“Kami memahami bahwa jalan tol ini butuh waktu yang sangat panjang untuk bisa memenuhi trafik seperti yang direncanakan,” ujarnya.
Albagir menjelaskan bahwa secara umum, beberapa aspek yang menentukan volume Lalu lintas Harian Rata-rata (LHR). Salah satunya ialah aspek konektivitas.
Diketahui saat ini, Tol Serang-Panimbang baru beroperasi di seksi I yakni ruas Serang-Rangkasbitung. Sementara seksi II (Rangkasbitung-Cileles) dan seksi III (Cileles-Panimbang) masih dalam tahap pengerjaan.
“Jadi tugas kami adalah segera menyelesaikan Tol Serpan ini sampai ke Panimbang, seksi II dan III sehingga manfaatnya bisa dirasakan masyarakat,” jelasnya.
Kemudian aspek berikutnya yaitu demand atau permintaan. Dalam hal ini, demand sangat dipengaruhi oleh perkembangan wilayah seperti yang disebut sebelumnya.
Maka dari itu, penting bagi pemerintah untuk menyediakan hal-hal yang dibutuhkan, mulai dari destinasi wisata baru maupun investasi baru. Poin ini disebut menjadi hal utama yang paling mempengaruhi terhadap trafik kendaraan Tol Serpan.
“92 persen kendaraan yang melintas itu berasal dari Jakarta atau berplat B. Tujuannya ya untuk wisata,” tuturnya.
“Maka wisata itu harus disegerakan dan standartnya mau tidak mau harus mengalahkan wisata yang di Jakartanya, Bogor, Bandung atau wilayah lainnya,” imbuhnya.
Sejauh ini, Albagir mengklaim bahwa PT Wika Serpan kerao bekerjasama dengan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) hingga Dinas Pariwisata untuk memberikan stimulus agar terjadi peningkatan trafik pada Tol Serpan.
“Ya mulai dari promo, kemudian rutin berbagai promo, khususnya untuk market Jabodetabek agar bisa datang ke Lebak dan Pandeglang menggunakan Tol Serpan,” tandasnya. ***
















