BANTENRAYA.COM – DPRD Provinsi Banten mewanti-wanti agar Pemeirntah Provinsi Banten tidak hanya fokus pada pelaksanaan sekolah gratis.
Menurut anggota Komisi V DPRD Provinsi Banten Yeremia Mendrofa, sekolah gratis jangan sampai mengabaikan kualitas.
“Jangan sampai kualitas jadi nomor sekian hanya karena gratis,” kata Yeremia, Minggu, 8 Juni 2025.
Yeremia mengatakan, tantangan Provinsi Banten ke depan adalah teknologi. Sehingga, jika anak-anak atau pelajar tidak menguasi teknologi, maka mereka tidak akan bisa bersaing di masa depan.
Baca Juga: Dindikbud Kota Cilegon Siap Tegur Sekolah yang Tolak Anak Disabilitas di SPMB 2025
Apalagi, angka partisipasi sekolah anak-anak di Provinsi Banten saat ini masih berada di bawah rata-rata nasional.
Rata-rata lama sekolah anak-anak di Provinsi Banten juga Cuma sekitar kelas 1 SMA.
“Maka kita harus laei maraton kalau tidak mau ketinggalan dengan daerah lain,” katanya.
Yeremia mengingatkan bahwa cita-cita para pendiri Provinsi Banten adalah mewujudkan Banten yang maju, mandiri, sejahtera, berlandaskan iman dan takwa. Namun pertanyaannya sejauh mana cita-cita itu tercapai?
Salah satu indikatornya adalah dengan melihat pada indikator Indeks Pembangunan Manusia, yang salah satunya variabelnya adalah pendidikan.
Baca Juga: Jaringan Prostitusi Online di Serang Dibongkar, Dua Orang Perempuan Kena Modus TPPO di MiChat
Pada sendtor pendidikan, jelas harus lebih didorong agar semakin banyak anak Banten yang mengenyam pendidikan.
Di saat yang sama, kualitas pendidikan juga harus ditingkatkan, karena tantangan ke depan akan jauh lebih kompleks.
“Tantangan kita di Provinsi Banten adalah ilmu pengetahuan dan teknologi. Ini harus dikuasai. Kalau tidak maka anak-anak kita akan digantikan oleh teknologi. Internet of things, AI, dan lain-lain,” katanya.
Politisi PDI Perjuangan ini mengatakan, kemajuan teknologi saat ini telah terbukti banyak mengikis tenaga kerja. Sebab apa yang dahulu dikerjakan manusia saat ini bisa dikerjakan oleh mesin atau robot.
Kalau anak-anak Banten tidak memiliki pendidikan berkualitas, maka ke depan akan sangat mudah digantikan dengan mesin atau robot sehingga akan meningkatkan angka pengangguran.
Baca Juga: Depresi Menganggur, Pria Asal Serang Injak Al-Quran dan Hina Nabi Muhammad Kini Didakwa UU ITE
“Maka kalau biasa-biasa saja akan digantikan oleh teknologi,” katanya.
Padahal, kata Yeremia, saat ini pemerintah sedang mengejar kualitas manusia Indonesia untuk menyongsong Indonesia Emas atau Indonesia 100 tahun pada tahun 2045 nanti.
Bila tidak disiapkan dari sekarang, maka Indonesia Emas hanya wacana.
“Maka harus bangun kompetensi. Dengan kompetensi maka akan punya daya saing. Maka sektor paling penting adalah berkaitan dengan pendidikan,” katanya.
Baca Juga: Robinsar Siapkan Rp100 Miliar untuk Jalan Lingkar Utara, 530 Bidang Lahan Belum Bebas
Untuk itu, dia meminta agar pendidikan gratis ini diperuntukan bagi sebanyak-banyaknya keluarga miskin lewat jalur afirmatif.
Sebab dengan pendidikan maka anak dari keluarga miskin akan bisa mengubah keluarga mereka menjadi keluar dari kemiskinan sehingga ke depan akan menjadi lebih baik lagi.
“Supaya mereka punya daya saing, mengecilkan kemiskinan dan pengangguran. Salah satu pengentasan kemiskinan adalah dengan pendidikan,” kata Yeremia. ***