BANTENRAYA.COM – Anggota Kelas Menulis Rumah Dunia menargetkan bisa menjuarai lomba menulis cerita anak pada Sayembara Penulisan Bahan Bacaan Literasi tahun 2025 yang digelar Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra Badan Pengembangan dan Pembin aan Bahasa Kemendikdasnas. Akan ada 200 naskah yang dipilih menjadi juara dan berhak mendapatkan hadiah uang tunai Rp16 juta.
Menurut Tias Tatanka, penulis cerita anak sekaligus pendiri Rumah Dunia, sayembara ini sayang untuk dilewatkan karena itu dia memberi kesempatan peserta Kelas Menulis untuk mengikuti pelatihan menulis cerita anak. Pesertanya adalah para anggota Kelas Menulis Rumah Dunia.
“Ini lomba tiap tahun. Jadi, sayang kalau dilewatkan. Hadiahnya juga besar, sekarang Rp16 juta,” kata Tias usai pelatihan di Auditorium Surosowan Rumah Dunia, Minggu(22/6/2025).
Tias sendiri pernah menjadi salah satu pemenang sayembara ini pada tahun 2019 lalu. Saat itu dia memenangkan hadiah uang Rp12,5 juta.
Tidak hanya uang, peserta yang terpilih juga akan mendapatkan pengalaman dan ilmu pengetahuan seputar penulisan naskah cerita anak saat mentoring nanti. Misalnya, ketika mentor memberikan masukan dan saran terkait alur cerita dan sebagainya.
“Up grade ilmunya juga bagus,” katanya.
Baca Juga: Tunjangan Tugas Tambahan Guru Jadi Temuan BPK
Tias mengungkapkan, rencananya akan dibuat tiga pertemuan dengan peserta Kelas Menulis untuk membahas persiapan lomba ini. Setelah pertemuan pertama tentang teknis lomba dan cara membuat cerita, para peserta harus menyetorkan premis dan sinopsis cerita. Setelah itu, baru kemudian membuat papan cerita (storyboard) hingga nanti harus membuat contoh ilustrasi.
“Kalau cerita sudah siap nanti penulis nyari illustrator. Sebab syaratnya mengirimkan dua contoh ilustrasi dari dua halaman yang dipilih,” kata Tias.
Tias mengungkapkan,membuat cerita anak itu sulit karena penulis yang sudah dewasa harus menuliskan dan mendeskripsikan cerita dengan menggunakan sudut pandang (point of view) ana-anak bukan orang dewasa.
Karena itu, setiap perkataan, sikap, hingga pemikiran tokoh haruslah sewajar mungkin seperti yang anak-anak lakukan. Persoalannya, penulis yang sudah dewasa terkadang tanpa sadar memasukkan pemikiran orang dewasa ke dalam cerita anak.
“Kadang kala pemikiran orang dewasa masuk (ke dalam cerita-red),” kata Tias.
Baca Juga: Pemkab Lebak Bentuk Tiga Pokja untuk Relokasi PKL Pasar Subuh
Endang Rukmana, salah seorang peserta, mengaku ikut dalam kegiatan ini karena ingin kembali membangkitkan kemampuan menulis cerita. Penulis novel “Sakit Setengah Jiwa” yang pernah booming ini mengaku sudah belasan tahun tidak menulis cerita lagi. Dia rindu dengan kemampuan menulisnya. Karena itu, dia ingin membangkitkan lagi kemampuan menulisnya melalui sayembara ini. (***)
 
			


















