BANTENRAYA.COM – Direktur Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia I Dewa Gede Karma Wisana, berpendapat bahwa Provinsi Banten sudah masuk kedalam bonus demografi, namun masyarakat belum bisa menikmatinya.
“Banten memang sudah mengalami bonus demografi, namun apakah masyarakat Banten sudah merasakan hasilnya? Ini belum kelihatan,” kata Dewa dalam agenda Hari Statistik Nasional yang digelar Badan Pusat Statistik (BPS) Banten secara daring, Rabu 25 September 2024.
Dewa mendefinisikan, bonus demografi yang dimaksud ialah jumlah penduduk dengan usia produktif lebih banyak dibandingkan dengan penduduk muda atau lansia.
Baca Juga: Termasuk Fadillah Arbi Aditama, 4 Pebalap Astra Honda Siap Berlaga di Event GP Mandalika 2024
“Indonesia akan diisi oleh lima generasi yang berbeda kedepannya meraka akan hidup berdampingan, hal ini perlu penyesuaian dari banyak hal. Dan memang dominasi Gen Z dan Milenial ini sangat tinggi,” imbuhnya.
Indikasi masyarakat Banten belum menikmati bonus demografi terlihat dari beberapa faktor, yang pertama Dewa menjelaskan jumlah penduduk pada tahun 2023 di Provinsi Banten didominasi oleh Gen Z dan Gen Milenial, dengan potensi penduduk usia kerja (PUK) pada tahun 2025 9,5 juta orang dan pada tahun 2045 mencapai 11,4 juta orang.
“Namun kita melihat data tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) di Banten, relatif rendah dan mengalami penurunan seiring bertambahnya umur. TPAK Banten termasuk ketiga terendah yakni 64,4 persen,” jelasnya.
Baca Juga: Bikin Ribet, Bawaslu Kota Cilegon Beredel 3 Ribu APK Gegara Dipasang Sebelum Masa Kampanye
Selanjutnya, dari sisi tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Banten berdasarkan status migram terbilang cukup tinggi. Artinya, masyarakat Banten asli masih lebih banyak yang berstatus pengangguran dibandingkan para pendatang.
Tercatat TPT pengangguran warga Banten mencapai 8,45 persen sedangkan TPT migram sebesar 4,39 persen. Jika dibandingkan dengan Jawa Timur TPT migran tercatat sebesar 5,05 persen, sedangkan TPT penduduk asli hanya 4,88 persen.
“Relatif rendah dan mengalami penurunan. Harus ada investasi, ditanamkan sesuatu yang masuk masuk kepada usia produktif sehingga, saat pensiun nanti bisa sejahtera,” papar Dewa.
Baca Juga: Beri Penghargaan ke Pemkot Cilegon, PMI Pusat Ungkap Alasan Heroik di Baliknya
Belum lagi, tantangan artificial intelegen (AI) yang membuat beberapa pekerjaan kini mulai hilang dan tergantikan oleh teknologi.
“Memang benar, AI ini menghilangkan pekerjaan namun bukan pekerja. Mereka yang saat ini sedang dalam tahap pendidikan, harus mau meningkatkan skill dan keterampilan dari jalur non formal. Dan ini yang akan membuat mereka bertahan, kalaupun pekerjaan nya hilang, bisa pindah ke pekerjaan lainnya,” kata Dewa.*