BANTENRAYA.COM – Setelah 20 tahun menggeluti usaha sebagai pedagang kue tradisional pancong di Rangkasbitung, Samu (47) mengaku tahun ini merupakan titik terendahnya. Bukan tanpa alasan, tingginya harga kelapa membuat omzet harian yang ia dapat terus melorot.
Saat ditemui di lapaknya di Pasar Tradisional Rangkasbitung, Samu menuturkan bahwa dirinya harus mengeluarkan modal jauh lebih besar untuk membeli kelapa. Saat ini, untuk perbutir kelapa, dirinya harus merogoh kocek hingga Rp20 ribu. Kondisi itu telah bertahan beberapa bulan, setidaknya sejak akhir Ramadan 2025.
“Harga kelapa sekarang masih terlalu tinggi, sampai Rp20 ribu. Walaupun gak setinggi kemarin yang sempat Rp30 ribu, tapi buat kami itu berat sekali untuk memutar modal,” ungkap Samu pada, Selasa, 13 Mei 2025
Normalnya, Samu mengatakan harga kelapa perbutir biasanya bisa dibeli dengan harga Rp5 ribu perbutir. Pun ketika mangalami kenaikan kelapa biasanya tak melebihi harga Rp7 ribu. Samu menyebut jika kondisi tersebut masih terus terjadi, bukan tidak mungkin pedagang Pancing lain seperti dirinya harus gulung tikar.
“Kalau sebelum puasa itu harganya Rp7 ribu perbuah, sekarang belum ada penurunan, harganya masih tinggi, masih belum turun,” katanya.
Baca Juga: Investasi CAA Diklaim Kooperatif Soal Tenaga Kerja Lokal Kapolres Minta Tak Ada Intimidasi Investor
Seiring dengan tingginya harga kelapa, Samu menuturkan dirinya menilih mengurangi penggunaan kelapa yang berdampak pada berkurangnya produksi kue pancong miliknya. Biasanya, Samu menggunakan 10 hingga 15 butir buah perhari yang kemudian diparut dan dicampur ke tepung terigu 20 kilogram.
Namun kini, Samu mengaku hanya berani menggunakan 7 butir buah kelapa dengan campuran 4 kilogram tepung terigu untuk pembuatan kue pancongnya.
“Sehari saya biasanya pakai 10 hingga 15 buah kelapa, tetapi sekarang hanya 7 buah kelapa saja untuk 4 kilogram tepung terigu,” tuturnya.
Mahalnya harga kelapa parut yang menjadi bahan baku utama dalam memproduksi kue pancong ini dinilai memberatkan dirinya, sehingga penghasilannya semakin hari kian tergerus. Kendati demikian dirinya mengaku tidak memperkecil ukuran kue tersebut karena takut langganannya tidak lagi membeli kue pancong yang dijualnya.
Saat ini, Samu sendiri mengaku hanya mampu meraup omzet Rp150 ribu perhari jika memang kue pancong yang ia tawarkan habis. Angka itu jauh di bawah ketika harga kelapa perbutir masih normal, dirinya bisa memperoleh pendapatan hingga Rp300 ribu perhari.
Baca Juga: Bantuan Keuangan Desa Wajib Digunakan untuk Beasiswa Sarjana
“Keberatan pak, keuntungan saya semakin hari semakin turun, saya jual kue pancong ini satu buahnya hanya Rp1000 kadang Rp2 ribu, itu tiga buah,” keluhnya. (***)



















