BANTENRAYA.COM – PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk atau BJB, berencana melakukan agresi perluasan area layanan ke pulau Sumatera pada tahun 2026.
Kepala Bank BJB Kantor Cabang Khusus (KCK) Banten Ujang Aep Saefullah mengatakan, langkah tersebut merupakan upaya untuk terus melakukan inklusivitas sekaligus menjadi kemampuan perbankan untuk memiliki daya saing di tingkat nasional.
“Perlu diketahui, saat ini ada 10 cabang BJB dengan tambahan Lampung dan Daan Mogot yang akan pindah ke wilayah II. Per 1 Januari 2026 akan kita resmikan, ada juga di Batam, Pekan Baru Palembang dan Medan, akan menjadi agresi ke wilayah Sumatera, sehingga total ada 13 cabang,” kata Ujang kepada awak media dalam agenda gathering, di Ballroom Radar Banten, Kota Serang, Selasa 16 Desember 2025.
Selain itu, lanjut Ujang, pihaknya juga akan terus berupaya untuk memberikan kontribusi terhadap peningkatan ekonomi nasional maupun daerah.
“Kami akan terus mendukung kemajuan ekonomi,” imbuhnya.
BACA JUGA : Info Magang Bank bjb Penempatan Area Serang-Cilegon, Terbuka untuk Siswa SMA hingga Mahasiswa S1
Meski demikian, Bank BJB belum bisa menyampaikan banyak hal terkait dengan rencana ekspansi bisnis yang akan dilakukan. Mengingat, pihaknya perlu melakukan riset yang mendalam.
“Saya belum bisa menyampaikan strategi mendalam, di empat cabang inibkalau ini sudah masuk baru kami mengabil langkah strategis. Kita perlu pelajari demografi dan potensi apa yang perlu dikembangkan, setelah itu saya bisa punya strategi di empat cabang ini,” jelasnya.
Berdasarkan data laporan keuangan di bulan Oktober 2025, Bank BJB mencetak laba bersih tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada entitas pemilik secara konsolidasian sebesar Rp790,67 miliar hingga kuartal III 2025, turun cukup dalam 32,01 persen secara tahunan.
Penyusutan nilai laba bersih, disebabkan peningkatan cukup besar pada beberapa pos beban usaha. Padahal, pendapatan yang diraup dari kinerja intermediasi masih bisa tumbuh positif, meskipun kredit bergerak melambat.
Peningkatan beban usaha ini tercermin dari rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) yang menanjak dari posisi 88,87 persen ke level 92,93 persen. Selain itu, indikator cost to income ratio (CIR) juga bergerak naik dari 71,39 persen menjadi 73,03 persen.
Beberapa pos yang terpantau mencatat peningkatan yaitu beban tenaga kerja dan beban lainnya. Sementara yang paling menonjol yaitu kenaikan pada beban provisi sebesar naik dua kali lipat atau 100,21 persen menjadi Rp878,43 triliun.(***)

















