BANTENRAYA.COM – Penyakit jantung koroner merupakan penyakit non infeksi yang menjadi momok akhir-akhir ini.
Penyakit yang sering disebut dengan penyakit serangan jantung ini tidak sepenuhnya ditandai dengan gejala-gejala tertentu seperti penyakit lainnya.
Penderita penyakit jantung koroner sering tidak menyadarinya. Mengapa demikian dan apa penyebabnya?
Salah satu dokter spesialis jantung Rumah Sakit Krakatau Medika atau RSKM Cilegon dr Rachmat Setiarsa mengatakan, angka penderita penyakit jantung dari tahun ke tahun terus meningkat dan penyakit ini menjadi penyebab angka kematian mendadak yang cukup tinggi di Indonesia dan juga secara global.
“Begitupun dengan Kota Cilegon, pasien penderita penyakit jantung yang saya tangani di RSKM terus meningkat jumlahnya. Dan rata-rata itu disebabkan karena adanya penyakit metabolik pada pasien yang tidak cepat ditangani,” katanya disela acara simposium mini kesehatan yang digelar RSKM di Hotel Aston Cilegon, Sabtu, 5 Juli 2025.
Rachmat menuturkan, beberapa penyakit metabolik seperti diabetes melitus, tekanan darah tinggi, dan kolesterol tinggi tentu jika tidak ditangani sedini mungkin bisa menyebabkan kerusakan dan mengganggu fungsi jantung.
Baca Juga: Peringati 10 Muharam, Bupati Pandeglang Santuni 320 Anak Yatim Sebagai Bentuk Kepedulian Sosial
“Penyakit-penyakit metabolik ini harus benar-benar diperhatikan. Dan tenaga kesehatan seperti dokter, apoteker ini harus bisa melakukan pendekatan terhadap pasien secara komprehensif dan terintegrasi,” ujarnya.
Penanganan penyakit metabolik, lanjut Rachmat, memerlukan kolaborasi multi-disiplin, baik itu dokter sebagai garda terdepan dalam diagnosis dan tatalaksana klinis, maupun apoteker yang memiliki peran vital dalam memastikan penggunaan obat yang rasional, aman, dan efektif.
“Dokter dan paramedis lain harus bisa memberikan edukasi kepada pasien secara baik-baik terkait penyakit yang dideritanya. Bikin pasien rileks sehingga tidak membuat panik dan dikhawatirkan bisa memperparah kondisi pasien,” jelasnya.
Rachmat menjelaskan, penyakit metabolik yang bisa mengakibatkan penyakit jantung biasanya muncul karena pola hidup yang tidak seimbang dan tidak sehat.
“Pola makan yang tidak teratur dan sering mengonsumsi makanan tinggi kolesterol seperti gorengan, jeroan, makanan berlemak, kue-kue dan minuman tinggi gula, serta kebiasaan makan makanan cepat saji bisa jadi pemicu penyakit metabolik,” tuturnya.
Untuk itu, Rachmat menganjurkan agar masyarakat menjalani pola hidup sehat seperti melakukan diet dan berolahraga secara rutin.
Baca Juga: Desa Wisata di Kabupaten Serang Banyak yang Mati Suri, Terancam Mangkrak dan Ditinggal Pengunjung
“Kurangi konsumsi makanan dan minuman yang tidak sehat atau bahkan kalau bisa hindari agar terhindar dari penyakit metabolik dan hidup menjadi sehat. Jantung sehat, badan sehat kualitas hidup menjadi lebih baik,” ucapnya.
“Olahraga minimal sepekan 4 kali dan minimal sekali olahraga 30 menit. Bisa langsung dilakukan secara penuh atau diputus-putus misal 5 menit istirahat llu lanjutkan lagi sampai selesai 30 menit,” imbuh Rachmat.
Terkait olahraga khusus, Rachmat tidak menyebutkan olahraga-olahraga tertentu. Menurutnya, semua jenis olahraga baik untuk tubuh asalnya disesuaikan dengan usia dan tidak dipaksakan.
Baca Juga: Kemunculan Buaya Raksasa di Sungai Sempur Resahkan Warga Pandeglang, Bikin Ngeri Khawatir Diterkam
“Intinya bergerak, berkeringat, dan membakar lemak, kalori dalam tubuh. Olahraga sesuai hobi lebih baik, karena disukai dan dilakukan konsisten, tidak dengan keterpaksaan,” katanya.
Namun, Rachmat mengungkapkan jika tidak mengatur pola makan yang baik dan kurang olahraga hanya salah satu faktor penyebab dari terjadinya penyakit jantung koroner yang menyebabkan kematian mendadak.
“Menjaga konsumsi makanan yang sehat dan berolahraga ternyata tidak cukup untuk menghindari penyakit jantung koroner ini,” ucapnya.
Baca Juga: Guru Honorer Madrasah di Lebak Rela Ngutang ke Tetangga Gara-gara Gaji Tak Cair Tiga Bulan
“Kita harus mengenali apakah diri kita memiliki riwayat keturunan dalam keluarga sebagai penderita penyakit metabolik. Nah ini harus dilakukan pengecekan agar terhindar dari risiko terserang penyakit jantung koroner,” ujarnya.
Makanya RSKM, dikatakan Rachmat, sebagai salah satu yang merasa berkewajiban dan berperan dalam mengedukasi para tenaga medis agar bisa menangani secara baik para pasien penderita penyakit metabolik sehingga tidak meningkatkan angka kematian mendadak sebab penyakit jantung koroner.
“Dalam simposium (yang digelar RSKM-red) diajarkan dan dinfokan bagaimana para medis menangani penyakit metabolik secara tepat dan benar. Harus ada pendekatan supaya terungkap dalam diri pasien untuk mempermudah penanganan oleh tenaga medis,” pungkasnya. ***















