BANTENRAYA.COM – Dinas Kepemudaan Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Kabupaten Serang mencatat terdapat dua desa wisata yang tidak berkembang dengan baik.
Dua desa wisata tersebut adalah Desa Wisata Banjarsari yang ada di Kecamatan Anyer dan Desa Wisata Sukaratu yang ada di Kecamatan Cikeusal.
Kepala Bidang Peningkatan Daya Tarik Destinasi Pariwisata Disporapar Kabupaten Serang Dito Chandra Wirastyo mengatakan, untuk desa wisata Banjarsari saat ini tidak berkembang karena fasilitas sudah hancur yang disebabkan oleh cuaca ekstrem.
Baca Juga: Dampak Perpres 59 Tahun 2024, Kapasitas Rawat Inap RSUD Banten Menyusut
“Ada dua wisata yang bisa dikatakan tidak berkembang, jadi penyebabnya yang pertama desa wisata Banjarsari yang ada di kecamatan Anyer tidak berkembang karena dihantam pandemi covid-19 dan angin kencang yang menyebabkan semua fasilitas hancur, ” ujarnya, Minggu (19/1).
Iya menjelaskan, desa wisata Banjarsari ini sempat menjadi kawasan wisata yang yang mampu menarik perhatian wisatawan dan didukung dengan fasilitas yang cukup lengkap.
“Desa wisata Banjarsari ini waktu saya ke sana itu awalnya memang ada semacam dukungan fasilitas seperti tempat parkir toilet, segala macam. Setelah hancur sekarang kondisi toiletnya aja sudah ditumbuhi semak belukar dan kondisi fisik bangunan lain ada yang rapuh bahkan hancur, ” katanya.
Baca Juga: Pemkot Serang Siapkan Rp550 Juta untuk Sewa Rumah Dinas Walikota dan Wakil Walikota
Dito menuturkan, Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) setempat juga mengakui kesulitan untuk kembali mengembangkan desa wisata Banjarsari ini karena membutuhkan biaya yang sangat besar.
“Saya sempat tanya sama Pokdarwis setempat dan katanya untuk mengangkat kembali seperti dulu sangat susah, karena fasilitas dan sarannya tidak mendukung. Tapi di sana itu ada beberapa homestay yang masih disewakan, ” jelasnya.
Berbeda dengan desa wisata Banjarsari di desa wisata Sukaratu yang ada di kecamatan Cikeusal juga tidak berkembang karena disebabkan oleh adanya transisi kepala desa yang enggan meneruskan wisata tersebut.
Baca Juga: Tak Terealisasi Sebab Anggaran Defisit, Penerima Rutilahu 2024 Berharap Rumahnya Dibangun di 2025
“Satu lagi ada di desa wisata Sukaratu yang ada di kecamatan Cikeusal dan itu permasalahannya adalah transisi kepala desa. Begitu pergantian kepala desa yang baru itu harusnya ada estafet, tapi malah tidak berkembang sampai sekarang, ” paparnya.
Ia mengungkapkan, Desa Wisata Sukaratu tersebut sempat berkembang dan mendapatkan banyak kesempatan kerjasama dari berbagai pihak.
“Ini menjadi PR (pekerjaan rumah) bagi kita, desa wisata yang di SK kan Bupati ini tetap kita dorong untuk push kembali dengan strategi khusus semacam revitalisasi supaya bisa mulai bangkit kembali, ” tuturnya.
Terpisah, warga Desa Banjarsari Kecamatan Anyar Edi Sukmayadi mengatakan, desa wisata yang ada di desanya sempat menjadi primadona wisatawan ketika awal buka.
“Pertama buka di tahun 2019, terus ada covid-19 dan angin kencang sehingga fasilitasnya porak poranda. Jalannya juga tidak mendukung karena kalau hujan sangat licin, jadi wisata ini sangat seringnya dipakai untuk trek motor tril,” ujarnya.***