BANTENRAYA.COM – Beriktu ini adalah naskah asli dari cerita film KKN di Desa Penari part 1.
Setelah mengalami penundaan akhirnya film KKN di Desa Penari dirilis pada 30 April 2022.
Pasca ditayangkan di bioskop, film KKN di Desa Penari langsung menyita perhatian dan banyak orang ingin menyaksikannya.
Baru 3 hari tayang di bioskop, film KKN di Desa Penari berhasil menyedot 1 juta lebih penonton.
Film tersebut diangkap dari sebuah kisah di Twitter yang viral pada 2019 lalu.
Adalah Twitter @SimpleMan yang membagikan kisah mistis yang disebut merupakan kisah nyata pada 24 Juni 2019 lalu.
Kisah ini diawali dari enam mahasiswa yang sedang melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di sebuah desa yang bernama Desa Penari.
Baca Juga: Seba Baduy Dibuka Sore Ini dan Akan Dihadiri 100 Orang
Kisah dimulai pada akhir 2009.
Semua anak angkatan 2005/06 sudah hampir merampungkan persyaratan untuk mengikuti KKN yang di lakukan dibeberapa desa sebagai syarat lanjutan untuk tugas skripsi.
Dari semua wajah antusias itu di kampus, terlihat satu orang tampak menyendiri.
Widya, begitu anak-anak lain memanggilnya.
Baca Juga: Jadwal one way dan ganjil genap Jumat 6 Mei 2022 di Tol Kalikangkung, Tol Cikampek, Tol Halim
Ia tampak begitu gugup, menyepi, menyendiri, sampai panggilan telepon itu membuyarkan lamunanya.
“Aku wes oleh nggon KKN ‘e” (aku sudah dapat tempat untuk KKN) kata di ujung telpon.
Wajah muram itu, berubah menjadi senyuman penuh harap.
Baca Juga: Jadwal Masuk Sekolah TK, SD dan SMP di Kabupaten Pandeglang diundur hingga Kamis 12 Mei 2022
“Nang ndi?” (dimana?)
“Nang kota B, gok deso kabupaten K***li** , akeh proker, tak jamin, nggone cocok gawe KKN” (di kota B, disebuah desa di kabupaten K*******, banyak proker untuk di kerjakan, tempatnya cocok untuk KKN kita).
Saat itu juga, Widya segera mengajukan prop KKN.
Semua persyaratan sudah terpenuhi, kecuali kelengkapan anggota dalam setiap kelompok minimal harus melibatkan 2 fakultas berbeda pun dengan anggota minimal 6 orang.
“Tenang” kata Ayu, perempuan yang tempo hari memberi kabar tempat KKN yang ia observasi bersama abangnya.
Benar saja, tidak beberapa lama, muncul Bima dengan Nur, ia menyampaikan, kelengkapan anggota 6 orang yang melibatkan 2 fakultas sudah di setujui.
“Sopo sing gabung Nur?” (siapa yang sudah gabung Nur?) tanya Ayu.
“Temenku. kating, 2 angkatan di atas kita, satunya lagi, temannya”
Lega sudah batin Widya.
Surat keputusan KKN sudah disetujui semuanya, terdiri dari 2 fakultas dengan proker kelompok dan individu, untuk pengabdian di masyarakat yang akan di adakan kurang lebih sekitar 6 minggu.
Hanya tinggal menunggu, pembekalan sebelum keberangkatan.
Baca Juga: Pantai Anyer Macet Parah, Ternyata Ini Biang Keroknya
Jauh hari sebelum malam pembekalan, Widya berpamitan kepada orangtuanya tentang progress KKN yang wajib ia tempuh, keika orangtua Widya bertanya kemana Projek KKN mereka, terlihat wajah tidak suka dari raut ibunya.
“Gak onok nggon liyo, lapo kudu gok Kota B,” (apa gak ada tempat lain, kenapa harus kota B) wajah ibunya menegang.
“nggok kunu nggone Alas tok, ra umum di nggoni gawe menungso” (disana tempatnya bukanya hutan semua, tidak bagus ditinggali oleh manusia).
Baca Juga: Covid-19 Mereda , Met Gala Lebih Meriah di Tahun 2022
Namun setelah Widya menjelaskan, bahwa sebelumnya sudah dilakukan observasi,
Wajah ibunya melunak.
“Perasaane ibuk gak enak, opo gak isok di undur setahun maneh” (perasaan ibu gak enak, apa tidak bisa di undur satu tahun lagi).
Widya enggan melakukannya, maka, meski berat, kedua orangtuanya pun terpaksa menyetujuinya.
Baca Juga: Link Nonton Pretty Little Liars Season 2 Episode 9 Versi Indonesia Lengkap dengan Jadwal Tayang
Hari pembekalan sebelum keberangkatan.
Widya, Ayu, Bima dan Nur, matanya melihat ke sekeliling, khawatir, 2 orang yang seharusnya ikut pembekalan belum juga terlihat batang hidungnya, sampai, menjelang siang, 2 orang muncul, menyapa dan memperkenalkan dirinya di depan mereka.
Wahyu dan Anton.
Setelah basa basi, bertanya seputar rencana KKN dari A sampai Z selesai, mereka akhirnya berangkat.
Baca Juga: Momen Bintang Bollywood Shah Rukh Khan Lebaran dengan Jutaan Fans di Depan Rumahnya
“Numpak opo dik kene??” (naik apa kita nanti?) kata Wahyu.
“Elf mas” jawab Nur.
“Sampe deso’ne numpak Elf dik?” (sampai desanya naik mobil Elf dik?)
“mboten mas. berhenti di jalur Alas D engken enten sing jemput” (tidak mas, nanti berhenti di jalur hutan D, nanti ada yang jemput) sahut Nur.
Mendengar itu, Widya bertanya ke Ayu. “Yu, Deso’ne ra isok di liwati Mobil ta?” (Yu, apa desanya gak bisa di masuki mobil”.
Baca Juga: Tsamara Amany Tebak Real Madrid Menang dari Manchester City, Raja Juli Antoni: Rujukan Togel Nih
Ayu hanya menggelengkan kepala. “Ra isok, tapi cedek kok tekan dalan gede, 45 menit palingan” (gak bisa, tapi dekat kok dari jalan besar, 45 menit kemungkinan)
Disinilah. Cerita ini di mulai.
Sesuai apa yang Nur katakan. Mobil berhenti di jalur masuk hutan D, menempuh perjalanan 4 sampai 5 jam dari kota S.
Tanpa terasa hari sudah mulai petang, ditambah area dekat dengan hutan, membuat pandangan mata terbatas, belum sampai disana, gerimis mulai turun. lengkap sudah.
Baca Juga: WAJIB TAHU! Berikut Niat dan Keutamaan Puasa Syawal, Pahalanya Seperti Puasa Setahun Penuh
Setelah menunggu hampir setengah jam, terlihat dari jauh, cahaya mendekat, Nur dan Ayu langsung mengatakan bahwa mereka yang akan mengantar.
Rupanya, yang mengantar adalah 6 lelaki paruh baya, dengan motor butut.
“Cuk. sepedaan tah” kata Wahyu, spontan, saat itu ada yang aneh
Entah disengaja atau tidak, ucapan yang di anggap biasa di kota S, di tanggapi lain oleh lelaki-lelaki itu, wajahnya tampak tidak suka, dan sinis tajam melihat wahyu.
Baca Juga: BAWASLU RI Buka Pendaftaran Calon Timsel Bawaslu untuk 25 Provinsi
Hanya saja, yang memperhatikan semua sedetail itu, hanya Widya seorang. apapun itu, semoga bukan hal yang buruk.
Ditengah gerimis, jalanan berlumpur, pohon di samping kanan kiri, mereka tempuh dengan suara motor yang seperti sudah mau ngadat saja, ditambah medan tanah naik turun, membuat Widya berpikir kembali
Sudah hampir satu jam lebih, tapi motor masih berjalan lebih jauh ke dalam hutan.
Khawatir bahwa yang di maksud Ayu, setengah jam lewat 15 menit adalah setengah hari, Widya mulai berharap semua ini cepat selesai.
Di tengah perjalanan, tidak satupun dari pengendara motor itu yang mengajaknya bicara, aneh. apa semua warga disana pendiam semua.
Malam semakin gelap, dan hutan semakin sunyi sepi, namun, kata orang, dimana sunyi dan sepi di temui, disana, rahasia di jaga rapat-rapat.
Kini, rasa menyesal sempat terpikir di pikiran Widya, apakah ia siap, menghabiskan 6 minggu ke depan, di sebuah Desa, jauh di dalam hutan.
Ketika suara motor memecah suara rintik gerimis, dari jauh, sayup-sayup, terdengar sebuah suara.
Baca Juga: Kode Penukaran Higgs Domino Island 5 Mei 2022, Dapatkan Chip Gratis Hingga 80B
Suara familiar, dengan tabuhan kendang dan gong, di ikuti suara kenong, kompyang, mebaur menjadi alunan suara gamelan.
Apa ada yang sedang mengadakan hajatan di dekat sini.
Dan ketika sayup-sayup suara itu perlahan menghilang, terlihat gapura kayu, menyambut mereka.
Sampailah mereka di Desa W****, tempat mereka akan mengabdikan diri selama 6 minggu ke depan.
“Monggo” (permisi) kata lelaki itu, sebelum meninggalkan Widya dengan motornya.
“Mrene rek” teriak Ayu, di sampingnya berdiri seorang pria, wajahnya tenang, dengan kumis tebal, mengenakan kemeja batik khas ketimuran, ia berdiri seolah sudah menunggu sedari tadi.
“Kenalno, niki pak Prabu. kepala Desanya. koncone mas’ku. pak Prabu, niki rencang kulo yang dari Kota S, mau melaksanakan kegiatan KKN di kampung panjenengan” (Kenalkan, ini pak Prabu, kepala Desa teman kakakku, pak Prabu, ini teman saya yang dari kota, yang rencananya mau KKN”
Pak Prabu memperkenalkan diri, bercerita tentang sejarah desanya, di tengah ia bercerita, Widya pun bertanya kenapa desanya harus sepelosok ini, dengan tawa sumringah, pak Prabu menjawab.
Baca Juga: HORE…! Libur Sekolah di Banten Diperpanjang
“Pelosok yok nopo toh mbak, Jarak ke dalan gede cuma setengah jam kok”
(pelosok bagaimana maksudnya mbak, bukanya jarak ke jalan besar hanya 30 menit)
Tatapan bingung Widya, disambut tatapan bertanya oleh semua temanya, seolah pertanyaanya kok membingungkan.
“Mbak’e paling pegel, wes, tak anter nang ndi sedoyo bakal tinggal” (mbaknya mungkin capek, jadi, mari, tak antar ke tempat dimana nanti kalian tinggal).
Baca Juga: Hepatitis Akut Misterius Sudah Masuk Banten? Ini Jawaban Kepala Dinkes Banten
Di tengah kebingungan itu, Ayu menegur Widya. “Maksudmu opo to Wid, takon koyok ngunu? garai sungkan ae” (maksudnya bagaimana tah Wid, kok kamu tanya seperti itu, buat saya sungkan saja kamu)
Di situ, Widya menyadari, ada yang salah.***