BANTEN RAYA.COM – Persoalan dicabutnya aliran listrik Masjid Nurul Ikhlas Cilegon menuai pro kontra dikalangan masyarakat. Masjid yang menjadi simbol atau ikon kota tersebut ternyata tidak sanggup membayar listrik yang nilainya hanya Rp3,5 juta saja.
Masalah pembayaran dan pengelolaan masjid yang ada di tengah kota atau sering diklaim Masjid Agung Kota Cilegon ternyata sebenarnya sudah mengalami permasalahan keuangan sejak covid 19 atau pertengahan 2019 lalu,
Dimana, menurut penuturan salah satu pengurus yakni Agus Surahmat, keuangan Yayasan Masjid dan Islamic Center Nurul Ikhlas sudah terjadi dan bahkan untuk mengurus keperluan sudah diberikan talangan dari pengurus yang nilainya sampai ratusan juta hingga 2024.
Agus menjelaskan, pihaknya harus menguraikan jika masalah keuangan sebenarnya sudah terjadi sejak covid 19. Dimana saat pandemic di 2019 hingga 2022 lalu keuangan masjid bertumpu pada data talangan dari pengurus Yayasan yang sudah mencapai ratusan juta.
“Saya harus menguraikan bukan pada saat ini, saya harus mengurai itu dari tahun 2019 pertengahan ke atas. Hal ini diawali ketika musim pandemi covid 19 atau 2019 akhir. Kenapa harus mengawali itu karena semua terdampak, termasuk juga masjid agung atau Islamic center. Kenapa harus menyampaikan seperti ini, jujur kami katakan pada saat itu hampir tidak ada sama sekali untuk kegiatan tidak ada dan dilarang pada saat itu,” katanya, Rabu (29/1).
Baca Juga: Satpol PP Kabupaten Tangerang Siagakan Puluhan Personel untuk Amankan Perayaan Imlek 2025
Menurut Agus, meski tidak ada kegiatan. Namun, oprasilan masjid yang mencapai Rp40 sampai Rp50 juta per bulan tetap harus dikeluarkan, sehingga operasional terpaksa ditalangi pengurus.
“Waktu itu pun ketika berbicara tentang kotak amal masjid itu hanya Rp1,32 juta per minggu, sementara pengeluaran kita harus tetap antar Rp43 juta sampai Rp50 juta pada Waktu itu, parkir juga sedikit, Jamaah sedikit kegiatan tidak ada sama sekali. Namun pengurus harus mengcover kebutuhan semuanya, pertama kebutuhan listrik, kebutuhan air, kebutuhan perawatan dan kebutuhan manpower itu iman 3 orang, muazin 3 orang, teknisi 3 orang, bagian peribadatan 1 orang, satpam 2 orang, parkir 3 orang dan cleaning service 5 orang,” katanya.
Hal itu, imbuh Agus, menjadikan persoalan, pemenuhan kebutuhan terpaksa diambil dari data hutangan atau alangan dari pengurus. Bahkan, nilainya mencapai ratusan juta.
“Langkah yang kami lakukan maka terus terang aja kami berhutang mencari pinjaman, kami mencari pinjaman, bukan hanya itu saja tapi ada juga talangan saya dengan bendahara kita patungan dari kantong pribadi untuk cover kebutuhan itu. Itu berlanjut hingga 2022. Nah, kemudian setelah itu Ketika sudah dibuka Kembali memang kemudian agak bergairan ada peningkatan, dan hanya itu di 2023, nah bendahara itu sampai menalangi hamper Rp200 juta termasuk saya mungkin sekitar Rp100 juta, jadi memang talangan,” ujarnya.
Agus menyampaikan, berbicara pemutusan listrik itu bukan sekarang, tapi 2 tahun lalu seharusnya sudah dilakukan. Namun karena pengurus bertanggung jawab, maka masih dilakukan talangan.
Baca Juga: Pemprov Banten Bakal Terapkan Manajemen Talenta Untuk Pengisian Jabatan
“Jika kami tidak bertanggung jawab sudah 2 tahun lalu listrik mati. tapi kami diam dan kami lakukan itu semuanya agar semua tertangani, belum lagi berbicara soal perawatan, plafon roboh, bocor dan terus terang elia pendapatan itu kami keluarkan dari kantong pribadi saya dan bendahara. Namun, sekarang memang tidak bisa lagi ditalangi,” ujarnya.
Agus menyampaikan, per bulannya operasional masjid dan Islamic mencapai Rp50 juta. hal tersebut sekarang sudah besar pasak daripada tiang. Sebab, dana yang masuk tidak mencukupi dan hampir setiap bulannya defisit.
“Per 30 Desember 2024, Keuangan yayasan pendapatan DKM Rp17.267.700 dari parkir, dan kotak amal dan lainnya, bantuan islamic center Rp9.713.000, Islamic center Rp20.400.000 penyewaan Gedung subtotal masuk sekitar Rp47 juta. Untuk pengeluaran pengeluaran DKM Rp30 juta itu ada biaya men power dan perawatan, Islamic center Rp20 juta tentang perawatan listrik dan sebagainya, hutang Yayasan RP2.893.980 jadi defisit per 30 Desember Rp6.654.044,” tegasnya.
Rincian pengeluaran dan pendapatan DKM, jelas Agus, yakni tromol jumat Rp10.633.000, penitipan barang Rp200 ribu, tanah wakaf Rp434.000, parkir Rp6 juta, subtotal Rp17.267.700.
“Untuk pengeluaran DKM bidang peribadatan Rp13,500.000, rekening listrik dan air Rp6.938.000, honor pegawai Rp7.113.000 Kesekretariatan Rp200 ribu, administrasi parkir Rp3 juta subtotal Rp30 juta. Artinya sudah minus untuk masjid saja,” ucapnya.
Baca Juga: Yayasan Sketsa Mimpi Gelar Santri Berkarya, Hadirkan Kepercayaan Menulis dan Menyampaikan Gagasan
Sebelumnya, disegelnya aliran listrik sempat menjadi sangat viral di media social, hingga pada akhirnya listrik dinyalakan Kembali setelah Walikota Cilegon Robinsar membayarkan ke PLN.
Sementara itu, Kepala Bagian (Kabag) Kesra Sekretariat Daerah (Setda) Kota Cilegon Rahmatullah belum memberikan komentar soal diputusnya aliran listrik
Masjid Nurul Ikhlas tersebut. (***)