BANTENRAYA.COM – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkap sejumlah wilayah Indonesia diprediksi akan mengalami musim kemarau yang tidak biasa pada tahun ini berupa kemarau basah.
Tidak seperti musim kemarau biasanya, pada kemarau basah kali ini justru membawa curah hujan tinggi di banyak daerah, termasuk Provinsi Banten.
Dalam laporan resmi prediksi musim kemarau 2025, BMKG menyebutkan terdapat wilayah-wilayah yang akan menerima akumulasi curah hujan musiman yang lebih tinggi dari biasanya.
BMKG juga menyebutkan, kondisi ini sebagai kemarau basah, yang berarti musim kemarau disertai curah hujan di atas normal.
Fenomena ini diprediksi berlangsung dari Juni hingga Agustus 2025. Pada Agustus, bahkan diperkirakan 84,94 persen wilayah Indonesia akan berada dalam kondisi lebih basah dari biasanya.
BMKG menyampaikan, fenomena tersebut bisa berdampak pada kondisi kesehatan tubuh, industri pertanian, dan potensi bencana.
Untuk itu, masyarakat diimbau agar waspada dan siaga menghadapi fenomena alam tersebut.
Menanggapi hal itu, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Banten, Nana Suryana, membenarkan bahwa situasi cuaca saat ini tidak seperti biasanya.
Menurutnya, wilayah Banten seharusnya sudah memasuki musim kemarau, namun curah hujan masih cukup tinggi di berbagai daerah.
Baca Juga: Panggil PT Lotte Chemical Indonesia, Ketua DPRD Kota Cilegon Tuntut Kompensasi Warga Terdampak
“Memang sesuai dengan informasi dari BMKG, saat ini kita memasuki masa pancaroba. Ada daerah yang sudah berkurang hujannya, tapi ada juga yang masih sering turun hujan, termasuk di Banten,” ujarnya, Senin 26 Mei 2025.
Ia menjelaskan bahwa, saat ini pihaknya tengah menggencarkan sosialisasi dan penyebaran informasi kepada masyarakat, terutama yang berada di daerah rawan bencana.
Pasalnya, hujan yang datang disertai angin kencang bisa menimbulkan risiko bencana hidrometeorologi lainnya.
Baca Juga: Lepas Jemaah Calon Haji, Pilar Saga Titip Doa untuk Kota Tangsel
“Hujan lebat memang masih terjadi di beberapa hari terakhir dan ke depan, walaupun tidak terlalu ekstrem. Tapi risiko angin kencang atau puting beliung tetap harus diwaspadai,” katanya.
Kondisi ini juga turut diamini oleh Ketua Kelompok Kerja Pelayanan Data dan Informasi BMKG Serang, Tatang Rusmana.
Ia menyebutkan, meski sebagian wilayah utara Banten seperti Kota Serang dan Cilegon sudah memasuki musim kemarau, intensitas hujan masih tergolong tinggi.
Baca Juga: Lahan di Pinggir Tol Tangerang Merak Bakal Jadi Kebun Jagung
“Secara umum, memang wilayah Banten bagian utara sudah memasuki musim kemarau. Tapi karena ini kemarau basah, masih ada hujan yang cukup sering terjadi,” ucap Tatang.
Tatang juga menambahkan, fenomena ini memiliki dua sisi. Di satu sisi, bisa menguntungkan sektor pertanian karena pasokan air tetap tersedia.
Namun di sisi lain, kondisi ini bisa merugikan petani, terutama bagi yang berharap panen padi saat kemarau.
Baca Juga: BRI Branch Office Serang Jadi Finalis Digiwara Festival 2025
“Kalau hujannya masih sering turun, tanaman yang butuh kondisi kering bisa terganggu. Misalnya padi yang sudah siap panen jadi roboh karena terlalu banyak air,” tuturnya.
“Tapi kami masih belum melakukan monitoring langsung ke sawah terkait kondisi padi saat ini,” tuturnya. ***



















