BANTENRAYA.COM – Artikel ini membahas tentang cara mudah mendapatkan Lailatul Qadar.
Lailatul Qadar adalah malam kemuliaaan, yang diyakini terjadi pada malam ganjil dalam sepuluh terakhir Ramadhan.
Terdapat keutamaan yang dapat menjadikan umat Islam semakin bertakwa jika mendapat malam Lailatul Qadar.
Baca Juga: Kripto ICOIN Milik Wirda Mansur Hilang dari Pasar!
Dikutip bantenraya.com dari nu.ori.id, Kamis 14 April 2022, salah satu warga Bandung bernama Wahyu, menanyakan mengenai amalan yang dilakukan agar mudah mendapat malam Lailatul Qadar.
“Di sepuluh akhir bulan Ramadhan ini banyak orang mengharapkan mendapatkan Lailatul Qadar. Biasanya mereka meningkatkan intensitas ibadah di sepuluh terakhir bulan Ramadhan dengan harapan mendapatkan Lailatul Qadar. Namun yang ingin kami tanyakan adalah amalan apa yang sekiranya dapat mempermudah atau mempercepat kita mendapatkan Lailatul Qadar,” kata Wahyu.
Baca Juga: Info Lowongan Kerja BUMN 2022 Lulusan Diploma, S1, dan S2, Berikut Syaratnya
Jawaban :
Assalamu ‘alaikum wr. wb. Penanya yang budiman, semoga selalu dirahmati Allah SWT. Dalam kesempatan ini kami akan menjawab pertanyaan kedua saudara Wahyu dari Bandung mengenai kiat-kiat atau cara bagaimana bisa mendapatkan Lailatul Qadar.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Al-Bukhari dikatakan bahwa kita dianjurkan untuk mencari Lailatul Qadar pada malam ganjil dalam sepuluh terakhir bulan Ramadhan.
عَنْ عَائِشَةَ رَضِىَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْوِتْرِ مِنَ الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ.
Artinya, “Dari Aisyah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda, ‘Carilah Lailatul Qadar pada malam ganjil dalam sepuluh terakhir di bulan Ramadhan,” (HR Bukhari).
Untuk mendapatkan Lailatul Qadar memang tidak mudah.
Baca Juga: Tak Sengaja Lihat Video Dewasa saat Puasa, Ustadz Adi Hidayat: Bisa Membatalkan Puasa
Karenanya tidak semua orang bisa mendapatkannya. Dibutuhkan usaha keras dan tidak kenal lelah untuk selalu meningkatkan intensitas ibadah terutama pada sepuluh akhir di bulan Ramadhan sebagaimana yang dipraktikan Rasulullah SAW. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan hadits riwayat Muslim.
عَنْ الْأَسْوَدِ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَجْتَهِدُ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مَا لَا يَجْتَهِدُ فِي غَيْرِهِ
Artinya, “Dari Aswad dari Aisyah ra ia berkata bahwa Nabi saw meningkat amal-ibadah pada sepuluh terakhir bulan Ramadhan melebihi di waktu yang lain,” (HR Muslim).
Baca Juga: Link Nonton Drakor Green Mothers Club Episode 4 Sub Indo, Kisah 5 Ibu Muda yang Semakin Seru
Dalam riwayat lain dikatakan bahwa Rasulullah SAW mengencangkan kain bawahnya, menghidupkan malamnya dan membangungnkan keluarganya.
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ: كَانَ رَسُولُ اَللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ اَلْعَشْرُ-أَيْ: اَلْعَشْرُ اَلْأَخِيرُ مِنْ رَمَضَانَ- شَدَّ مِئْزَرَهُ، وَأَحْيَا لَيْلَهُ، وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ – مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
Artinya, “Dari Aisyah RA, ia berkata, bahwa Rasulullah SAW ketika masuk sepuluh terakhir bulan Ramadhan, mengencangkan kain bawahnya, menghidupkan malamnya, dan membangunkan keluarganya,” (Muttafaq ‘alaih).
Baca Juga: Diduga Pernah Promosikan DNA Pro, Ivan Gunawan, Rizky Billar, dan DJ Una Dipanggil Polisi
Lantas apa yang dimaksud dengan mengencangkan kain bawahnya dalam hadits di atas?
Menurut Ibnu Baththal, maksudnya ialah Rasulullah SAW tidak menggauli istrinya. Sedangkan yang dimaksud dengan membangunkan keluarganya adalah beliau menganjurkan dan mendorong keluarganya untuk melakukan mengingatkan keluarganya untuk melakukan amaliah sunah dan kebajikan lainya yang bukan fardhu.
Baca Juga: Ratusan Ibu-ibu di Kecamatan Karangtanjung Sumringah Dapat Bantuan Pangan Sosial dan Minyak Goreng
وَقَالَ سُفْيَانُ الثَّوْرِىُّ : قَوْلُهُ : ( شَدَّ مِئْزَرَهُ ) فِى هَذَا الْحَدِيثِ يَعْنِى : لَمْ يَقْرَبِ النِّسَاءَ ، وَفِى قَوْلِهِ : ( أَيْقَظَ أَهْلَهُ ) مِنَ الْفِقْهِ أَنَّ لِلرَّجُلِ أَنْ يَحُضَّ أَهْلَهُ عَلَى عَمَلِ النَّوَافِلِ ، وَيَأْمُرَهُمْ بِغَيْرِ الْفَرَائِضِ مِنْ أَعْمَالِ الْبِرِّ ، وَيَحْمِلَهُمْ عَلَيْهَا .
Artinya, “Sufyan Ats-Tsauri berkata maksud ‘mengencangkan kain atasnya’ dalam hadits di atas adalah Rasulullah SAW tidak melakukan hubungan badan dengan istrinya. Sedangkan pernyataan ‘Beliau (Nabi saw) membangunkan keluarganya’ dapat dipahami bahwa suami dianjurkan mendorong keluarganya untuk mengerjakan amalan sunah dan amal kebajikan lainya selain yang wajib serta menekankan kepada mereka untuk melakukan hal tersebut,” (Lihat Ibnu Baththal, Syarhu Shahihil Bukhari, Riyadl-Maktabah Ar-Rusyd, cet ke-2, 1423 H/2003 M, juz IV, halaman 159).
Baca Juga: Teks Kultum Singkat Ramadhan 2022, Tentang: Semangat Dalam Menggapai Surga
Lantas bagaimana yang dimaksud dengan Rasulullah SAW menghidupkan malamnya? Apakah beribadah semalam suntuk sampai pagi? Jawaban yang tersedia adalah Rasulullah SAW tidak tidur tetapi disibukkan dengan ibadah pada sebagian besar malam, bukan semalam suntuk sampai pagi.
Sebab, ada riwayat dari Aisyah RA yang menyatakan bahwa ia tidak pernah mengetahui Rasulullah SAW beribadah semalam penuh sampai pagi.
(وَأَحْيَا لَيْلَهُ) أَيْ تَرَكَ النَّوْمَ الَّذِي هُوَ أَخُو الْمَوتِ وَتَعَبَّدَ مُعْظَمَ اللَّيْلِ لَا كُلَّهُ بِقَرِينَةِ خَبَرِ عَائِشَةَ مَا عَلِمْتُهُ قَامَ لَيْلَةً حَتَّى الصَّبَاحِ
Baca Juga: 15 Pantun Lucu untuk Pembukaan Ceramah atau Pidato, Auto Jadi Perhatian Penonton
Artinya, “(dan menghidupkan malamnya) maksudnya adalah Rasulullah SAW tidak tidur di mana tidur adalah saudara kematian, dan beribadah pada sebagian besar malam bukan seluruhnya sebab ada riwayat dari Aisyah ra yang menyatakan: ‘Aku tidak pernah mengetahui Rasulullah SAW melakukan ibadah satu malam penuh sampai pagi hari,’” (Lihat, Abdurrauf al-Munawi, Faidlul Qadir, Bairut-Darul Kutub al-Ilmiyyah, cet ke-1, 1415 H/1994 M, juz V, halaman 168).
Baca Juga: CATAT! Jadwal Lengkap One Way Tol Jakarta-Cikampek hingga Kalikangkung Arus Mudik Lebaran 2022
Dengan mengacu kepada penjelasan di atas maka setidaknya ada tiga amaliah yang bisa dilakukan.
Amaliah itu diharapkan dapat mempermudah kita untuk mendapatkan Lailatul Qadar, yaitu pada sepuluh akhir Ramadhan pertama, untuk sementara tidak melakukan hubungan suami-istri.
Kedua, meningkatkan intensitas beribadah terutama pada malam hari. Ketiga, mendorong atau meminta keluarga untuk melakukan amaliah sunah dan amal kebajikan selain yang fardhu.
Bagi para pembaca, tingkatkan ibadah serta kebajikan, lebih-lebih pada sepuluh akhir pada bulan Ramadhan.
Demikian jawaban yang dapat kami kemukakan. Semoga bisa dipahami dengan baik. Kami selalu terbuka untuk menerima saran dan kritik dari para pembaca.***