BANTENRAYA.COM – Pengamat Ekonomi Banten Hady Sutjipto menyampaikan, dampak Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) pada tahun 2024 menjadi salah satu faktor yang memiliki pengaruh besar terhadap lemahnya daya beli masyarakat di awal tahun 2025.
Ia mengatakan, berdasarkan data dari Bank Indonesia (BI) menunjukkan indeks tabungan masyarakat kelas menengah sebesar 100,7, terendah sejak Februari 2024.
Hal ini menjadi indikasi bahwa tabungan tersebut digunakan untuk menopang biaya sehari-hari.
Lebih rinci data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Banten mencatat, jumlah tabungan dana pihak ketiga (DPK) warga banten turun pada awal Januari 2025 sebesar -1,02 persen, daei Rp295,5 triliun pada Desember 2024 menjadi Rp292,5 triliun pada Januari 2025.
“Kita coba komparasi datanya BI ada beberapa indikator lain terutama dari sisi tabungan masyarakat, kelas menengah menurun, artinya yang biasa di tabung harus dikeluarkan, misalnya karena PHK yang menyebabkan mereka harus mengambil tabungan karena untuk bekal kehidupan,” ujar Hady kepada Bantenraya.com, Selasa 25 Maret 2025.
Untuk diketahui, Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Provinsi Banten mencatat sepanjang tahun 2024 telah ada 12.000 karyawan yang di-PHK.
Hady melanjutkan, tren tersebut juga terjadi pada tahun 2024, dimana Banten mengalami deflasi selama lima bulan berturut-turut, hal ini menimbulkan kekhawatiran terjadinya penurunan daya beli masyarakat.
“Kalau di bulan Januari deflasi itu disebabkan karena harga yang sempat naik saat Nataru kembali lagi normal artinya slow down, namun di Februari justru masih mengalami deflasi padahal kecenderungan harga bahan kebutuhan naik,” ujarnya.
Selain itu, Hady juga menyoroti soal penerimaan pajak pertambahan nilai (ppn), dilihat dari konsumsi masyarakat terhadap barang dan jasa mengalami penurunan.
Berdasarkan data dari Kanwil DJP Banten, penerimaan pajak pada bulan Februari 2025 juga mengalami koreksi, yakni hanya sebesar Rp9,28 triliun turun dibandingkan dengan Februari tahun 2024 sebesar 12,06 triliun.
Baca Juga: Walikota Robinsar Bakal Lakukan Salat Idul Fitri dan Open House, Ini Lokasinya
“Ini dilihat dari harga barang juga mengalami penurunan, artinya apa konsumsi masyarakat menurun, kalau belanjanya tinggi pajak juga naik, misalnya belanja ke minimarket ini akan berpengaruh dan menggambarkan tadi yah tabungan, ini yang menyebabkan deflasi dan berpengaruh terhadap daya beli masyarakat,” cakap Hady.
Selain itu, indikasi lain juga digambarkan oleh penjualan tiket mudik yang masih tersisa, meski pada masa puncaknya tetap habis digunakan oleh masyarakat, menunjukan atensi yang berkurang,
“Ini juga jadi indikasi selanjutnya, saya dapat informasi tiker kereta api saja, masih tersisa 53 persen, meskipun pada peak season habis, namun dibandingkan dengan tahun lalu ini mengalami penurunan,” katanya.
Baca Juga: ASDP Catat 205.715 Pemudik Tinggalkan Jawa Menuju Sumatera, Kendaraan Roda Empat Naik 10 Persen
Adapun perputaran uang selama Ramadan dan Lebaran tahun 2025, juga lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal ini dapat dilihat dari rendahnya uang tunai yang disediakan Kantor Perwakilan Bank Indonesia (Kpw BI) Provinsi Banten hanya sebesar Rp2,7 triliun turun dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar Rp3,88 triliun.
Kepala KPw BI Provinsi Banten Ameriza Ma’aruf Moesa mengatakan, dengan adanya skema baru berupa layanan penukaran uang yang hadir di kanaln perbankan membuat stok uang baru tidak banyak yang disediakan oleh BI.
“Jadi uangnya itu sekarang ada di berbagai perbankan yang awalnya terpusat di BI Banten jadi tersebar,” tuturnya.
Baca Juga: Produk UMKM Indonesia Tembus Pasar AS, BRI Catatkan Transaksi Fantastis
Sementara itu pengamat ekonomi dari Universitas Bina Bangsa Bambang D Susesni menyebut, penurunan ini mungkin disebabkan oleh penurunan harga energi global, subsidi pemerintah, atau efisiensi distribusi.
“Pemerintah perlu merancang kebijakan untuk meningkatkan permintaan domestik, seperti program bantuan sosial, insentif pajak, atau stimulus fiskal. Hal ini dapat mencegah risiko deflasi berkepanjangan yang dapat menghambat pertumbuhan ekonomi,” ujarnya.
Selain itu Pemprov Banten perlu mendiversifikasi ekonominya dengan mengembangkan sektor-sektor potensial seperti industri kreatif, pariwisata, dan teknologi.
Baca Juga: Jadwal Tayang Series Saudade Episode 8, Lengkap dengan Spoiler dan Link Nonton
“Ini dapat mengurangi ketergantungan pada sektor-sektor yang rentan terhadap fluktuasi harga global,” kata Bambang.***