BANTENRAYA.COM – Partai Nasdem dan Gerindra menjadi dua pertain yang sudah mendeklarasikan siapa calon presiden atau Capres yang akan diusung pada Pemilu 2024.
Namun, kendati sudah melakukan deklarasi tersebut, menurut yang dilakukan Survei SMRC pada Desember 2022, hasilnya tidak berdampak terhadap kenaikan elektabilitas partai.
Bahkan kedua partai baik Gerindra yang sudah mengusung Prabowo Subianto pada Agustus 2022 lalu dan Nasdem pada Oktober 2022 tersebut secara survei malah menurun.
Baca Juga: Diduga Harga Tiket yang Kemahalan, Konser Farel Prayoga Jadi Sepi Penonton
Untuk Nasdem sendiri, menurut hasil survei Desember malah tidak sampai angka ambang batas parlemen yakni 4 persen atau hanya mendapatkan 3,2 persen saja.
Sementara, Gerindra usai melejit pada Oktober 2022 setelah deklarasi sebesar 13,4 persen menurun menjadi 8,9 persen pada Desember.
Dikutip BantenRaya.Com dari Youtube SMRC TV pada Minggu 2022, Direktur Riset SMRC Deni Irvani menyampaikan, saat ini elektabilitas atau suara Gerindra hanya mencapai 8,9 persen pada Desember 2022.
Angka tersebut mengalami penurunan usai Gerindra mendeklarasikan Prabowo Subianto menjadi Capres 2024 pada Agustus sebesar 11 persen, naik saat Oktober 2022 sebesar 13,4 persen dan November 9,0 persen.
“Sekarang 8,9 persen. Tentu ini harus menjadi perhatian serius Gerindra. Pasalnya angka tersebut cenderung memperlihatkan penurunan,” ucapnya.
Jika dibandingkan perolehan pada April 2019 sebesar 12,6 persen. Hasil dalam Pileg 2019 dibanding desember menurun hanya 8,9 persen.
“Dibanding hasil Pileg 2019 ada dinamika untuk hasil elektabilitas. Sebab, ada kenaikan dan penurunan. Dalam dua bulan terakhir ini konsisten di bawah 10 persen. Artinya kecenderungannya menurun,” ujarnya.
Sementara itu untuk Nasdem, lanjut Deni, kendati sudah mengurus Anies Baswedan dan bersama melakukan kunjungan ke sejumlah kota. Namun, hal itu tidak berpengaruh. Bahkan, malah suara NAsdem semakin berkurang pada Desember.
“Awal saat deklarasi angkanya naik sangat tinggi dari 3,5 persen pada Agustus menjadi 5,4 persen dapa Oktober. Meski sudah berkeliling ternyata suara Nasdem malah mengalami pengurangan hingga kini Desember menjadi 3,2 persen,” ucapnya.
Deni menjelaskan, penurunan tersebut menjadi warning bagi nasdem, perlu ada perhatian khusus untuk Nasdem agar bisa lolos nantinya di Parlemen.
“Kita pernah merilis Nasdem secara khusus usai deklarasi Anies Baswedan dan sudah ada perubahan pemilih Nasdem, misalnya di Indonesia Timur mulai menurun, dan Jawa Barat ada kemajuan, jika dibaca dari situ ada yang masuk dan keluar kita belum bisa menyimpulkan Nasdem keluar di parlemen. Namun faktanya dilihat jika pemilu sekarang ini berbahaya,” pungkasnya. *