BANTENRAYA.COM – Sebagian besar orang dewasa akan berfikiran bahwa semua orang menyadari bahwa mimpi itu di luar kendali manusia.
Namun ketika memimpi tersebut ingim terwujud dengan berangan-angan apakah boleh?
Yuk simak artikel ini yang telah dirangkum Bantenraya.com dari berbagai sumber sebagai berikut.
Baca Juga: Berikut Jadwal Lengkap ANBK 2022 Pada Jenjang SD, Catat dan Simpan dari Sekarang
Seperti biasa jika terjadi suatu kejadian yang belum pernah kita alami sampai membuat kita senang pastinya akan terbawa mimpi dan terbayang-bayangan tentang kejadian tersebut.
Karena itu, orang yang bermimpi, tidak terhitung melakukan amal apapun, baik amal baik maupun amal jelek.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Baca Juga: Tim Penilai Lomba PKK Provinsi Banten Disambut Wakil Walikota Cilegon dan Istri Walikota
رفع القلم عن ثلاثة عن المجنون المغلوب على عقله حتى يفيق وعن النائم حتى يستيقظ وعن الصبى حتى يحتلم
“Pena catatan amal itu diangkat (tidak dicatat amalnya, pen.), untuk tiga orang: orang gila sampai dia sadar, orang yang tidur sampai dia bangun, dan anak kecil sampai dia balig.” (HR. Nasa’i 3432, Abu Daud 4398, Turmudzi 1423, dan disahihkan Syuaib al-Arnauth)
Sekalipun ketika mimpi basah, seseorang melakukan perbuatan di luar batas dengan keaneka ragaman warnanya, ini tidak dihitung sebagai maksiat. Sangat berbeda hukumnya ketika itu dilakukan dalam kondisi sadar, yang statusnya dosa besar.
Baca Juga: Gagal Lelang, DPUTR Optimis Jalan Imam Bonjol Kota Cilegon Selesai Betonisasi Tahun Ini
Kedua, terkadang, mimpi yang dialami seseorang, penyebabnya adalah bawaan perasaan.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الرُّؤْيَا ثَلاَثٌ حَدِيثُ النَّفْسِ ، وَتَخْوِيفُ الشَّيْطَانِ ، وَبُشْرَى مِنَ اللَّهِ
Baca Juga: Kumpulan Link Twibbon Gratis Peringati Hari Santi Nasional 2022, Desain Pejuang dan Pemberani
“Mimpi itu ada tiga macam: bisikan hati, ditakuti setan, dan kabar gembira dari Allah.” (HR. Bukhari 7017)
Ini sangat mungkin terjadi, ketika ada seseorang yang selalu membayangkan, bersama orang yang dia kagumi.
Bahkan sampai bayangan yang terlalu jauh. Hingga terbawa ke dalam mimpi. Bayangan semacam ini, ketika dia berusaha menikmatinya, statusnya zina hati.
Baca Juga: Perbasi Kota Cilegon Konsetrasi Porprov dan Telurkan Program untuk 2023
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ عَلَى ابْنِ آدَمَ حَظَّهُ مِنَ الزِّنَا، أَدْرَكَ ذَلِكَ لاَ مَحَالَةَ، فَزِنَا العَيْنِ النَّظَرُ، وَزِنَا اللِّسَانِ المَنْطِقُ، والقلب تَمَنَّى وَتَشْتَهِي، وَالفَرْجُ يُصَدِّقُ ذَلِكَ كُلَّهُ وَيُكَذِّبُهُ
“Sesungguhnya Allah menetapkan jatah zina untuk setiap manusia. Dia akan mendapatkannya dan tidak bisa dihindari: Zina mata dengan melihat, zina lisan dengan ucapan, zina hati dengan membayangkan dan gejolak syahwat, sedangkan kemaluan membenarkan semua itu atau mendustakannya.” (HR. Bukhari 6243 dan Ahmad 7935).
Baca Juga: Begini Cara Mengerjakan Latihan Soal ANBK 2022 Pada Jenjang SD
Bayangan semacam ini bernilai dosa. Karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutnya dengan zina hati. Meskipun ketika terbawa mimpi, tidak terhitung sebagai dosa dan maksiat.
Sehingga, ketika ada orang yang berharap bisa mimpi basah, namun diawali dengan membayangkan dirinya bersama orang lain, maka dia terjerumus ke dalam dosa sebelum tidur.
Dan biasanya, mimpi karena bawaan perasaan semacam ini, tidak selesai ketika tidur. Akan terus berlanjut, bahkan masih terbawa setelah bangun tidur.***