Penulis: Alfida Fitriya, Kartika Oktaviani, Ratu Ariana
BANTENRAYA.COM – Ketahanan pangan di Indonesia diartikan sebagai kondisi di mana negara dan masyarakat memenuhi kebutuhan pangan, yang ditunjukkan oleh ketersediaan pangan yang cukup dalam jumlah dan kualitas yang baik, aman, bervariasi, bergizi, merata, dan terjangkau.
Selain itu, pangan tersebut harus sesuai dengan nilai-nilai agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, sehingga memungkinkan mereka untuk hidup secara sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan.
Baca Juga: Rekam Jejak Rizki Natakusumah Suami Beby Tsabina, Anak Orang Berpengaruh dengan Karier Mentereng
Selain berbicara tentang ketersediaan pangan, Ketahanan pangan harus dapat memperjelas dan memperkuat pencapaian dengan mewujudkan kedaulatan pangan (food sovereignty) dengan kemandirian pangan (food resilience) serta keamanan pangan (food safety).
Ketahanan pangan juga termasuk pada permasalahan krusial dalam pembangunan pertanian dan nasional Indonesia, terutama karena negara ini memiliki populasi yang besar. Hal ini disebabkan karena ketahanan pangan sangat erat kaitannya dengan stabilitas sosial, keamanan nasional, serta stabilitas ekonomi.
Rendahnya ketahanan pangan memiliki dampak langsung yang menghambat pembangunan nasional dan menurunkan tingkat ketahanan nasional secara keseluruhan.
Baca Juga: Masih Dalami Laporan Keuangan PT ABM, Pemprov Banten Belum Tahu Kapan Bisa RUPLB
Ketahanan pangan yang rendah berarti ada banyak penduduk yang tidak memiliki akses yang memadai terhadap pangan yang cukup dan bergizi, yang pada gilirannya dapat menghambat produktivitas dan kesejahteraan mereka. Dengan hadirnya era digital saat ini dapat membantu mempengaruhi produksi pertanian dengan cara menggabungkan teknologi canggih dengan aturan serta kebijakan yang mendukung.
Data Indeks Ketahanan Pangan, Pertumbuhan PDB, Impor Beras Indonesia (TON)
Ketahanan pangan di Indonesia pada tahun 2022 menunjukan peningkatan, meskipun jika dibandingkan pada tingkatannya di periode 2018-2020, yang masih relatif rendah. Berdasarkan dari data global food security (GFSI) tahun 2022, Indonesia mencapau skor 60,2 lebih tingg dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang hanya mencapai sebesar 59,2. Selama sepuluh tahun terakhir, GFSI Indonesia terbaik yang sudah tercatat sejak tahun 2018.
Baca Juga: Adu Kekuatan Followers Instagram Bakal Calon Walikota Cilegon, Isro Mi’raj Buntuti Helldy Agustian
Dari data diatas ketahan pangan di Indonesia terjadi kenaikan, ketahanan pangan Indonesia di tahun 2022 berada diurutan ke 69 dari 113 negara, dan di bawah rata-rata global yaitu sebesar 62,2 dan rata-rata Asia Pasifik lebih tinggi yakni sebesar 63,4. Mayoritas penduduk yang bekerja disektor pertanian dengan pertmbuhan yang lambat ini akan berdampak pada rendahnya tingkat kesejateraan. Akibatnya, belanja rumah tangga petani juga rendah, yang berkontribusi pada sulitnya mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
Dalam pertumbuhannya ditahun 2022 hanya sebesar 2,22%, namun terjadi kenaikan dari dua tahun sebelumnya masing-masing mencapai 1,87% dan 1,77%. Dari adanya petumbuhan yang rendah, ironi negara lainnya yaitu bahwa Indonesia perlu mengimpor berat. Sehingga disaat bulan Ramadhan datang di tahun lalu sempat kembali menjadi bahasan yang cukup panas.
Namun, jika melihat data BPS mengenai produksi berat tahun 2021 yang mencapai sekitar 31,36 juta ton, produksi tersebut sebenarnya sudah sesuai dengan kebutuhan. Meski demikian, kondisi tersebut akan beresiko menyebabkan kenaikan harga beras. Untuk memastikan harga beras tetap stabil, pemerintah perlu menjaga keseimbangan pasokan. Oleh karena itu, impor menjadi salah satu pilihan yang dapat diambil untuk mengatasi kekurangan supply beras.
Baca Juga: Jadwal Euro 2024 Prancis vs Polandia: Mbappe Diragukan Tampil, Lini Depan Les Blues Masih Tumpul
Yang menjadi ironi karena negara Indonesia ini merupakan negara agraris, tapi memiliki pertumbuhan sektor pertanuan yang rendah, dan harus mengimpor beras setiap tahunnya. Pada tahun 2022, BPS melaporkan bahwa Indonesia mengimpor sebanyak 429.207 ton beras. Sementara itu, tahun ini perum bulog mendaparkan tugas untuk mengimpor beras sebanyak 2 juta ton.
Tantangan Ketahanan Pangan di Era Digital: Membumikan Teknologi untuk Kesejahteraan Masyarakat
Artikel ini akan menjelaskan beberapa aspek utama mengenai tantangan ketahanan pangan di era digital serta pentingnya pemanfaatan teknologi untuk mengatasi masalah tersebut.
Baca Juga: Program Smart City Kota Tangerang Dipaparkan pada Forum Nasional
1. Kompleksitas Perubahan Iklim : Perubahan iklim yang semakin tidak terduga dan ekstrem menjadi ancaman serius terhadap ketahanan pangan global.
2. Keterbatasan Akses Teknologi dan Infrastruktur : Tidak semua wilayah memiliki akses yang sama terhadap infrastruktur dan teknologi tersebut.
3. Perlunya Inovasi Teknologi dalam Pertanian : Petani dan pelaku usaha pertanian perlu didukung dengan pelatihan yang memadai untuk dapat mengadopsi teknologi ini secara efektif.
Baca Juga: Pantarlih Lalai, Warga BIsa Laporkan Bawaslu Kota Cilegon Lewat Posko Kawal Hak Pilih
4. Kurangnya Pendidikan dan Rendahnya Kesadaran Masyarakat : Pendidikan tentang pentingnya ketahanan pangan dan pemanfaatan teknologi dalam pertanian perlu ditingkatkan.
Meningkatkan Ketahanan Pangan di Era Digital: Strategi untuk Masa Depan yang Berkelanjutan
Di era digital yang semakin maju, tantangan ini membutuhkan strategi yang canggih dan terintegrasi untuk memastikan ketersediaan pangan yang cukup, aman, dan berkualitas bagi populasi dunia yang terus bertambah.
1. Pemanfaatan Teknologi Digital dalam Produksi Pertanian : Teknologi digital seperti Internet of Things (IoT), kecerdasan buatan (AI), dan big data analytics memiliki potensi besar untuk mengoptimalkan produksi pertanian.
2. Pengembangan Infrastruktur Digital dan Aksesibilitas : Pengembangan infrastruktur digital yang kuat adalah kunci untuk mendukung penerapan teknologi dalam pertanian.
3. Diversifikasi Sumber Pangan dan Keamanan Pangan : Diversifikasi sumber pangan adalah strategi penting untuk mengurangi ketergantungan pada satu jenis tanaman atau sumber pangan saja.
Baca Juga: Shell Berikan Layanan Gratis Jasa Ganti Oli di Citimall Cilegon
4. Promosi Pertanian Berkelanjutan dan Ramah Lingkungan : Pertanian berkelanjutan menjadi semakin penting di era digital ini dengan mengadopsi praktik pertanian yang ramah lingkungan, seperti penggunaan pupuk organik.***


















