BANTENRAYA.COM — Pemerintah Provinsi (Pemprov) Banten memastikan bahwa pelaksanaan Program Makanan Bergizi (MBG) tidak menyebabkan gejolak harga pangan di pasaran.
Meski permintaan terhadap sejumlah komoditas meningkat, Pemprov menilai kondisi harga saat ini masih terkendali.
Dari sisi produksi pangan, Kepala Dinas Pertanian Provinsi Banten Agus Tauchid mengatakan, adanya program MBG memang mendorong peningkatan kebutuhan terhadap bahan pangan seperti ayam, telur, dan sayuran. Namun, peningkatan tersebut masih bisa diimbangi oleh kapasitas produksi di daerah.
“Kalau dari sisi pertanian, adanya program MBG ini memang menimbulkan peningkatan terhadap permintaan pasokan di pasar. Tapi sejauh ini masih bisa kita atasi karena produksi kita juga ikut meningkat,” kata Agus, Kamis, (30/10/2025).
BACA JUGA: Musnahkan Narkoba 2,1 Ton di Wastec Cilegon, Polri Ungkap Banyak Diproduksi di Pabrik Dalam Negeri
Menurut Agus, peningkatan produksi salah satunya disebabkan oleh bertambahnya rumah produksi telur dan ayam mandiri yang kini tersebar di berbagai daerah di Banten.
Agus memastikan, pihaknya sudah turun langsung untuk memeriksa dan memastikan bahwa seluruh proses produksi berjalan sesuai dengan standar.
“Peran kami memastikan rumah produksi itu sesuai dengan SOP dan terjamin mutu serta kualitasnya. Kami punya tim yang memonitor dan memeriksa langsung ke rumah-rumah produksi mandiri tersebut,” jelasnya.
Ia menambahkan, meskipun permintaan naik, harga pangan masih stabil karena produksi dalam daerah mampu menutup kebutuhan pasar.
“Program MBG tidak menimbulkan gejolak harga karena hasil produksi seperti telur, ayam, dan beras masih bisa mengakomodir kebutuhan. Adapun sedikit kenaikan, itu hal wajar karena hukum ekonomi, ketika permintaan meningkat maka harga ikut menyesuaikan,” terangnya.
Agus juga menyoroti beberapa komoditas yang masih menjadi tantangan, terutama cabai dan bawang yang sebagian masih dipasok dari luar daerah.
“Kalau kekurangan, itu masih di cabai dan bawang. Tapi kita terus dorong peningkatan produksi lewat program tanam bersama dan inisiatif lain. Meski belum besar, paling tidak bisa sedikit menutup kebutuhan daripada terus bergantung dari daerah lain,” ungkapnya.
Sementara itu, hal senada juga disampaikan oleh Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Banten Babar Suharso yang menegaskan bahwa, perubahan harga yang terjadi di lapangan lebih disebabkan oleh faktor musiman, bukan karena program MBG.
“Kalau ada kenaikan harga itu biasa, karena memang musiman. Sekarang ini menjelang akhir tahun, trennya memang naik. Nanti di awal tahun biasanya turun lagi,” ujarnya.
Babar menjelaskan, harga sejumlah komoditas strategis seperti ayam, telur, bawang, dan cabai masih dalam batas wajar. Bahkan, untuk beras, Banten masih mengalami surplus produksi.
“Sejauh ini masih stabil, kenaikannya juga tidak signifikan. Komoditas yang banyak dicari itu ayam, telur, bawang, dan cabai. Kalau beras malah kita masih lebih,” tuturnya.
Ia menegaskan bahwa, pelaksanaan program MBG di Banten tidak berdampak langsung pada harga pasar.
“Kenaikan harga yang ada itu bukan karena MBG, tapi karena faktor musiman. Jadi, program MBG ini tidak membuat harga pangan melonjak,” pungkasnya. ***
















