BANTENRAYA.COM – Presiden kedua Indonesia adalah Soeharto, namun sebelum menjabat sebagai orang nomor satu di Indonesia diirinya sempat menjadi Mayjen ditubuh militer Angkatan Darat.
Pada tahun 1965 PKI telah membunuh para Jenderal dan satu Perwira pertama, namun sosok Jenderal Soeharto tidak menjadi target dari pembunuhan,
Yang menjadi pertanyaan sederhana, mengapa Soeharto tidak ikut dalam daftar hitam Gerakan 30 September atau G30S PKI 1965 itu?
Baca Juga: Link Nonton dan Sinopsis Drakor Love In Contract, Drama Komedi Romantis yang Menggemaskan
Keberadaan Soeharto menjadi pertanyaan pada malam puncak G 30S PKI yang mengakibatkan terbunuhnya para Jenderal.
Bahkan ada yang mengatakan dalang dari G 30S PKI diduga Soeharto, apakah benar begitu? Sampai sekarang masih menjadi misteri.
Sebelum menginjak lebih dalam, perlu di ketahui keadaan politik Indonesia semenjak perang dunia kedua berakhir kurang begitu setabil.
Baca Juga: Pengelolaan CSR Kota Serang Jadi Percontohan Walikota dan Pansus DPRD Kota Dumai
Soekarno dan loyalisnya setelah kemerdekaan Indonesia lebih condong ke Uni Soviet dari pada Amerika yang tergolong Kapitalis di tahun 60-an.
Kala itu setelah perang dunia berakhir pada 1945, negara-negara dunia sempat terpecah menjadi dua kelompok yaitu Uni Soviet dengan paham Komunis sedangkan Amerika Serikat dengan paham Kapitalis.
Terjadinya G30S PKI salah satu penyebabnya adalah diduga akan ada penggulingan kekuasaan pada pemerintahan Soekarno yang di pelopori oleh Dewan Jenderal.
Baca Juga: Berapa Harga Tiket Nonton One Piece Film Red di CGV dan XXI? Ini Bocorannya
Dewan Jenderal sendiri adalah isu yang tercipta dalam PKI terkait gabungan beberapa Jenderal di tubuh angkatan darat yang akan mengkudeta Soekarno.
PKI meyakini bahwa para Dewan Jenderal lebih condong kepaham Amerika yaitu Kapitalis, sedangkan mereka sama seperti Soekarno yang waktu itu lebih berpihak pada komunis.
Isu Dewan Jenderal sendiri bahkan tidak bisa dibuktikan lebih jelas, PKI sendiri mendapat isu tersebut dari biro khusus partai komunis yaitu Syam yang berada pada lingkaran Soekarno.
Untuk mencegah adanya Dewan Jenderal, maka para loyalis Soekarno seperti Latief dan Letkol Untung mengadakan gerakan sembunyi dengan maksud untuk membawa para Jenderal target PKI dibawa kehadapan Soekarno.
Namun kurangnya persiapan menyebabkan para Jenderal malah dibunuh pada 30 September 1965.
Menurut Latief dalam kesaksianya di hadapan Mahkamah Militer dia mengucapkan,
Baca Juga: Kabar Gembira! Pekerja yang Terkena PHK Bisa Tetap Cairkan BSU 2022, Ini Syarat dan Ketentuannya
“karena kami anggap Jenderal Soeharto loyalis Bung Karno, maka tidak kami jadikan sasaran,” ucap Latief yang diambil dari buku Gerakan 30 September: Pelaku, Pahlawan dan Petualang (2010).
Menurut Latief sebelum malam puncak penculikan Jenderal, dirinya sempat bertemu pada Mayjen Soeharto dan mewanti-wanti akan adanya Dewan Jenderal namun ditanggapinya secara bergeming.
Bahkan dihari H-nya, Latief menjelaskan rencananya kepada Soeharto namun Mayjen Soeharto malah tidak menanggapinya.
Baca Juga: 7 Amalan Setara Pahala Berhaji, Nomor 6 Paling Penting untuk Dikerjakan
Sedangkan dari Soeharto mengakui sempat ditemui Latief beberapa hari sebelum 30 September tetapi pengakuanya berebeda-beda.
Soeharto juga mengaku pada tanggal 19 Juni 1970, bahwa malam puncak G30S PKI dirinya ditemui Latief di RSPAD Gatot Subroto namun tidak menginformasikan apa-apa, yang ada malah berniat membunuh Jenderal Soeharto.
Soeharto sendiri pada malam puncak, berada di RSPAD Gatot Subroto dengan alasan sedang merawat putranya yang terkena tumpahan sup panas yaitu Tomy Mandala Putra.
Baca Juga: BSU 2022 Tidak Cair? Jangan Panik, Coba Cek Penyebab Kendalanya di Sini
“Dia justru akan membunuh saya, tapi karena saya berada ditempat umum, dia mengurungkan niat jahatnya itu,” penjelasan Soeharto.
Itulah sedikit informasi terkait alasan Soeharto tidak terbunuh meski sama-sama berpangkat Jenderal di Angkatan Darat.
Descalimer, informasi ini dihimpun dari berbagai sumber jadi manakala ada kesalahan maupun perbedaan mohon dimaafkan.***