BANTENRAYA.COM – Pasangan suami-istri, Madsupi (45) dan Ratna (45) beserta 4 orang anaknya terpaksa bertahan tinggal selama 6 tahun di sebuah tenda yang terbuat dari terpal.
Tahun 2019 silam, rumah mereka yang berada di Kampung Pasir Gemuh, Desa Cigoong Utara, Kecamatan Cikulur, Kabupaten Lebak ambruk setelah diterjang hujan deras dan angin kencang.
Selama itu pula mereka hidup dengan penuh keterbatasan. Sanitasi yang buruk, tidak nyaman ketika beristirahat, hingga ancaman gangguan kesehatan.
Baca Juga: Transjakarta Buka Rute Khusus ke PRJ: Anti Macet, Gak Pusing Cari Parkir!
Kendati begitu, mereka terpaksa tetap tinggal lantaran tak memiliki biaya untuk membangun hunian yang baru.
“Saya tinggal di sini sudah sekitar 6 tahun, rumah yang lama roboh waktu 2019,” kata Ratna, Minggu, 29 Juni 2025.
Tenda terpal yang diisi oleh 6 orang itu hanya seluas 3×5 meter dengan kondisi terpal yang sudah mulai usang.
Baca Juga: 13 Ucapan Selamat Tinggal Bulan Juni 2025 yang Puitis, Indah dan Cocok Dibagikan di Media Sosial
Beberapa penyangga yang terbuat dari kayu sudah terlihat rapuh. Di bagian dalam, tempat tidur satu keluarga itu langsung bersentuhan dengan tanah.
Kondisinya yang sempit diperparah dengan banyak perabotan rumah tangga yang berserakan.
“Mau beli lemari pun kita gak sanggup. Jadi ya akhirnya berantakan,” tutur Ratna lagi.
Ratna juga mengungkapkan bahwa tanah yang mereka tempati saat ini merupakan lahan kosong milik pemerintah desa.
Baca Juga: Wanita ini Abadikan Momen Macet 3 Jam di Tol Jakarta-Tangerang, Pilih Jalan Kaki ke Cikokol
Ia menyebut keluarganya hanya diizinkan menempati lahan tersebut karena belum memiliki rumah sendiri. Meski begitu, ia berterimakasih kepada orang hak desa yang telah berkenan meminjamkan tanahnya.
“Sewaktu-waktu kalau pihak desa mau menggunakan lahan ini, kita terpaksa harus angkat kaki. Kita hanya menumpang,” jelasnya.
Perjuangan mengumpulkan uang selama 6 tahun untuk membangun rumah tak kunjung membuahkan hasil.
Baca Juga: 20 Ide Nama Bayi Laki-laki yang Lahir Bulan Juli, Islami Bermakna Tampan Rupawan dan Berhati Mulia
Kata Ratna, hal itu terjadi karena penghasilan kerja suaminya yang tidak menentu. Keterbatasan itu yang membuat mereka tak sanggup menyewa tempat tinggal, atau membangun yang baru.
“Suami hanya kerja tambal ban dengan peralatan seadanya. Kadang ada pelanggan ya kadang tidak. Pun kalau ada pasti hanya cukup untuk makan sehari-hari,” katanya.
Meski hidup dalam keterbatasan, keluarga ini tetap berjuang menyekolahkan anak-anak mereka.
Baca Juga: 13 Ucapan Selamat Tinggal Bulan Juni 2025 yang Puitis, Indah dan Cocok Dibagikan di Media Sosial
Dua anaknya masih belajar di Madrasah Ibtidaiyah (MI) di Cigoong Utara. Ratna setiap hari harus mengantar jemput mereka, dengan biaya bensin yang kadang harus berutang.***



















