BANTENRAYA.COM, MEDAN – Kini perkembangan dunia digital telah menyasar ke segala sisi kehidupan.
Hal ini tak dapat dipungkiri, karena hampir semua sisi kehidupan manusia akhirnya terpengaruh proses digitalisasi.
Bahkan, dalam beberapa tahun terakhir ini pun pertumbuhan media daring di Indonesia meningkat secara signifikan.
Baca Juga: Cepat Salurkan DAK Fisik dan Terbaik Pengelolaan DD, Pemkab Pandeglang Sabet 2 Penghargaan Kemenkeu
Tetapi, untuk kualitas pertumbuhannya justru belum merata di berbagai daerah Nusantara.
Banyak kendala yang dihadapi pengelola media daring, seperti keterbatasan dalam permodalan, juga pemahaman manajemen bisnis dan ekosistem.
Ditambah juga dengan minimnya penguasaan teknologi yang bisa memperbaiki engagement dan relevansi konten.
Untuk menyelesaikan masalah tersebut, Promedia Teknologi Indonesia menggelar seminar bertajuk “Transformasi Jurnalis Menjadi Pengusaha Media di Era Digital” yang digelar di Hotel Grand Mercure Medan pada Rabu, 8 Februari 2023.
Turut hadir sebagai pembicara, yakni CEO Promedia Teknologi Indonesia Agus Sulistriyono, AWS Indonesia oleh Arthur Renaldy, dan CEO ProPS yaitu Ilona Juwita.
Kegiatan seminar tersebut disambut antusias dari para jurnalis di Kota Medan, terpantau ruangan tampak penuh mengikuti kegiatan itu.
Agus Sulistriyono dalam paparannya mengatakan, fungsi media sebagai pilar keempat demokrasi pun belum bisa berjalan dengan optimal.
Serta pengelola media daring yang masih harus berebut sumber pendatapan yang kian terbatas.
Saat ini jumlah media daring yang terus tumbuh sementara anggaran yang dimiliki klien selama ini cenderung berkurang.
Baca Juga: Gaji Tukang Angkut Padi di Tirtayasa Kabupaten Serang Tidak Main-main, UMK Lewat!
Disebabkan adanya pengalihan anggaran membuat bisnis media online menjadi semakin terhimpit.
“Kondisi ini diperkuat oleh hasil survei AMSI pada pertengahan 2021. Beberapa kesimpulan dalam survei tersebut diantaranya, pengelola media masih optimis akan potensi bisnis ini namun belum didukung kemampuan memadai dalam menghadapi perubahan situasi industri media saat ini. Modal yang tidak besar, perangkat analitik yang sederhana, pemasukan kurang maksimal, serta perencanaan bisnis ke depan yang juga terbatas adalah kondisi yang dihadapi pengelola media online di berbagai wilayah,” ucap Agus Sulistriyono.
Agus Sulistriyono memaparkan sebab Promedia Teknologi Indonesia hadir, yaitu untuk berkolobarasi dengan melakukan inovasi serta terobosan.
Baca Juga: 7 Gombalan Romantis untuk Pasangan di Hari Valentine, Dijamin Langsung Klepek-klepek
Kolaborasi dalam ekosistem media daring diyakini bisa menjembatani keterbatasan dalam permodalan dan pemahaman manajemen bisnis dan teknologi media online.
Bahkan, kolaborasi solid yang melibatkan seluruh shareholder di ekosistem digital akan memutus seluruh kendala tersebut.
Sehingga pada akhirnya akan memberi kesempatan para jurnalis menjadi pengusaha media.
Baca Juga: Maju Mundur Helldy Masuk Partai Gerindra, DPD Gerindra Banten Sampaikan Progres Ini
Pengusaha yang memiliki pendapatan yang sustain sehingga bisa menjadi mandiri secara finansial, dan mampu mencitpakan lapangan kerja di lingkungan sekitar mereka.
Agus Sulistriyono juga mengungkapkan, Promedia Teknologi Indonesia yang berdiri belum genap 2 tahun ini bisa menjadi solusi bagi bagi banyak media online.
“Membangun bisnis media atau sekedar punya-punyaan media?. Nah, ternyata masih banyak yang sifatnya justru merasa punya-punyaan media. Maka itu, inilah saatnya jurnalis bisa naik kelas agar pengusaha media yang sudah ada tidak itu-itu saja,” terangnya.
Baca Juga: Jadi Makanan Favorit Warga Serang, Pj Gubernur Banten Tidak Tahu Gerem Asem
Menurutnya, tren jurnalis beralih profesi menjadi pengusaha media, melahirkan wadah informasi yang jumlahnya sekitar 50 ribu dan tersebar di seluruh Indonesia.
Ironisnya, jumlah pembaca terbesar hanya dikuasai media yang itu-itu saja.
“Dari media yang berkolaborasi dengan Promedia, sudah ada wartawan atau penulis yang penghasilannya bisa mencapai ratusan juta rupiah dan ini belum ada gaji wartawan di Indonesia sebesar itu,”ungkapnya.
Agus Sulistriyono menjelaskan, ada banyak persoalan yang dialami media kecil ketika kalah bersaing.
Hal itu dikarenakan, kalah modal untuk membangun platform dengan teknologi yang bagus, belum mampu membangun dan membayar server dengan kapasitas melimpah, minim pengetahuan strategi mengelola media online dan monetisasinya, hingga jumlah jurnalis terbatas sehingga jumlah konten yang diproduksi minim dan isunya kurang jelas.
“Promedia hadir untuk menyelesaikan 4 masalah tersebut. Karena belum dua tahun sudah ratusan media yang hidup setelah berkolaborasi dengan Promedia,” pungkas CEO Promedia Teknologi Indonesia tersebut.***
















