BANTENRAYA.COM – Pemerintah Indonesia tahun 2030 menargetkan mobil listrik sebanyak 2 juta unit di jalan atau dimiliki masyarakat.
Saat ini, pertumbuhan penjualan mobil listrik di Indonesia masih di bawah 10 persen.
Pengamat otomotif Fitra Eri menilai, Indonesia masih memiliki banyak pekerjaan rumah atau PR dengan target sebanyak 2 juta mobil listrik tahun 2030 itu.
“Jadi, untuk bisa mobil listrik 100 persen di Indonesia, misalnya 2030 itu, tetap PR-nya banyak sekali,” kata pengamat otomotif Fitra Eri dalam podcast Helmy Yahya Bicara yang diunggah Maret 2025.
Salah satu PR tersebut, kata Fitra Eri, pemerintah harus sudah siap membuat infrastruktur untuk mobil listrik, seperti stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) dan lainnya.
BACA JUGA: Korban Pelemparan Helm Oleh Polisi Polda Banten Pulang ke Rumah
“Pemerintah untuk bikin infrastruktur kelistrikannya oke. Jadi masih nggak tahu ke depannya kayak apa ya,” ungkapnya.
Dalam kesempatan itu, Fitra Eri juga menjelaskan bahwa pembeli mobil listrik di Indonesia bukan hanya di kota besar saja, tapi juga ada beberapa daerah pelosok yang tidak mudah untuk tambah daya mobil listrik.
“(Di kota) Kita mau nge-charge tinggal minta PLN tambah daya. Di daerah, mungkin tidak semudah itu, nggak gampang. Sebagian besar di pelosok pelosok, nah itu memang belum bisa mobil listrik itu menarik buat mereka, nge-chargenya susah, ngechargenya lama,” jelas Fitra Eri.
“Nah, ketika mereka cuma punya pilihan satu atau dua mobil, mereka pasti pilih mobil biasa (mobil bahan bakar minyak). Apalagi keuntungan mobil listrik bebas ganjil genap nggak bisa dinikmati juga di sana (di pelosok), itu cuma Jakarta doang tuh,” tambahnya.
Dikatakan, mobil hybrid justru lebih laku dibandingkan mobil listrik.
BACA JUGA: Lempar Pemotor Pakai Helm, Anggota Polisi Polda Banten Bripda Abi Dihukum Demosi 5 Tahun
Kata dia, mobil hybrid masih lebih laku karena mobil hybrid itu lebih fleksibel dalam pengisian bahan bakarb atau dayanya.
“Tapi tetep mobil listrik itu eh, mobil hybrid itu banyak dipilih karena dia fleksibel. Dia nggak perlu nge-charge,” tegasnya.
Fitra Eri menambahkan, mobil hybrid juga pemakaian bahan bakarnya sangat hemat.
“Nah, cuma di kota besar mobil hybrid tidak menikmati, satu bebas ganjil genap, pajaknya pun tidak seperti mobil listrik. Mobil listrik kan pajaknya nol,” pungkasnya.***



















