BANTENRAYA.COM – Dua perusahaan di Provinsi Banten diketahui melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) kepada ribuan karyawan.
Kedua perusahaan itu adalah PT Adis Dimension Footwear dan PT Victory Ching Luh.
Kepala Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Provinsi Banten Septo Kalnadi mengatakan, setidaknya ada dua perusahaan yang memberhentikan karyawannya yang merupakan warga Banten.
Jumlah karyawan yang diberhentikan tak tanggung-tanggung mencapai 3.500 orang.
Adapun rinciannya adalah PT Adis Dimension Footwear mem-PHK 1.500 karyawan, sementara PT Victory Ching Luh mem-PHK 2.000 karyawan.
Sementara sepanjang tahun 2024 Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Provinsi Banten mencatat telah ada 12.000 karyawan yang di-PHK.
Baca Juga: Butuh Uluran Tangan, Mastariah Warga Kota Serang Idap Tumor Ganas di Mata Kiri
“Adis PHK 1.500, Ching Luh 2.000,” ujar Septo, Rabu (5/3/2025).
Selain yang di-PHK dalam arti yang sesungguhnya diberhentikan karena terpaksa, kata Septo, ada juga pekerja yang diberhentikan namun bukan dalam arti terpaksa.
Pada kelompok ini adalah pekerja yang diberhentikan karena kontrak kerjanya sudah habis sehingga otomatis diberhentikan.
Baca Juga: Janji Tidak Korupsi Andra Soni Perlu Bukti, Bukan Cuma Omon-omon
Dia mencontohkan pekerja yang masuk ke dalam kelompok ini adalah pegawai di perusahaan PT Mayora Indah Tbk Jayanti yang ada di Kabupaten Tangerang yang memberhentikan 1.000 karyawan.
Meski ada sejumlah perusahaan yang melakukan PHK, Septo memastikan bahwa alasan perusahaan memberhentikan karyawan bukan karena alasan tidak sanggup membayar Upah Minimum Kota/ Kabupaten (UMK).
Pemberhentian itu lebih pada upaya efisiensi atau karena situasi ekonomi yang secara global sedang lemah.
Baca Juga: Kades Tegaskan Website Desa Wanayasa Pontang Bukan Dikerjakan oleh PT WSMB
“Biasanya karena order sepi jadi makanya banyak PHK. Order dari pemegang merek berkurang sehingga mereka tidak mendapatkan order. Padahal, dari order itu mereka mendapatkan pekerjaan,” katanya.
“Tapi bukan UMK alasannya tapi perkembangan usaha yang ordernya kurang besar, karena seperti Nikomas juga akan merambah fokus ke daerah baru dengan membuka kawasan yang lebih besar dan lebih lengkap,” sambung Septo.
Septo menyatakan, perusahaan-perusahaan di Banten, terutama pabrik sepatu yang memiliki banyak pekerja, banyak yang mengembangkan perusahaan mereka di luar Banten.
Salah satu daerah incaran mereka adalah Jawa Tengah. Karena itu, untuk para karyawan yang ada di Banten mulai dikurangi sehingga menimbulkan gelombang PHK.
Baca Juga: Cegah Perang Sarung di Pandeglang, Polisi Gencarkan Patroli Menjelang Sahur
Di tempat barunya, perusahaan-perusahaan itu mengembangkan dan memperbanyak produksi.
Namun saat itu produktivitas di Jawa Tengah juga terbukti belum bisa dinikmati karena warga di sana tidak ada yang mau bekerja menggunakan sistem shift.
Yang lebih parah, ketika musim panen tiba, masyarakat atau karyawan memilih tidak masuk kerja melainkan pergi ke sawah atau ke ladang untuk melakukan panen.
Karena itulah, produktivitas pekerja di sana saat ini masih kalah bila dibandingkan dengan produktivitas karyawan yang ada di Provinsi Banten seperti Tangerang dan Serang.
Baca Juga: Kala Pedagang Menyebut Cabai Sebagai Barang Mewah, Harganya Tembus Rp160 Ribu Perkilogram
“Kalau untuk UMK sebetulnya mereka nggak masalah. Masalahnya adalah order mereka yang berkurang,” ujar Septo.
Septo memperkirakan gelombang PHK akan terus terjadi namun dia enggan menerka-nerka karena khawatir akan menimbulkan kegaduhan.
Sebab dia percaya PHK tidak hanya dilakukan secara besar-besaran melainkan juga ada yang setiap hari melakukan PHK meski jumlahnya satu dua karyawan. ***















