BANTENRAYA.COM – Sebuah momen kontroversial mewarnai acara Desak Anies yang diselenggarakan pada 23 Januari 2024 di Half Patiunus, Jakarta Selatan.
Seorang siswa SMA, Ahmad Mujahid, dari SMA Negeri 58, Jakarta Timur, menjadi sorotan setelah memutuskan untuk meninggalkan jam sekolah demi mengikuti acara kampanye Desak Anies yang dihadiri oleh Calon Presiden Anies Baswedan.
Dalam acara tersebut, Ahmad Mujahid yang masih mengenakan seragam sekolahnya diundang ke podium dan diwawancarai oleh tiga pembawa acara.
Baca Juga: Jangan Bingung Lagi! Yuk Mengenal Pasar Modal, Tempat Jual Beli Produk Investasi dan Cara Kerjanya
Mereka menanyakan alasan anak SMA tersebut hadir di acara tersebut dan apakah ia meninggalkan sekolah atau mendapatkan izin resmi.
Ahmad Mujahid menjelaskan bahwa ia telah mengajukan izin kepada guru dan kepala sekolahnya sejak jam 10 pagi.
Mujahid berangkat jam 10 pagi dari Ciracas, Jakarta Timur, mengingat perjalanan yang memakan waktu sekitar 2 jam menuju Jakarta Selatan.
Ia bahkan menunjukkan surat izin yang disetujui oleh guru yang bersangkutan.
“Awalnya saya mendaftar menjadi peserta Desak Anies dan diterima. Saya berbicara kepada wali kelas saya, Bu Ana, yang juga mengajar geografi,” ujar Ahmad Mujahid.
Salah satu pembawa acara wanita mengungkapkan masih ragu terhadap keterlibatan siswa SMA dalam acara politik tersebut.
Sontak Ahmad Mujahid menunjukkan surat izin yang dikeluarkannya tersebut, tercantum partisipasinya dalam Desak Anies.
Ia juga mengungkapkan bahwa salah satu alasannya diizinkan adalah untuk menyampaikan permintaan, yakni menaikkan gaji guru.
Namun, pernyataan kontroversial muncul saat Ahmad Mujahid menyatakan.
Baca Juga: Hidup di Kota Serang Ibu Kota Banten, Satu Keluarga Tinggal di Rumah Nyaris Roboh
“Walaupun PNS dituntut netral, mereka condongnya dukung Anies.” Pernyataan tersebut memicu keheranan dari para pembawa acara.
Salah satu pembawa acara pria menyampaikan kekhawatirannya bahwa tindakan tersebut dapat mencoreng netralitas guru dan kepala sekolah, serta khawatir akan menerima teguran dari pemerintah atau atasan mereka.
“Ditandain, ditandain guru lu,” ucap pembawa acara tersebut.
Baca Juga: Bonnie Triyana Bangga Dengan Keragaman Budaya di Banten, Namun Belum Terinternalisasi jadi Etos
Reaksi warganet pun bermunculan, banyak yang menganggap tidak pantas seorang siswa meninggalkan kelas hanya untuk menghadiri acara politik.
“Acara capres lebih penting ketimbang sekolah,… mantap dek lanjutkan,” komentar akun @purnawanwiwoho2023 yang tidak diketahui benar atau sarkas.
Sementara beberapa netizen mengkhawatirkan dampak bagi kepala sekolah dan guru-guru lainnya yang mungkin mendapatkan teguran dari pihak berwenang.
Baca Juga: Timpa Angkot hingga Rusak Parah, Pemkab Serang Bakal Panggil Pemilik Papan Reklame Tidak Berizin
“Wah…hati hati ni sekolahnya, kepala sekolah,dan guru guru nya…semoga aman,” komentar akun Instagram @ary.kristina.***