BANTENRAYA.COM — 2 merek otomotif besar asal Jepang, yakni Suzuki dan Toyota, menyampaikan keluhan mereka kepada pemerintah Indonesia.
Suzuki dan Toyota mengadu terkait lesunya pasar otomotif, khususnya di segmen kendaraan niaga dan hybrid.
Keluhan dari Suzuku dan Toyoya itu disampaikan langsung saat Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita berkunjung ke Jepang.
Baca Juga: Kejutan untuk Guru Non ASN, Kemenag Kota Cilegon Umumkan Pemberian Tambahan Tunjangan Mulai Agustus
Dilansir Bantenraya.com dari kemenperin.go.id, Chairman Suzuki Motor Corporation, Osamu Suzuki, secara terbuka mengeluhkan turunnya penjualan kendaraan niaga ringan seperti Suzuki Carry di pasar Indonesia.
“Kami melihat tren pasar menurun cukup tajam, khususnya untuk kendaraan niaga ringan. Ini tentu menjadi perhatian kami,” ujar Osamu dalam pertemuan tersebut, Rabu, 16 Juli 2025.
Meski begitu, Osamu memastikan Suzuki tetap berkomitmen di Indonesia dan akan menahan diri untuk tidak melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK).
Baca Juga: Rumah Kemasan Jadi Sarang Burung, DPRD Kabupaten Pandeglang Kirim Pesan Khusus ke Satgas PAD
Ia juga menyambut baik arahan dari pemerintah Indonesia untuk menjaga stabilitas tenaga kerja di sektor otomotif.
Sementara itu, Toyota menyampaikan permintaan yang lebih teknis. Mereka berharap ada pelonggaran aturan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) bagi kendaraan hybrid.
Meskipun beberapa model seperti Kijang Innova Zenix Hybrid dan Yaris Cross sudah memenuhi TKDN di atas 40%, Toyota mengusulkan agar ambang batas dan aturan yang ada bisa lebih fleksibel untuk mendorong investasi.
Menanggapi hal itu, Menperin RI Agus Gumiwang menyatakan bahwa, saat ini pemerintah sedang menyiapkan sejumlah langkah untuk memulihkan pasar kendaraan niaga.
Salah satunya adalah dengan mendorong pembelian oleh pemerintah daerah dan memberikan insentif kepada pelaku UMKM.
“Permintaan kendaraan niaga berkaitan erat dengan pergerakan ekonomi daerah dan pelaku usaha kecil. Maka kami evaluasi kemungkinan insentif untuk sektor ini,” kata Agus Gumiwang.
Baca Juga: Daftar WA Channel Peserta Clash of Champions Season 2, Lengkap dengan Akun Instagram
Agus juga menegaskan, pemerintah terbuka untuk berdialog, tetapi tetap berhati-hati agar relaksasi tidak bertentangan dengan arah pembangunan industri otomotif nasional.
“Kami akan pelajari usulan itu. Prinsipnya, kita ingin industri otomotif kita berkembang tanpa kehilangan daya saing,” ujar Agus.
Sebagai bentuk dukungan terhadap industri, Agus juga memastikan bahwa insentif bagi kendaraan hemat energi seperti mobil Low Cost Green Car (LCGC) akan tetap berjalan hingga 2031.
Baca Juga: Gandeng PKK, Pokja Wartawan Banten Wacanakan Gerakan Banten Bercerita
“Program LCGC terbukti bermanfaat untuk masyarakat dan industri. Karena itu, kami lanjutkan hingga 2031 sebagai bagian dari strategi elektrifikasi bertahap,” pungkasnya.***