BANTENRAYA.COM – Dalam rangka menyambut bulan Ramadhan sudah sebaiknya kaum Muslimin mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya.
Sebabnya pada bulan Ramadhan merupakan bulan di mana Allah swt menurunkan banyak keberkahan dan rahmatnya bagi umat Islam.
Sehingga sudah sepatutnya umat Islam dalam menyambut bulan Ramadhan untuk mengenal lebih lanjut sejarah puasa di agama Islam.
Dikutip bantenraya.com dari buku Pedoman Puasa karya Tengku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy seorang ahli fikih Indonesia menyebutkan bahwa puasa adalah sesuatu ibadah yang telah lama masanya berkembang dalam masyarakat umat manusia sebelum Islam.
Baca Juga: Innalillahi Hilman Lupus Meninggal Dunia
Sebagaimana yang dikatakan al-Qurthubi dalam kitab ‘Al-Jami Lil Ahkamil Quran’ dalam menjelaskan bunyi ayat “kama kutiba alalladzina minqablikum” mengatakan bahwa asy Syabi, Qatadah dan lain-lain menandaskan bahwa penyerupaan (tasybih) di sini, kembali pada waktu berpuasa dan kadar lam berpuasa.
“Sebenarnya Allah telah mewajibkan atas umat Musa dan Isa puasa Ramadhan, hanya saja umat Musa dan Isa mengubahnya,” terang Hasbi Ash Shiddieqy sebagaimana mengutip pendapat al-Qurthubi.
Selanjutnya, al-Qurthubi menyebutkan bahwa para pendeta mereka menambah sepuluh hari.
Ada suatu ketika salah seorang pendeta jatuh sakit, lalu ia pun bernazar.
Baca Juga: 3 Peristiwa Penting yang Terjadi di Bulan Ramadhan yang Perlu Diketahui Umat Islam
Dalam nazarnya pendeta tersebut mengatakan jika Allah menyembuhkannya, maka ia akan menambah puasa sepuluh hari lagi.
“Sesudah pendeta itu sembuh, ia pun menepati janjinya, karena hal itulah orang Nasrani berpuasa selama 40 hari,” ungkap Hasbi.
Selanjutnya, melalui keterangan Sayyid Rasyid Ridha mengatakan bahwa puasa itu pernah dilakukan orang-orang Arab sebelum Islam.
Diberitakan oleh Aisyah bahwa orang-orang Quraisy melakukan puasa pada hari Asyura
Namun, setelah nabi Muhammad datang ke Madinah, beliau melihat orang-orang Yahudi berpuasa pada hari Asyura.
Baca Juga: MUI Hasilkan 5 Implementasi Moderasi Beragama Guna Atasi Konflik
Melihat hal itu, Nabi pun melakukan puasa Asyura dan menyuruh para sahabat untuk mengikutinya.
Pada akhir Sya’ban tahun kedua hijriah, Allah poun akhirnya menurunkan ayat yang berkaitan dengan puasa, mulai dari ayat 183-185 di surat al-Baqarah.
Ayat tersebut menjelaskan bahwa berpuasa di bulan Ramadhan adalah wajib bagi umat Islam supaya menjadi hamba yang bertakwa.
Meskipun puasa Ramadhan telah diwajibkan, Rasulullah tetap melaksanakan puasa di hari Asyura.
“Barangsiapa yang ingin berpuasa Asyura, hendaklah ia berpuasa dan barangsiapa hendak berbuka, hendaklah ia berbuka,” sabda Rasulullah saw.
Menurut keterangan Hasbi bahwa selama hidupnya, Rasulullah saw berpuasa Ramadhan sebanyak sembilan kali. Delapan kali dengan 29 hari dan hanya sekali berpuasa penuh 30 hari.
“Dalam satu riwayat ada yang mengatakan dua kali penuh dalam 30 hari,” pungkas Hasbi.***