BANTENRAYA.COM – Sejarawan Bonnie Triyana mengaku bangga dengan beragamnya budaya di Banten salah satunya Jawara dan keberayaan seniman.
Sayangnya kata Bonnie, nilai-nilai kejawaraan belum terinternalisasi dalam kehidupan warga Banten kecuali karakter atau sifat negatifnya.
Kebudayaan kadang terjebak di permukaan. Padahal ada yang lebih penting adalah menginternalisasi budaya.
Bonnie mencontohkan eksistensi Jawara sangat melegenda di Banten dan nilainya harus diinternalisasi.
Baca Juga: Banten Nih Bos! Punya 3 Daerah Penghasil Durian, Pemprov Incar Pengembangan Varietas Lokal
Namun kata Bonnie kebanyakan warga Banten membawa sifat jawara salah kaprah.
“Seiring perubahan zaman, makna jawara dan fungsinya berubah pula. Yang bisa dilakukan adalah mentransformasikan nilai Jawara seperti Samurai dan Bushido di Jepang. Transporasi belum berjalan tapi baru dilembagakan. Hanya jadi alat politik saja. Penting menginternalisasikan,” beber Bonnie.
Masih kata Bonnie, Samuel Huntington menulis soal culture matter yang membandingkan antara Ghana dan Korsel sekitar tahun 70 an.
“Ghana awalnya lebih maju dari Korsel. Namun akhirnya Korsel maju. Korsel maju ternyata karena mampu menginternalisasikan kebudayaannya yang ditransformasikan ke dalam kehidupan keseharian. Kebuyaan nasional Korsel jadi kebanggaan internasional seperti Drakor, makanannya, teknologinya merambah dunia,” terangnya.
Dalam kesempatan ini, Bonnie juga mendesak agar pemerintah harus lebih cermat dalam memperhatikan para sejarawan dan seniman di Indonesia. Dia menilai, saat ini masih banyak sejarawan dan seniman khususnya yang berada di daerah belum memperoleh perhatian dari pemerintah.
Baca Juga: Rawa Danau Meluap, Warga Ranca Sanggal Kena Banjir Selama 2 Hari, Belum Surut hingga Sekarang
“Negara harus hadir untuk memastikan agar sejarawan dan seniman bisa menerima support dari negara,” kata Bonnie saat menggelar diskusi di salah satu cafe di Kabupaten Pandeglang, Selasa 23 Januari 2024.
Politisi Partai PDI-P yang juga caleg DPR RI Dapil Banten I itu mendorong supaya pemerintah bisa hadir untuk pelaku seni budaya di Indonesia khususnya Provinsi Banten. Sehingga pelaku seni budaya bisa lebih meningkatkan kualitas agar bisa dipadukan dengan kemajuan jaman saat ini.
“Problem ke budayaan saat ini, bagaimana kita mentrasformasikan kepada dunia yang saat ini sudah semakin modern. Saat ini kita harus support seniman, sehingga bisa ditularkan kepada anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah,”katanya.
Sementara itu, Seniman rupa dan inisiator Lembaga Pengembangan Seni Rupa Banten, Gebar Sasmita menyebut Indonesia saat ini tidak memiliki keindahan terutama dari sisi seni dan budaya.
“Yang ada saat ini hanya darah dan keringat terutama dari sisi seni dan budaya. Kerna saat ini sudah banyak pelaku seni dan budaya yang sudah berafiliasi dengan partai,” katanya.
Dia menilai saat ini ada beberapa pelaku seni yang tidak mengedepankan etika dalam menampilkan pertunjukan seni. Mesi, saat ini terdapat kebebasan untuk mengekspresikan pertunjukan pentas seni.
Baca Juga: Timpa Angkot hingga Rusak Parah, Pemkab Serang Bakal Panggil Pemilik Papan Reklame Tidak Berizin
“Ada beberapa pentas seni seperti pertunjukan teater namun tidak mengedepankan rambu-rambu. Seperti menampilkan yang mengarah ke porno. Saya tidak menyalahkan kebebasan, namun meski seperti itu harusnya ada rambu-rambu. Saya berbicara seperti ini supaya kita bisa menjaga marwah dari seni dan budaya di Indonesia,” katanya. ***

















