BANTENRAYA.COM – Pelabuhan Karangantu, yang terletak di sebelah Utara Provinsi Banten memiliki peran penting dalam sejarah perdagangan Banten di masa lampau.
Di masa kejayaannya, pelabuhan ini memainkan peran sebagai pintu gerbang perdagangan internasional untuk Nusantara (Indonesia).
Di dalam buku yang berjudul “Kejayaan dan Kemunduran Perdagangan Banten di Abad 17” karya Fahm Irfani, menjelaskan bahwa masa kejayaan pelabuhan Karangantu sendiri dimulai pada abad ke-15.
Pada masa itu, Banten masih berbentuk kesultanan dan menjadi sebuah tempat transit bagi jalur perdagangan antarnegara.
Pada masa itu, pemerintahan Maulana Yusuf (1570 – 1580) menguasai Banten dan perdagangan di Kesultanan Banten sudah sedemikian maju.
Baca Juga: Klinik Kecantikan Milik Warga Pandeglang Dermicia Aesthetic Buka di Serang, Ada Diskon 50 Persen
Banten menjadi tempat penimbunan barang-barang dari seluruh penjuru dunia, yang nantinya disebarkan ke kerajaan-kerajaan di Nusantara.
Tak hanya itu, situasi di Pelabuhan Karangantu, sebagai pelabuhan Banten, juga turut digambarkan dalam Babad Banten pupuh XXI.
Di dalam Babad Pupuh tersebut dijelaskan bahwa pedagang-pedagang dari Cina membawa uang kepeng yaitu uang yang terbuat dari timah, porselen, sutra, beludru, benang emas, kain sulaman, jarum, sisir, payung, selop, kipas, kertas, dan sebagainya.
Pulangnya mereka membeli lada, nila, kayu cendana, cengkeh, buah pala, kulit penyu, dan gading gajah.
Orang Arab dan Persia membawa obat-obatan dan permata. Orang Gujarat membawa kain dari kapas dan sutra, kain putih dari Coromandel. Pulangnya mereka membeli rempah-rempah.
Selain itu, kapal-kapal asing dari negara Persia, Arab, China, Inggris, Gujarat, dan Portugis juga hadir di pelabuhan tersebut.
Baca Juga: Kasus DBD di Banten Maningkat, Permintaan Kebersihan dan Fooging Kami Cleaners Naik
Pelabuhan ini menjadi pusat perdagangan domestik dan internasional, dengan saudagar-saudagar Cina, Arab, Gujarat, dan Turki mengangkut rempah-rempah yang kemudian dijual lagi di Eropa melalui pelabuhan Karangantu tersebut.
Orang asing yang pernah berkunjung dan mencatat keberadaan Karangantu adalah Tome Pires tahun 1513. Dalam catatannya ia menyatakan bahwa pelabuhan ini kurang penting karena pada saat itu Pelabuhan Sunda Kalapa masih merupakan pelabuhan yang utama.
Sejak abad ke-16 barulah pelabuhan Karangantu menjadi bandar internasional di kawasan nusantara sebelah barat, terutama setelah kejatuhan Malaka pada tahun 1511 ke tangan Portugis.
Armada kompeni di bawah komando Cornelis de Houtman berlabuh di Banten tahun 1598. Dalam kunjungannya ke Banten ia membuat peta dan menggambarkan keadaan kota Banten.
Digambarkannya bahwa Kota Banten dikelilingi tembok kota dan pasar Karangantu dikelilingi pagar kayu dan bambu. Pada masa itu, kota Banten diperluas ke arah timur ke Karangantu.
Sementara itu berdasarkan peta yang dibuat oleh Valentijn pada tahun 1725, situasi di sekitar pasar Karangantu sudah dipenuhi oleh pemukiman penduduk.
Baca Juga: Dalam Jangka 4 Bulan, Dinsos Pandeglang Tangani 15 ODGJ
Pada sekitar abad ke-17 hingga ke-19, Serrurier membuat peta situasi kota Banten dimana pada peta itu digambarkan Karangantu bukan lagi sebagai pasar.
Karangantu digambarkan sebagai sebuah pelabuhan yang dikelilingi oleh tambak-tambak ikan. Pada awalnya pelabuhan Karangantu berfungsi sebagai pelabuhan lokal, kemudian peranannya berkembang menjadi pelabuhan nasional dan internasional.
Di Karangantu terdapat pemukiman nelayan, dok kapal, dan tempat pembuatan garam. Kapal-kapal asing yang hendak merapat ke pelabuhan harus mendapat izin.
Sayang, masa kejayaan pelabuhan Karangantu berakhir dengan penaklukan Banten oleh pemerintah kolonial Belanda.
Pembangunan pelabuhan Sunda Kelapa menggantikan pelabuhan Karangantu sebagai pusat perdagangan.
Kondisi ekonomi kesultanan Banten menjadi mandek, dan pelabuhan Karangantu tidak lagi menjadi pelabuhan utama di Banten setelah Pelabuhan Merak dibangun.
Saat ini, pelabuhan Karangantu tengah dikembangkan menjadi obyek wisata.
Diharapkan, ke depan, kegiatan ekonomi bisa tumbuh layaknya zaman kejayaan Banten lama.
Pemerintah Banten secara perlahan membenahi peninggalan Kesultanan Banten yang selama ini tidak terurus, dengan harapan membangkitkan kembali masa kejayaan pelabuhan.(***)















