BANTENRAYA.COM – Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang, Provinsi Jawa Timur meletus, Sabtu 4 Desember 2021 sore.
Saat meletus, Gunung Semeru mengeluarkan material abu vulkanik yang sangat tebal dan membumbung tinggi.
Sadar Gunung Semeru meletus dan mengeluarkan abu vulkanik, warga pun panik menyelamatkan diri.
Baca Juga: Ibu Novia Widyasari Rahayu Tolak Autopsi, Polda Jatim: Kita Tetap Lakukan Pendalaman
Sebenarnya seberapa berbahaya abu vulkanik bagi manusia? Dikutip dari kanal YouTube dr. Ceva Wicaksono digambarkan bahwa secara kasar debu vulkanik itu seperti abu semen.
Bentuknya berupa batuan kecil dan halus yang terlempar ke atas saat terjadi erupsi gunung berapi.
Dalam abu vulkanik mengandung unsur mayor berupa aluminium, silika, kalium dan besi, unsur minor berupa iodium.
Baca Juga: 21 Gempa Bumi Terjadi di Banten Dalam Sepekan, Hanya 1 yang Guncangannya Dirasakan
Kemudian juga terdapat magnesium, mangan, natrium, pospor, sulfur dan titanium, dan tingkat trace meliputi aurum, asbes, barium, kobalt, krom.
Ada juga kandungan tembaga, nikel, plumbum, Sulfur, stibium, stannum, stronsium, vanadium, zirconium, dan seng.
Sedangkan lima komposisi kimia tertinggi dari tanah abu vulkanik gunung berapi secara urutan adalah silikon dioksida mencapai 55 persen.
Baca Juga: Jadwal Liga Spanyol Pekan Ini, Barcelona Hadapi Real Betis, Xavi Hernandez Jaga Ritme
Lalu aluminium oksida 18 persen, besi oksida 18 persen, kalsium oksida 8 persen, dan magnesium oksida 2,5 persen.
Abu vulkanik saat di udara biasanya ukurannya sangat kecil, kurang dari 2µm. Menurut The International Volcanic Health Hazard Network, secara umum abu vulkanik menyebabkan masalah kesehatan khususnya menyebabkan iritasi pada paru-paru, kulit, dan mata.
Gejala pernapasan akut yang sering dilaporkan oleh masyarakat setelah gunung meletus adalah iritasi selaput lendir dengan keluhan bersin, pilek, beringus, iritasi, dan sakit tenggorokan.
Baca Juga: Deretan Pemain Abroad Ini Tak Masuk Timnas Indonesia untuk Piala AFF 2021
Penyakit tersebut kadang disertai batuk kering, batuk dahak, mengi, sesak napas, dan iritasi pada jalur saluran pernapasan.
Gangguan tersebut akan lebih berat bila terkena pada orang atau anak yang sebelumnya mempunyai riwayat alergi saluran napas dan bronkitis kronis, eufisema, atau asma.
Selain itu, abu vulkanik yang terhirup dapat merangsang peradangan di paru-paru serta luka di saluran napas.
Baca Juga: Baru Dirilis, Ini Link Streaming Money Heist Season 5 Sub Indo
Luka ini seperti codet di kulit yang akan menyebabkan luka permanen pada alveolus yang dalam jangka panjang berpotensi menyebabkan kanker.
Ketika abu vulkanik tersebut bersifat asam dan mengenai kulit tubuh bisa menyebabkan gatal-gatal, iritasi, dan infeksi.
Iritasi pada kulit tersebut bisa juga diakibatkan oleh perubahan kualitas air yang sudah tercemar abu vulkanik yang bersifat asam. ***
















