosial yang membutuhkan uluran tangan kita.
Islam adalah agama yang diturunkan bukan hanya untuk menyambung tali kedekatan dengan pencipta semata, melainkan juga untuk menyambung tali asih dengan sesama di sekitar kita.
Islam bukan hanya agama spiritual, tapi juga agama sosial – politik (politik dalam arti pengelolaan terhadap urusan umat). Islam adalah agama yang diturunkan untuk menjadi solusi, dengan menghadirkan konsep-konsep sosial, ekonomi, Pendidikan, budaya dan pilitik kenegaraan.
Salah satu solusi yang ditunjukan Islam adalah nilai kepedulian yang diajarkan melalui puasa kita. Nilai kepedulian ini harus nyata dalam bentuk sikap dan tutur kata kita, dalam perilaku antar individu. Yang lebih penting prinsip kepedulian ini harus menjelma nyata dalam bentuk kebijakan para pengambil kebijakan.
Secara individu kita harus peka terhadap keadaan sesama, tidak boleh membiarkan orang menderita ada di sekitar kita.
Rasulullah SAW bersabda: “Tidak beriman kepadaku orang yang terlelap tidur dalam keadaan kenyang, sementara tetangganya lapar (dan ia membiarkannya) padahal dia mengetahui.” (HR. Hakim dalam Al Mustadrak)
Kita diajarkan untuk menebar sikap kasih sayang yang menjelma dalam sikap peduli membantu menyelesaikan kebutuhan orang-orang yang terhalang dari menunaikannya
Rasulullah bersabda: “Allah akan selalu menolong seseorang selama ia berusaha menolong saudara-nya.” (HR. Muslim)
Rasulullah SAW mengajarkan: “Orang-orang yang menyayangi akan disayangi oleh Allah yang Maha Rahman. Sayangilah siapa saja yang ada di muka bumi ini, niscaya yang di langit akan menyayangi kalian.” (HR. Tirmidzi )
Dalam tataran kebijakan, Islam melarang keras para pengambil kebijakan mengeluarkan kebijakan dan aturan-aturan yang menyulitkan rakyat. Aturan yang menyulitkan adalah bukti matinya rasa peduli dan sifat kasih sayang.
Rasulullah SAW mendoakan para pemimpin: “Ya Allah.. siapa saja yang diserahi mengurusi urusan umatku kemudian dia berlaku lembut (baca: sayang) kepada mereka, sikapilah mereka dengan lembut (baca: sayangilah mereka). Dan siapa saja yang diserahi mengurusi urusan umatku kemudian dia menyulitkan mereka, berilah kesulitan kepada mereka.” (HR. Muslim)
Sungguh ironi disaat kita sedang menjalani ibadah puasa yang mengajarkan kepekaan dan kepedulian, justru kita melihat banyak kesulitan dan penderitaan di sekitar kita. Apalagi jika kesulitan dan penderitaan itu sebagai akibat dari kebijakan yang menyulitkan kehidupan dari para pemimpin, pengambil kebijakan.
Sepertinya kita, siapapun kita, apapun posisi kita, perlu merenungi kembali puasa kita. Agar puasa kita tidak sekedar rutinitas belaka, agar puasa kita tidak sekedar menahan lapar dan dahaga, agar puasa kita melahirkan sifat peka dan peduli pada sesama.
Kita merindukan adanya individu-individu bergerak meringankan beban orang lain, dan selalu terdorong untuk mengilangkan kesulitan dan penderitaan sebagai buah dari ibdah puasa yang dijalaninya.
Kita juga merindukan adanya para pemangku kebijakan yang cinta kepada rakyat dan dicintai rakyat karena mengeluarkan kebijakan yang memudahkan dan menyejahterakan rakyat. Yaitu para pemimpin sebagaimana sabda Rasulullah SAW: “Sebaik-baiknya pemimpin kalian adalah orang-orang yang mencintai- kalian dan mereka mencintai kalian, mereka mendoakan kalian dan kalianpun mendokan mereka.” (HR. Muslim)
Kita berlindung dari para pemimpin yang dibenci rakyatnya karena mereka juga membenci rakyat, tidak punya rasa belas kasih, sehingga mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang menyulitkan rakyat.
Rasulullah bersabda: “Seburuk-buruknya pemimpin kalian adalah pemimpin yang membenci kalian dan kalian-pun membenci mereka. Pemimpin yang melaknat kalian dan kalian-pun melaknat mereka.” (HR. Muslim).
Naskah kultum ini pernah disampaikan oleh Mu’dir Mahad Al Abqary H Yasin Muthohar. ***















