BANTENRAYA.COM – Shalat dan puasa ramadhan sama-sama menjadi amalan wajib yang harus dikerjakan seorang muslim.
Shalat dan puasa ramadhan hukumnya wajib dikerjakan dengan kententuan syarat sah dan rukunnya yang sudah diatur dalam fikih.
Jika shalat dan puasa ramadhan ditinggalkan maka seseorang akan mendapatkan dosa dan siksa neraka.
Baca Juga: Jadwal ABL 3×3 International Champions Cup 2022 Putra, Siapa Jagoan Kalian?
Lantas bagaimana jika seseorang tengah puasa ramadhan dan tidak mengerjakan shalat, apakah puasanya sah atau batal.
Menurut beberapa ulama menyebutkan batal atau tidaknya puasa tergantung dengan alasan seseorang meninggalkan shalat.
Dikutip bantenraya.com dari portal islam.nu.or.id, menurut Hasan bin Ahamad Al Kaf dalam kitab Taqriratus Sadidah fi Masail Mufidah, shalat bisa menjadikan batal puasa seseorang jika alasan meninggalkannya karena mengingkari kewajiban.
Sebab, mengingkari kewajiban maka dihukumi murtad, jika sesorang murtad dianggap keluar dari akidah Islam, sehingga secara status maka ibadahnya akan batal.
Namun, meninggalkan salat tidak membatalkan puasa, asalkan meninggalkan shalat alasannya malas hingga waktunya sampai habis atau terlewat.
Sehingga karena tidak batal maka orang tersebut tidak wajib melakukan qada atau pengganti puasanya.
Baca Juga: Dirgahayu Kopassus ke-70, Ini Kumpulan Foto Kopassus yang Cocok jadi Wallpaper HP, Laptop atau PC
Hasan bin Ahamad Al Kaf dalam kitab Taqriratus Sadidah fi Masail Mufidah menjelaskan:
له حالتان: فتارة يتركها جحودا وتارة يتركها كسلا: إذا تركها جحودا، أي: معتقدا أنها غير واجبة هو كالمرتد……..، إذا تركها كسلا: وذلك بأن أخرجها عن وقت الضرورة فهو مسلم
Artinya: “Ada dua kondisi orang yang meninggalkan shalat: meninggalkan shalat karena mengingkari kewajibannya dan meninggalkan shalat karena malas. Orang yang masuk dalam kategori pertama, maka ia dihukumi murtad. Sementara orang yang meninggalkannya karena malas, hingga waktunya habis, maka ia masih dikatakan muslim.”
Baca Juga: Kenaikan Harga Bahan Pokok di Kota Serang Dinilai Masih Wajar
Hasan melanjutkan dalam Taqriratus Sadidah, puasa seseroang tanpa mengerjakan shalat maka tidak akan mendapatkan esesi puasa dan pahalanya.
Melainkan hanya mendapatkan lapar dan dahaga.
Dalam Taqriratus Sadidah disebutkan: بطلات
Baca Juga: Hakikat Ibadah Puasa Ramadhan, Begini Menurut Imam Al Ghazali
الصوم هي قسمان: قسم يبطل ثواب الصوم لا الصوم نفسه، فلا يجب عليه القضاء، وتسمى محبطات. وقسم يبطل الصوم وكذلك الثواب – إن كان بغير عذر- فيجب فيه القضاء، وتسمى مفطرات.
Artinya: “Pembatalan puasa itu dibagi menjadi dua kategori: pertama, pembatalan yang merusak pahala puasa, namun tidak membatalkan puasa itu sendiri. Kategori ini dinamakan muhbithat (merusak pahala puasa) dan tidak diwajibkan qadha; kedua, sesuatu yang dapat membatalkan puasa dan merusak pahalanya. Bila melakukan ini tanpa udzur, maka wajib mengqadha puasa di hari lainnya. Kategori ini dinamakan mufthirat (membatalkan puasa).
Baca Juga: Modus Antar Paket, Kurir Gadungan Curi 3 Hp Milik Penghuni Kosan di Serang
Demikian hukum puasa tapi meninggalkan shalat, semoga tulisan ini menjadi referensi dan semakin membuat kita meningkatkan keimanan dan ketaqwaan.
Bahkan di saat Ramadhan bisa meningkatkan ibadah puasa dan lainnya. ***


















