Kamis, 4 Desember 2025
Banten Raya
  • Daerah
  • NasionalNew
  • Pendidikan
  • Opini
  • Ekonomi & Bisnis
  • Teknologi
  • Hukum & Kriminal
No Result
View All Result
Banten Raya
  • Daerah
  • NasionalNew
  • Pendidikan
  • Opini
  • Ekonomi & Bisnis
  • Teknologi
  • Hukum & Kriminal
Kamis, 4 Desember 2025
No Result
View All Result
No Result
View All Result
Banten Raya
  • Daerah
  • Nasional
  • Pendidikan
  • Opini
  • Ekonomi & Bisnis
  • Teknologi
  • Hukum & Kriminal

Relevansi Presidensialisme Multi Partai di Indonesia

Febby Prayoga Oleh: Febby Prayoga
20 November 2025 | 13:58
presidensialisme

Ilustrasi Presidensialisme multi partai. (ugm.ac.id)

Bagikan Ke WhatsAppBagikan Ke FacebookBagikan Ke TwitterBagikan Ke Telegram

BANTENRAYA.COM – Sejak Reformasi 1998, Indonesia memilih sistem presidensialisme sebagai bentuk pemerintahan yang dinilai paling tepat untuk menjaga stabilitas politik. Presiden dipilih langsung oleh rakyat dan memiliki masa jabatan tetap.

Secara teori, sistem presidensialisme ini dirancang agar cabang eksekutif dan legislatif beroperasi secara terpisah, saling mengawasi, dan mencegah penguasaan kekuasaan oleh satu partai. Akan tetapi, dalam praktiknya sistem presidensial di Indonesia berlangsung dalam konteks politik yang berbeda, yaitu sistem multi-partai yang sangat beragam.

Gabungan antara presidensialisme dan sistem multi-partai menciptakan fenomena yang dikenal sebagai ‘relevansi presidensial multi partai’, sebuah bentuk ketegangan politik dan kompromi di mana presiden harus terus-menerus bernegosiasi dengan banyak partai untuk menjaga kelangsungan pemerintahannya. Sebagai seorang mahasiswa Ilmu Pemerintahan, saya melihat situasi ini sebagai sebuah paradoks demokrasi Indonesia: di satu sisi, mencerminkan perwakilan politik yang luas, tetapi di sisi lain, menimbulkan ketidakstabilan dan melemahkan akuntabilitas.

BACA JUGA: Pertamina Bidik Laba Bersih Rp 54 Triliun Tahun 2025

Dalam sistem presidensial yang murni, presiden seharusnya tidak perlu bergantung pada dukungan mayoritas di parlemen untuk tetap berkuasa.

Namun, kenyataan politik di Indonesia menunjukkan hal sebaliknya. Presiden hampir selalu membangun koalisi besar lintas partai untuk mengamankan dukungan politik di Dewan Perwakilan Rakyat.

Koalisi ini dianggap penting untuk memperlancar agenda pemerintah, terutama dalam hal persetujuan anggaran dan kebijakan strategis nasional.

Sayangnya, praktik koalisi besar sering kali mengarah pada politik akomodasi kekuasaan. Banyak partai bergabung bukan karena ideologi yang sama atau visi nasional, melainkan untuk mendapatkan akses ke posisi menteri, posisi strategis, atau sumber daya ekonomi.

Akibatnya, oposisi menjadi sangat lemah. Parlemen, yang seharusnya berfungsi sebagai badan pengawas, kehilangan kekuatan kritisnya karena sebagian besar partai telah menjadi bagian dari pemerintah.

BACAJUGA:

dahlan iskan

Pesan Dahlan Iskan di Disway Awards 2025: Brand Lokal Harus Kian Mendunia

4 Desember 2025 | 17:15
disway awards 2025

Disway Awards 2025 Resmi Digelar, 522 Brand Nasional Raih Penghargaan Prestisius

4 Desember 2025 | 16:58
bubur sumsum

Gampang Banget! Resep Bubur Sumsum Pandan yang Lezat dan Gurih, Lumer di Mulut

4 Desember 2025 | 16:18
Dynamite Kiss

Spoiler Dynamite Kiss Episode 8 Sub Indo: Ji Hyeok Bakal Nikahi Ha Young?

4 Desember 2025 | 16:06

Dalam keadaan seperti ini, sistem presidensial yang seharusnya kuat terperangkap dalam ketergantungan pada kekuatan partai.

Presiden kehilangan kebebasan untuk membuat keputusan kebijakan secara mandiri karena harus mempertimbangkan kepentingan koalisi.

Fenomena ini menimbulkan apa yang disebut sebagai stabilitas semu, pemerintah terlihat stabil karena sedikitnya konflik politik yang terbuka, tetapi sebenarnya sangat rapuh karena didasarkan pada kompromi pragmatis.
Sebagai seorang mahasiswa yang mempelajari sistem pemerintahan, saya memahami bahwa demokrasi memerlukan kompromi. Namun, ketika kompromi berubah menjadi transaksi, nilai-nilai demokratis menjadi terdegradasi. Sistem presidensial multi-partai di Indonesia seringkali berubah menjadi arena tawar-menawar politik yang sengit. Jabatan publik menjadi alat tawar, yang tidak didasarkan pada kompetensi atau profesionalisme, tetapi pada kesetiaan kepada partai koalisi.

Dampak dari praktik ini sangat nyata. Pertama, kualitas kebijakan publik menurun karena banyak keputusan yang diambil berdasarkan kepentingan politik jangka pendek. Kedua, penerapan prinsip tata kelola yang baik menjadi sulit dilakukan karena proses politik dipenuhi dengan negosiasi tertutup dan pertukaran kepentingan yang tidak transparan. Ketiga, kepercayaan masyarakat terhadap lembaga pemerintah menurun karena rakyat merasa bahwa aspirasi mereka tidak lagi menjadi prioritas utama.

Sebagai mahasiswa Program Studi (Prodi) Ilmu Pemerintahan, saya meyakini bahwa situasi ini bukan sekadar masalah politik teknis, melainkan sebuah permasalahan institusional yang mendasar. Regenerasi partai yang lemah, disiplin ideologis yang rendah, dan budaya patronase politik telah menciptakan struktur politik yang sulit untuk dikendalikan melalui mekanisme demokrasi formal. Sebagai hasilnya, sistem presidensial kita tetap menghadapi tekanan akibat perpecahan politik yang tidak produktif.

Untuk dapat memperkuat sistem presidensial di tengah realitas sistem multi partai, Indonesia memerlukan langkah-langkah reformasi yang lebih tegas. Pertama, sistem partai perlu direorganisasi dengan serius. Jumlah partai yang berlebihan menyebabkan proses politik menjadi tidak efisien. Ambang batas parlemen harus dinaikkan secara bertahap agar hanya partai-partai yang memiliki basis dukungan yang kuat yang dapat memasuki Dewan Perwakilan Rakyat. Dengan demikian, sistem koalisi akan menjadi lebih sederhana dan stabilitas politik akan lebih mudah dipertahankan tanpa mengorbankan fungsi oposisi.

Kedua, lembaga-lembaga oposisi perlu diperkuat. Demokrasi tidak dapat berkembang tanpa adanya oposisi yang kritis dan membangun. Oposisi bukanlah musuh pemerintah, melainkan mitra dalam menjaga keseimbangan kekuasaan. Pemerintah yang tidak memiliki oposisi berisiko tinggi untuk melakukan kesalahan tanpa adanya perbaikan. Oleh karena itu, regulasi politik harus memberikan ruang dan insentif bagi partai-partai yang memilih untuk tidak bergabung dengan pemerintahan, misalnya melalui akses terhadap informasi kebijakan, alokasi anggaran pengawasan, atau ruang publik yang lebih luas.

Ketiga, transparansi dalam pembentukan koalisi dan penunjukan pejabat publik harus menjadi prinsip utama. Masyarakat berhak untuk mengetahui pertimbangan politik di balik setiap keputusan strategis, termasuk alasan mengapa partai tertentu bergabung dengan pemerintah. Transparansi dalam politik sangat penting agar masyarakat tidak memandang proses pemerintahan sebagai hasil dari transaksi kekuasaan, melainkan sebagai bentuk pemerintahan yang jujur dan dapat dipercaya. Dengan demikian, sistem kepresidenan Indonesia akan mendapatkan legitimasi dan dukungan yang kuat dari rakyat.

Selain itu, pendidikan politik untuk masyarakat perlu ditingkatkan agar warga dapat memahami mekanisme pemerintahan dengan lebih rasional. Partisipasi publik yang cerdas akan menjadi penyeimbang terhadap praktik kekuasaan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Pada akhirnya, kualitas demokrasi ditentukan tidak hanya oleh para pelaku politik di tingkat atas, tetapi juga oleh kesadaran warga di tingkat bawah.
Sistem presidensial bukanlah sistem yang cacat. Masalah terletak pada cara kita mengelola sistem dalam konteks politik yang kompleks. Jika partai politik dapat menjalankan fungsi perwakilan dan rekrutmen politik dengan baik, maka sistem multi-partai tidak akan menjadi beban bagi presidensialisme. Sebaliknya, hal ini akan memperkaya demokrasi dengan beragam pandangan dan solusi kebijakan.

Namun, jika partai politik bertindak hanya sebagai alat untuk perebutan kekuasaan tanpa dasar ideologis, maka sistem kepresidenan akan menjadi panggung bagi politik transaksional semata. Dalam keadaan seperti itu, masyarakat tidak akan lagi melihat pemerintah sebagai pelayan publik, melainkan sekadar sebagai tempat untuk kompromi elit.

Saya percaya bahwa demokrasi yang matang tidak lahir dari sistem yang sempurna, melainkan dari keinginan untuk terus memperbaikinya. Kebangkitan presidensialisme multipartai di Indonesia merupakan fase penting dalam perjalanan penguatan demokrasi kita. Ini menantang kita untuk berpikir lebih mendalam, apakah kita ingin mempertahankan stabilitas yang tidak nyata dengan mengorbankan kualitas demokrasi, atau berani memperkuat sistem dengan memperbaiki kelemahan struktural yang ada?

Sebagai mahasiswa Ilmu Pemerintahan, saya meyakini bahwa jawabannya sudah jelas. Sebuah demokrasi yang sehat membutuhkan keberanian untuk melakukan perubahan. Kita memerlukan suatu sistem politik yang tidak hanya stabil secara formal, tetapi juga adil, transparan, dan berfokus pada kepentingan masyarakat. Hanya dengan demikian, sistem presidensial multipartai di Indonesia tidak akan lagi menjadi sumber ketegangan dan akan mulai berfungsi sebagai dasar untuk pemerintahan yang benar-benar demokratis. ***

Editor: Dede Yusup
Tags: presidensialismestabilitas politik
Previous Post

Pertamina Bidik Laba Bersih Rp 54 Triliun Tahun 2025

Next Post

Program Jalan Desa Gubernur Banten Dianggap Permudah Akses Layanan Publik, Relawan Banten: Penentu Keselamatan di Wilayah Te

Related Posts

dahlan iskan
Nasional

Pesan Dahlan Iskan di Disway Awards 2025: Brand Lokal Harus Kian Mendunia

4 Desember 2025 | 17:15
disway awards 2025
Nasional

Disway Awards 2025 Resmi Digelar, 522 Brand Nasional Raih Penghargaan Prestisius

4 Desember 2025 | 16:58
bubur sumsum
Nasional

Gampang Banget! Resep Bubur Sumsum Pandan yang Lezat dan Gurih, Lumer di Mulut

4 Desember 2025 | 16:18
Dynamite Kiss
Nasional

Spoiler Dynamite Kiss Episode 8 Sub Indo: Ji Hyeok Bakal Nikahi Ha Young?

4 Desember 2025 | 16:06
spotify wrapped
Nasional

Spotify Wrapped 2025 Tidak Muncul? Begini Cara Atasinya

4 Desember 2025 | 16:01
persib bandung
Nasional

Jelang Hadapi Borneo FC di GBLA, 3 Pemain Persib Bandung Dipantau Hodak

4 Desember 2025 | 14:36
Load More

Popular

  • Cilegon

    Polsek Purwakarta Cilegon Lakukan Pendekatan Warga Lewat Warkop Keliling

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pengamat Sebut Pencopotan Maman dari Sekda Cilegon Sudah Tepat, Dinilai Membangkang dan Gagal Sebagai Ketua TAPD

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ASN di Cilegon Was-was Jelang Pelantikan, Program Belum Tuntas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bupati Pandeglang Tinjau Proyek Tol Cileles-Panimbang Yang Pembangunannya Capai 98 Persen

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Maman Bakal Tentukan Sikap Setelah Menerima Surat Resmi, Proses Pemberhentian Sekda Cilegon Dinilai Cacat Prosedur

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Posisi Nonjob, Sekda Cilegon Maman Mauludin Sempat Datang ke Kantor Pagi Hari

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Disnaker Cilegon Buka Pendaftaran Bekerja ke Jepang Tahap 2 Mulai Desember 2025

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Jadwal Lengkap Peluncuran Oppo Reno 15, Bakal Hadir di Bulan Ini

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Oppo Reno 15 Segera Rilis di Indonesia, Cek Spesifikasinya Disini

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Posisi Sekda Cilegon Maman Mauludin Nonjob, Direkomendasikan BKN Jadi Penelaah Teknis Kebijakan Pada Sekretariat Daerah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Trending
  • Comments
  • Latest
SMAN 1 Cimarga

Pengakuan Siswi SMAN 1 Cimarga yang Ikut Mogok Sekolah, Bukan Dukung Siswa Merokok tapi……

18 Oktober 2025 | 12:16
Forum Honorer Kota Serang

Forum Honorer Serang Nilai Pelantikan 3.800 PPPK Paruh Waktu sebagai Pelecehan Martabat Pekerja

22 Oktober 2025 | 22:25
SMAN 1 Cimarga

Para Siswa SMAN 1 Cimarga Kena Mental Terus Dipojokan Warganet, Pemkab Lebak Kirim Psikolog

16 Oktober 2025 | 19:45
Walikota Cilegon siap mutasi pejabat eselon II

Daftar 10 Pejabat Eselon II Pemkot Cilegon yang Dijamin Tak Dimutasi Robinsar

10 Oktober 2025 | 08:53

Dukung Pemulihan Ekonomi Nasional, Bjb Backup Total Pembiayaan UMKM

Asooooy… Kepala Desa akan Diajak Studi Banding ke Korea dan China

Seluruh Ospek di Kampus Diputuskan Digelar Online, Termasuk di Banten

Mudik Resmi Dilarang, Efektif 24 April

dahlan iskan

Pesan Dahlan Iskan di Disway Awards 2025: Brand Lokal Harus Kian Mendunia

4 Desember 2025 | 17:15
disway awards 2025

Disway Awards 2025 Resmi Digelar, 522 Brand Nasional Raih Penghargaan Prestisius

4 Desember 2025 | 16:58
bubur sumsum

Gampang Banget! Resep Bubur Sumsum Pandan yang Lezat dan Gurih, Lumer di Mulut

4 Desember 2025 | 16:18
Untirta

Faperta Untirta Gelar Student Mobility Bersama UPM–, Kolaborasi dengan Negara Tetangga

4 Desember 2025 | 16:15

Tag

2022 Andra Soni ASN banjir Banten BRI Brigadir J Cilegon drakor drama Korea Film gratis Harga Tiket Helldy Agustian Indonesia Jadwal jadwal tayang Kabupaten Lebak kabupaten serang Kota Cilegon Kota Serang Lebak link nonton link twibbon lowongan kerja Pandeglang Pemkot Cilegon pemkot serang Pemprov Banten pilkada Preman Pensiun 6 Preman Pensiun 7 profil provinsi banten Ramadhan Robinsar serang sinopsis Skin Gratis spoiler sub indo Timnas Indonesia Twibbon UMKM viral
Banten Raya

© 2025 Banten Raya - Berkualitas dan Berbeda

Nomor ID Pers : 26666 | Status Pendataan : Terverifikasi Faktual | Sertifikat : 1393/DP-Verifikasi/K/VIII/2025

  • Redaksi
  • Tentang Kami
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Disclaimer
  • Kebijakan Privasi
  • Digital Banten Raya
  • Ecommerce Banten Raya
  • Siding Banten Raya
  • Share Banten Raya

Ikuti Kami

  • Daerah
  • Nasional
  • Pendidikan
  • Opini
  • Ekonomi & Bisnis
  • Teknologi
  • Hukum & Kriminal

© 2025 Banten Raya - Berkualitas dan Berbeda