BANTENRAYA.COM – Pada zaman dahulu Banten memiliki aksara sendiri yang disebut dengan pegon.
Aksara ini dikembangkan oleh Syekh Nawawi Al Bantani, ulama kelas dunia kelahiran Tanara, Kabupaten Serang, Banten.
Menurut Iwan Sudiana, penulis buku “Pedoman Penulisan Aksara Pegon”, aksara pegon pertama kali diciptakan oleh Sunan Ampel lalu kemudian dikembangkan oleh Syeikh Nawawi.
Baca Juga: Ingin Berlibur Sambil Cari Kerang, Yuk Kunjungi Jembatan Pelangi Lontar, Begini Suasananya
Syeikh Nawawi kemudian mengajarkannya pada para santri sehingga santri zaman itu di Banten menggunakan aksara pegon sebagai alat transfer ilmu pengetahuan.
“Aksara pegon digunakan di pesantren salafiyah untuk nyoret (mengartikan) kitab kuning,” kata Iwan, Kamis (9/9/2021).
Iwan menjelaskan, aksara pegon adalah huruf arab atau hijaiyah yang dimodifikasi dalam penulisannya. Pada awal kemunculannya digunakan untuk bahasa Jawa. Kini, pegon digunakan juga untuk bahasa Indonesia.
Baca Juga: Mau ke Sumatera Lewat Pelabuhan Merak? Berikut Syarat Penyeberangan yang Harus Dibawa
Pegon sendiri berasal dari kata bahasa Jawa yaitu pego yang artinya menyimpang. Maksudnya, meski secara tampilan fisik aksara ini adalah aksara Arab atau hijaiyah namun ia bukan bahasa Arab.
Apalagi, ada beberapa huruf yang dimodifikasi karena kebutuhan akan bunyi pada bahasa Jawa yang tidak ada pada bahasa Arab. Beberapa huruf modifikasi yang “menyimpang” dari bahasa Arab itu misalkan huruf NG yang ditulis dengan huruf ‘Ain namun memiliki titik tiga di atas.
Atau huruf C yang ditulis dengan huruf Ha namun memiliki titik tiga di bagian tengah.
Baca Juga: Genjot Penerbitan Buku di Indonesia, Duta Baca Indonesia Gol A Gong Gelar Safari Literasi
Atau huruf G yang ditulis dengan huruf Kaf namun dengan titik tiga di bagian bawah.
Satu lagi huruf NY seperti pada kata “nyasar” yang ditulis dengan huruf Ya namun ada tambahan satu titik lagi di bagian bawah.
Dahulu aksara pegon digunakan oleh santri di pondok pesatren salafiyah ketika mengartikan kitab kuning. Penulisannya biasanya diletakkan di bawah kalimat bahasa Arab di kitab tersebut dengan menuliskan secara miring. ***















