BANTENRAYA.COM – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Banten melaporkan jumlah industri mikro dan kecil kian mengalami penyusutan setiap tahun.
Berdasarkan data yang dihimpun selama 5 tahun terakhir, pada 2019 jumlah industri mikro dan kecil di Banten ada sebanyak 113.139 dan turun 14,18 persen pada tahun 2023 menjadi sebanyak 97.092 IKM
Kepala BPS Provinsi Banten Faizal Anwar mengatakan, industri mikro dan kecil memiliki peran yang penting dalam menjaga stabilitas ekonomi dari krisis yang pernah dialami.
Baca Juga: Gerak Cepat, KPU Serahkan Hasil Penetapan Robinsar-Fajar ke Dewan
Berdasarkan data yang dirilis pada bulan Januari 2025, usaha paling banyak tercatat ialah industri makanan yaitu sebanyak 40.338 usaha dari total 97.092 IKM pada tahun 2023.
“Perusahaan IMK di Provinsi Banten menyerap tenaga kerja sebanyak 213.530 orang dan industri makanan menyerap tenaga kerja sebanyak 79.012 orang,” dalam keterangan tertulis dikutip Bantenraya.com, Jumat 10 Januari 2025.
Faizal menjelaskan Pada sektor industri makanan memperoleh pendapatan sebesar Rp6 triliun selama satu tahun, disusul oleh industri pakaian memperoleh pendapatan sebesar Rp3,84 triliun.
Baca Juga: Jadwal Lengkap Pertandingan Proliga 2025, 10-12 Januari di GOR Tri Dharma Gresik
“Adapun industri kayu, barang dari kayu dan gabus tidak termasuk furnitur, barang anyaman dari rotan, bambu dan sejenisnya memperoleh pendapatan sebesar Rp1,30 triliun,” ujarnya.
Faizal menjelaskan, penyebab turunnya jumlah IKM dikarenakan banyak tantangan yang harus dihadapi, mulai dari permodalan hingga ketersediaan bahan baku.
“Dari 97.092 usaha IMK yang ada di Provinsi Banten tahun 2023, sebesar 77,81 persen atau 75.544 usaha mengalami kesulitan dalam menjalankan usahanya,” jelasnya.
Baca Juga: Bercermin dari Prabowo, Andra Soni Ajak Airin Kolaborasi untuk Bangun Banten
Kesulitan terbesar yang dihadapi oleh perusahaaan IMK adalah kesulitan permodalan sebanyak 57.228 usaha.
Kedua yang dihadapi usaha IMK di Banten adalah kesulitan bahan baku sejumlah 30.540 usaha.
“Secara rinci jenis kesulitannya adalah bahan baku mahal sebesar 57,58 persen, bahan baku langka sebesar 38,91 persen,” tuturnya.
Baca Juga: 628 Kepala Keluarga di Cilegon Terkena Dampak Banjir
“Bahan baku yang lokasinya sulit sebanyak 3 persen dan alasan lainnya sebesar 0,51 persen,” kata Faizal.***