BANTENRAYA.COM – Istilah Cebong dan Kadrun hingga kini masih akrab di telinga warga Indonesia.
Drone Emprit mengungkap sejarah penyebutan cebong dan kadarun dalam sebuah analisis pengguna twitter berjudul sejarah polariasi netizen Indonesia tren dan popularitas sebutan cebong, kampret, buzerp, dan kadrun yang dinggah dalam akun twitter @ismailfahmi pada Minggu 17 April 2022.
Kesimpulan analisi ini adalah :
Baca Juga: Presiden Rusia Anggap Konflik Israel dan Palestina Mengancam Rusia, Putin Ancam Serang Israel
Tradisi penyebutan kelompok netizen dengan nama tertentu dimulai oleh panggilan cebong dari pendukung Prabowo teradap pendukung Jokowi sejak Agustus 2015
Kemudian, pelepasan kodok oleh Jokowi di Istana Bogor 3 Januari 2015 bukanlan awal sebutan cebong.
“Saat itu sebutan cebong sudah sangat populer sehinga Kaesang pun membuat joke kecebong pada Januari 2016,” tulis @ismailfahmi.
Istilah kampret sebagai balasan panggilan cebong dalam analisis ini disebtkan muncul Oktober 2015.
Baca Juga: Mobil Keluarga Jadi Incaran Masyarakat Menjelang Lebaran
“Kalu cebong hidup di air kalau kampret hidup dipohon dengan kepala di bawah,” tulis @ismailfahmi.
Dalam analisinya, panggilan cebong dan kampret mencapai puncaknya pada April 2019 saat Pilpres.
“Istilah Kadrun kali pertama kali dibuat bukan oleh Denny Siregar tetapi @kebo_mangkrak dan @manuputty1101 pada Januari 2018. Baru semakin populer setelah Denny Siregar menyebut Kadal Gurun, belum pakai Kadrun, pada Agustus 2019,” @ismailfahmi menyimpulkan.
Lalu muncul istilah buzeRp dan menurut @ismailfahmi dipopulerkan kali pertama oleh @Dandhy_Laskonso dan @HokGie 2 agustus 2019 ketika menyoroti serangan buzzer terhadap sexy killers.
“Sejak saat itu istilah variannya buzzeRp digunakan untuk memanggil buzzer yang diangga dibayar oligarki,” katanya.
Namun sayangnya, dalam periode 1 tahun terakhir setelah Pilres lewat sejak Januari 2021 hingga april 2021, tradisi saling menyebut kelompok netizen dengan panggilan cebong dan kampret terus berlangsung.
“Polarisasi yang dilabeli dengan nama-nama ini terus berjalan dan seolah dipelihara. Pasca pilpres sebutan kadrun yang paling sering dilakukan 45 persen. Sisanya dibagi untuk sebutan kampret dan buzzeRp dan cebong,” katanya.
“Semakin sering panggilan-panggilan ini disebutkan maka polariasi semakin besar. Setahun terakhir sebutan kadrun semakin besar konrtibusinya dan berdampak negatif bagi pesratuan dan kesatuan NKRI.” ***