BANTENRAYA.COM – Berbekal uang transport dari puskesmas sebesar Rp50 ribu, Hana (30), Bidan Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak memulai perjalanan melelahkannya. Tujuh kampung di Desa Kanekes yang dipisahkan hutan adat itu ia datangi satu persatu.
Sebagai bidan desa, Hana punya tanggung jawab untuk memastikan anak-anak dan ibu hamil pada tujuh kampung yang masuk kawasan adat Baduy itu mendapatkan pelayanan kesehatan.
“Mulai dari balita, terus ibu hamil, ya kita cek kesehatan terus ngasih obat atau vitamin. Bapak-bapak juga dilayani,” kata Hana saat berbincang, Minggu, 25 Mei 2025.
Tujuh kampung di Desa Kenekes yang menjadi tanggung jawabnya sendiri diantaranya ialah Kampung Cicampaka, Cigula, Cicatang, Cihalang, Cikopeng, Cibongkok, dan Kaduketer dengan waktu tempuh antar kampung rata-rata menghabiskan 30 menit dengan berjalan kaki dengan total jarak mencapai belasan kilometer.
“Kalau nanjak ya nafas ngos-ngosan, kalau turunan kaki suka gemetar. Sudah biasa jadi nikmatin saja. Yang terpenting warga Baduy bisa rutin dapat akses kesehatan,” terang Hana.
Baca Juga: Dedi Mulyadi Joget dengan Marc Klok, Rayakan Kemenangan Persib Bandung
Kegiatan Hana itu biasanya dilakukan satu bulan sekali dengan ragam tantangan yang dihadapi. Mulai dari akses, adat istiadat, hingga fasilitas yang dimiliki. Namun, 6 tahun ia bertahan nampaknya sudah cukup membuktikan bahwa tantangan itu tak lebih besar dari semangat pengabdiannya.
“Kadang kalau mau lahiran atau ada yang sakit tertentu, untuk ke klinik atau ke puskesmas kan harus ada persetujuan adat dulu gitu. Boleh atau tidak dibawa berobat keluar,” ungkapnya.
Pertama kali Hana bertugas pada tahun 2019. Hana mengaku kesulitan agar bisa diterima warga Baduy. Saat itu dirinya bahkan harus melakukan pelayanan secara door to door. Kondisi itu diakuinya berlangsung selama satu tahun.
Hingga kondisi mulai membaik, beberapa warga bahkan sempat menjadi kadernya. Lewat kadernya itu, warga Baduy biasanya dikumpulkan ketika jadwal layanan kesehatannya tiba. Namun kini, ia sudah tak memiliki kader lantaran mengikuti aturan adat.
Kendati begitu, ia mengaku bahwa saat ini warga Baduy di kampung yang menjadi tanggung jawabnya sudah mulai sadar dan mulai mau melakukan pemeriksaan kesehatan ketika dirinya datang.
Baca Juga: Anggota DPRD Kota Serang Juhri Kembali Nahkodai DPC PKS Taktakan
“Dulu bahkan sempat nangis pas awal-awal tugas. Tapi sekarang Alhamdulillah Hana mulai diterima, walaupun memang ada beberapa warga yang masih belum berani cek. Apalagi warga Baduy kan kalau siang pasti ke ladang. Tapi biasanya kalau ada acara yang mengumpulkan orang itu Hana pasti datang,” terang dia.
Saat ini, perjuangan ini mulai sedikit diberi kemudahan. Setahun lalu, ia resmi ditetapkan sebagai Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja atau PPPK. Hana juga berharap dukungan untuk pelayanan kesehatan warga Baduy bisa terus dimaksimalkan dengan dirinya yang berperan sebagai penyambung.
“Mudah-mudahan dari warga Baduy sendiri pada sehat, bisa dekat lagi dengan kesehatan, lebih tahu lagi dengan pentingnya kesehatan supaya semua bisa lahir di nakes dengan selamat tanpa ada kendala,” terangnya.
Sejauh ini, Hana mengaku masih ingin terus bertugas. Terlebih, menjadi tenaga kesehatan merupakan permintaan dari orang tuanya yang kebetulan tinggal dekat dengan kawasan Baduy, tepatnya di Kampung Cibengkung, Desa Bojongmenteng, Kecamatan Leuwidamar.
“Dari jurusan kuliah juga permintaan orang tua, terus tugas di sini karena memang dekat orang tua. Jadi mudah-mudahan karena memang restu orang tua bisa terus dikasih kemudahan,” tandasnya. (***)



















