BANTENRAYA.COM – Dampak kenaikan harga yang tak kunjung turun di pasaran, membuatBanten menjadi berpotensi rawan pangan atau kekurangan bahan pangan.
potensi rawan pangan itu disampaikan oleh Kepala Dinas Ketahanan Pangan (Ketapang) Provinsi Banten Aan Muawanah.
Ia mengatakan, potensi rawan pangan muncul atau dapat terjadi karena harga di pasaran yang saat ini tidak kunjung turun.
Selain itu, ia juga menerangkan bahwa, kondisi stok beras yang saat ini mengalami devisit juga memperkuat potensi akan kerawanan tersebut.
“Ada (potensi rawan pangan, red) kemungkinan ini gara-gara ada gejolak rawan pangan yang tidak turun-turun,” kata Aan kepada Bantenraya.com, Selasa 23 Januari 2024.
Aan menuturkan, jika krisis pangan terjadi, pihaknya mengaku sudah mempersiapkan cadangan beras pemerintah untuk disalurkan kepada masyarakat dalam situasi tertentu.
Hal tersebut tentunya untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat Banten.
“Ada kemungkinan akan dikeluarkan (stok beras-red). Kalau bencana kan ada BPBD sama Dinsos,” katanya.
“Kalau kita (Dinas ketahanan pangan-red), melihat ada potensi untuk rawan pangan, kalau ada potensi itu, ada perintah Pak Gubernur untuk mengeluarkan cadangan pangan kita keluarkan,” tuturnya.
Ia juga menjelaskan, jika melihat dari produksi beras yang ada di Provinsi Banten, status devisit sudah terjadi per Desember 2023 lalu.
Kendati demikian, pihaknya mengklaim kalau ketersediaan di lapangan, masih relatif aman.
Baca Juga: Maaf Ya Honorer Pemprov Banten, Tak Ada Pengangkatan Instan dan Semua Wajib Ikut Seleksi
“Ada stoknya. Devisit itu dari hitungan produksi. Tapi antara neraca ketersedian dan kebutuhan masih surplus,” jelasnya.
Aan mengungkapkan, bahwa untuk di Provinsi Banten, kebutuhan pangan itu berbeda-beda setiap bulannya.
Akan tetapi jika dirata-rata, jumlahnya antara 108 sampai 110 ribu ton kebutuhan beras setiap bulannya untuk masyarakat Banten.
Lebih lanjut Aan mengatakan, pihaknya tengah menyiapkan cadangan pangan sebanyak 1.053 ton di gudang Bulog.
Baca Juga: Tebar Untung! 10 Kode Voucher Shopee Terbaru 24 Januari 2023, Tawarkan Hadiah Jutaan Rupiah
Cadangan pangan tersebut yang nantinya akan dikeluarkan bila terjadi kerawanan pangan.
“Stoknya ada, insyaAllah tercukupi,” ungkapnya.
Aan juga mengakui bahwa, untuk harga beras di pasaran memang saat ini masih terbilang cukup tinggi.
Hal tersebut bukan hanya karena faktor panen yang kurang baik. Akan tetapi, terdapat faktor-faktor lain yang turut memengaruhinya.
Baca Juga: Apa Itu Buraq? Kendaraan yang Dipakai Nabi Muhammad SAW saat Peristiwa Isra Miraj
“Cuman memang harganya tinggi (harga beras, red) ini karena beberapa faktor. Ada faktor produksi yang memang cost-nya tinggi,” ungkapnya.
“Kemarin jga ada El Nino. Akibatnya, produknya jadi menurun apa lagi sekarang Januari Februari belum panen,” pungkasnya.
Sementara itu, Kepala Disperindag Provinsi Banten Babar Suharso mengungkapkan, penyebab terus tingginya harga beras di pasaran karena masyarakat Banten lebih minat kepada beras lokal premium dibanding beras SPHP dari Bulog.
Hal tersebut membuat harga beras di Provinsi Banten masih konsisten berada di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) sebesar Rp 13 ribu untuk jenis beras premium dalam beberapa minggu terakhir.
Baca Juga: Karana Kintamanis Bali Kini Jadi Produk Terbaru Tomoro Coffe, Diambil dari Biji Kopi Pilihan
“Sebenarnya itu sudah lama (terjadi kenaikan-red), kita sudah antisipasi juga dengan mengeluarkan beras SPHP, tapi ternyata masyarakat Banten lebih memilih beras lokal yang masuk kategori premium,” ucapnya.
“Jadi permintaan beras lokal premium ini meningkat, sementara beras medium kita kurang diminati. Maka harganya stagnan di atas,” kata Babar.
Ia mengatakan, jelang musim panen raya yang akan terjadi pada beberapa bulan ke depan, pihaknya berharap agar kondisi stabilitas harga di pasaran dapat lebih terjaga dan dapat terkendali.
“InsyaAllah bulan ini kan sudah memasuki masa panen raya, ya mudah-mudahan harganya bisa kembali mendekati normal,” pungkasnya. (mg-rafi) ***