BANTENRAYA.COM – Politikus Irlandia Richcard Boyd Barret kritisi standar ganda barat terkait invasi yang dilakukan Rusia terhadap Ukraina.
Politikus Irlandia itu mempertanyakan mengapa negara barat begitu cepat mengambil tindakan dan menjatuhkan sanksi kepada Rusia tak lama setelah invasi.
Namun yang membuat Politikus Irlandia itu heran negara barat justru tak melalukan hal yang sama atas perlakukan Israel kepada warga Palestina.
Baca Juga: Mengaku Jenderal Bintang Tiga, Yusuf Daiman Tipu Perempuan Hingga Miliaran Rupiah
“Orang-orang Palestina diperlakukan sebagai ras yang lebih rendah. Akses ke makanan dan air ditolak. Namun tidak ada sanksi terhadap Israel karena rezim apartheidnya,” ujarnya dikutip Bantenraya.com dari Twitternya di @RBoydBarret yang diunggah, Rabu 2 Maret 2022.
Seperti diketahui, Barret sendiri adalah anggota parlemen yang berasal dari Partai People Before Profit/Solidarity.
Akun YouTube Cordova Media mengunggah video saat Ia mengkritisi standar ganda antara Rusia dan Israel.
Baca Juga: Viral Bocah Kongo Ini Nyanyikan Lagu Vierratale, Sambil Pegang Kawat Berduri Bikin Salfok Netizen
Dalam penyampaiannya, Barret mengecam tindakan yang dilakukan Presiden Rusia Vladimir Putin terhadap Ukraina.
“Kita semua sepatutnya mengecam kejahatan yang bertentangan dengan kemanusiaan yang dilakukan Putin di Ukraina,” ujarnya.
Ia mengungkapkan, pemerintah langsung bergerak dalam waktu 5 hari untuk menjatuhkan sanksi kepada rezim Putin dan melakukan tindakan mendesak dan penggunaan bahasa yang kuat.
Baca Juga: Viral Video DJ Una Disawer Sama Sultan
Menurutnya, hal itu memang sepantasnya diterima Putin dengan menyebutnya sebagai tindakan barbar, penjahat, pembunuh, penghasut perang.
Namun Barret menegaskan jika hal yang sama juga seharusnya diberikan kepada Israel atas perlakuannya terhadap warga Palestina.
“Semua itu seharusnya juga diterapkan kepada negara Israel atas perlakuannya terhadap warga Palestina. Namun pemerintah justru risau untuk menggunakan bahasa yang sama,” katanya dengan berapi-api.
Baca Juga: Doni Salmanan Dapat Kritik Pedas Netizen, Sang Mertua Beri Nasihat, Begini Katanya
Padahal, kata dia, Amnesti Internasional, sebuah organisasi HAM yang paling dihormati di dunia dan lembaga Human Right Watch dalam waktu yang singkat telah mengeluarkan laporan kejahatan yang dilakukan Israel.
Barret memaparkan, kejahatan itu adalah melakukan blokade ilegal terhadap Gaza sebagaimana yang dinyatakan dalam laporan organisasi HAM bahwa Gaza berada pada situasi permanen terjadinya krisis kemanusiaan.
“Mencegah mereka untuk mengakses makanan dan air minum, sudah kurang keras apalagi sehingga memilih untuk berhati-hati memilih bahasa untuk Israel,” tegasnya
Baca Juga: Rosalia Indah Rilis Armada Terbaru Gunakan Mercedes Benz 1626, Livery Mirip Double Deck
“Anda merasa senang menggunakan bahasa yang paling yang kuat untuk mendeskripsikan kejahatan yang tidak manusiawi oleh Vladimir Putin,” paparnya.
“Tetapi Anda tidak menggunakan kekuatan bahasa yang sama untuk mendeskripsikan perlakuan Israel terhadap Palestina. Anda bahkan tak mau menggunakan kata apartheid,” imbuhnya.
Barret juga mempertanyakan mengapa sanksi yang diberikan kepada Rusia begitu cepat diambil tapi tidak terhadap Israel.
Baca Juga: Mushin Bayrak Konglomerat Asal Turki, Klaim Capai Kesepakatan Kepemilikan Chelsea
“Tidak pernah memikirkan sanksi (untuk Israel). Sanksi terhadap 5 hari serangan Putin atas kejahatannya,” katanya.
“70 tahun penindasan terhadap Palestina justru tidak diberi sanksi. Kata apa yang Anda gunakan? Tidak akan membantu jika dijatuhi sanksi,” ucapnya.
Ia menururkan, bahwa semua tahu bahwa standar yang diterapkan tidaklah konsisten karena menyebut negara Israel sebagai apartheid akan menyakiti sejumlah negara.
Baca Juga: Legenda AC Milan Clarence Seedorf Hijrah Jadi Mualaf, Mengaku Tak Akan Mengganti Namanya
Menyakiti sejumlah negara yang saat ini menampilkan diri mereka sebagai pembela demokrasi.
“Seperti Amerika Serikat, Inggris, Jerman dan negara lainnya yang berhubungan dengan Israel, mendukung dan menyokongnya.
“Ini berarti bahwa Uni Eropa, mandat moralnya telah hancur,” pungkasnya. ***