BANTENRAYA.COM – Rasa berdebar atau sering disebut dengan istilah deg-degan mungkin kerap dialami seseorang.
Deg-degan bisa saja terjadi diakibatkan gaya hidup cepat dan tekanan kerja tinggi.
Termasuk warga yang di sekitar kota industri seperti Serang dan Cilegon yang memiliki tekanan kerja berat, bisa saja mengalami rasa berdebar yang berkepanjangan.
Jika rasa berdebar selama ini dianggap sepele, tentu hal itu tidak dibenarkan.
Dibalik jantung yang berdebar bisa jadi tersimpan bahaya tersembunyi yaitu Aritmia.
Aritmia sendiri gangguan irama jantung yang dapat memicu komplikasi serius jika dibiarkan berkepanjangan.
BACA JUGA: Sering Begadang? Deretan Penyakit Berbahaya Ini Mengintai
Apa Itu Aritmia?
Aritmia merupakan kondisi ketika detak jantung tidak berirama normal, bisa berdetak terlalu cepat, terlalu lambat, atau tidak teratur.
Pada kondisi normal, jantung berdetak teratur sekitar 60–100 kali per menit.
Pada kasus aritmia, sinyal listrik di jantung menjadi kacau, sehingga iramanya berubah.
dr. Maizan Khairun Nissa, Sp.JP(K), FIHA, AIFO-K yang merupakan dokter spesialis jantung di Bethsaida Hospital Serang, mengingatkan soal bahaya aritmia yang membuat jantung berdebar.
“Masyarakat sering menganggap berdebar itu hal biasa, padahal pada sebagian kasus, aritmia bisa berbahaya, terutama aritmia yang berasal dari ventrikel (bilik jantung),” katanya.
Kata dokter Maizan, banyak yang beranggapan jantung berdebar hanya karena kopi atau stres, namun apabila detak jantung terasa tidak teratur, lama, disertai nyeri dada, pusing, atau sesak, itu perlu segera diperiksa.
“Bisa jadi tanda aritmia,” ujar dokter muda ini.
Aritmia terjadi ketika sinyal listrik di jantung bekerja tidak semestinya, membuat detaknya terlalu cepat, lambat, atau tak beraturan.
Jenis aritmia tertentu seperti Fibrilasi Atrium (AFib) bahkan bisa meningkatkan risiko stroke atau pembekuan darah, terutama pada penderita hipertensi dan diabetes.
BACA JUGA: Surplus Run 2025 Uno Chill Sport Jakarta, Sehat Dapat Pahala Dapat
Gaya Hidup Modern Picu Aritmia
Fenomena meningkatnya aritmia di daerah perkotaan dan industri tak lepas dari pola hidup masyarakat.
Seperti halnya kurang tidur, stres berkepanjangan, konsumsi kafein dan minuman berenergi berlebihan, serta dehidrasi menjadi faktor pemicu utama aritmia.
Ditambah lagi kebiasaan merokok, jarang berolahraga, dan pola makan tidak seimbang yang mengganggu sistem kelistrikan jantung.
“Kalau gejala seperti berdebar, lemas, atau nafas pendek muncul berulang, jangan ditunda. Deteksi dini bisa mencegah kondisi memburuk,” jelasnya.
BACA JUGA: Kemenkes Salurkan Beasiswa untuk SDM Kesehatan
Direktur Bethsaida Hospital Serang dr. Tirtamulya mengatakan, menjawab kebutuhan akan penanganan jantung komprehensif, rumah sakit Bethsaida Hospital Serang kini menghadirkan Heart Center terpadu yang dilengkapi fasilitas modern untuk diagnosis dan terapi gangguan irama jantung.
Layanan yang tersedia mulai dari EKG, Holter Monitoring, Electrophysiology Study (EPS) hingga echocardiography dan MSCT Koroner, semua tersedia untuk memastikan penyebab gangguan irama jantung terdeteksi secara akurat.
“Penanganan aritmia tergantung dari jenis kelainan irama yang diderita. Pada kasus bradiaritmia atau irama jantung terlalu lambat, pemasangan temporary pacemaker (TPM) sampai Permanent Pacemaker (PPM) dapat dilakukan sebagai pengganti generator listrik jantung,” ungkapnya.
Tirtamulya menjelaskan, sedangkan pada kasus takiaritmia atau irama jantung yang terlalu cepat dan tidak beraturan, seperti atrial fibrilasi, premature ventricular contraction dan ventrikel takikardia, prosedur ablasi dapat menjadi pilihan pengobatan.
“Kami berkomitmen menghadirkan layanan jantung terintegrasi mulai dari deteksi dini hingga tindakan intervensi. Dengan teknologi modern dan tim dokter berpengalaman, kami ingin masyarakat tak lagi menyepelekan tanda-tanda gangguan jantung,” tambahnya.***



















