LEBAK, BANTEN RAYA – Warga Kampung Kaum Lebak, Kelurahan Muara Ciujung Barat, Kecamatan Rangkasbitung, Kabupaten Lebak hingga kini masih banyak yang menggunakan air keruh dari Sungai Ciberang. Padahal secara geografis Kampung Kaum ini berdekatan dengan Pendopo Pemkab Lebak yang jaraknya kurang lebih 500 meter.
Berdasarkan pantauan bantenraya.com, Kampung Kaum ini merupakan perkampungan yang lokasinya berada di wilayah perkotaan. Kampung ini juga diapit oleh jalan protokol, pusat pemerintahan, dan RSUD Adjidarmo. Namun demikian, warga kampung ini tampak kesulitan mendapatkan air bersih. Akibatnya, warga terpaksa menggunakan air Sungai Ciberang yang kondisinya berwarna coklat akibat lumpur atau pun limbah. Biasanya warga melakukan kegiatan mencuci pakaian dan perabot rumah, mandi, bahkan menggunakan air untuk konsumsi.
Nurhasanah, salah seorang warga Kaum Lebak, mengaku terpaksa menggunakan air Ciberang untuk kebutuhan mandi, mencuci, serta konsumsi karena dilingkungannya tidak ada sumur pompa atau pun sumber air lainnya yang bisa diakses dengan cuma-cuma. Kalau ingin air bersih kata Nurhasanah, warga biasanya berlangganan dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Lebak.
“Cuma air ini (Sungai Ciberang) yang tidak bayar. Kalau masang PDAM kan mahal dan tiap bulan juga bayar. Saya tidak mampu. Makanya setiap butuh air untuk mandi, mencuci dan konsumsi, saya dan keluarga selalu ke Sungai Ciberang,” ungkap Nurhasanah.
BACA JUGA: Warga Terondol Keluhkan Bau dari Kali Irigasi
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Lebak, Nana Sunjana, membenarkan bila warga Kaum Lebak masih tetap menggunakan air Sungai Ciberang yang kondisinya keruh. Meski berulang-ulang telah memberikan imbauan serta pemahaman dampak negatif menggunakan air keruh, namun warga kampung tersebut tetap menggunakan air sungai tersebut.
“Kalau memang darurat, boleh-boleh saja menggunakan air Sungai Ciberang namun harus melalui proses pengendapan atau penyulingan. Lalu agar bakterinya hilang, maka air sungai tersebut harus diberi kaporit. Tetapi yang kami lihat tidak seperti itu, dimana warga yang datang ke sungai langsung mandi atau mencuci, sehingga beresiko terhadap penyakit kulit,” ujar Nana.
Saksikan Podcast Meja Redaksi di Banten Raya Channel
Ditambahkannya, selain mandi dan mencuci, masih ada pula warga yang menggunakan air Sungai Ciberang untuk kebutuhan konsumsi. Padahal dari hasil uji laboratorium sampel air Sungai Ciberang dalam kondisi total suspended soil atau air keruh bisa membahayakan bagi kesehatan tubuh.
“Belum lagi bakteri-bakteri lain yang terkandung di air sungai tersebut, tentu bila sering dikonsumsi tanpa proses yang benar, maka akan mengancam kepada kesehatan tubuh,” terang Nana. (hudaya/muhaemin)
















